Menjadi Ibu dan Ayah PenggantiAnak adalah titipan Allah. Bahagialah mereka yang mampu memikul amanah ini dengan baik.
Celotehannya harus diakui memang mampu menggugah semua orang yang hadir untuk turut berpartisipasi mengisi acara menyanyi bersama malam itu. Apalagi dengan gerak lakunya yang lucu dan kemayu. Memang tokoh kita ini terbilang piawai membawa acara hiburan. Di desa itu hampir semua orang kenal dia. Sebut saja namanya Suroto. Suroto dibesarkan oleh ibu yang sehari-harinya berjualan di pasar. Suroto kecil harus berjualan sayur membantu ibunya di pasar. Ayahnya selalu berpesan agar Suroto sekolah, tetapi tidak mampu memberi uang sepeserpun untuk biaya sekolah. Suroto melakukan apa saja yang halal untuk bisa membiayai sekolahnya. Suroto kecil mengagumi teman-teman sekolahnya yang anak orang kaya. Terpikir tak mungkin dia bisa berteman dengan mereka. Tapi dia tidak merasa rendah diri. Hanya satu yang dia tak sanggup mengatasinya. Dia menyukai sesama jenis. Ya, ia menyukai teman laki-lakinya, Hendri. Dia sadar rasa itu tak wajar tapi dia tidak sanggup melawannya. Setiap mendengar apapun tentang Hendri, pasti gairahnya muncul. Ingin sekali mengajaknya bermain atau makan siang bersama. Suatu saat dengan uang di tangan dia berniat mengajak Hendri makan siang. Suroto demikian bersemangat ketika melihat Hendri keluar ruangan kelas. Bergegas dia menghampiri. Tak sadar uang di tangannya terlepas dari genggaman. Suroto baru menyadari uangnya hilang ketika mereka tiba di kantin. Suroto malu bukan main. Suroto rela melakukan apapun termasuk mengeluarkan uang jajan berapapun demi mendapatkan kesempatan bersama-sama dengan Hendri. Beberapa temannya memanfaatkan situasi ini. Suatu ketika Suroto sadar dirinya dimanfaatkan Hendri dan teman-temannya. Dia berkesimpulan: "Jatuh cinta bagi saya adalah bencana." Tentu saja bencana karena dia jatuh cinta dengan sesama jenis. Surotopun mencoba menyalurkan sifat keibuannya. Suatu hari ketika sedang bertugas di Rumah Sakit dia mendapat kabar tentang seorang bayi yang ditelantarkan orang tuanya. Bayi laki-laki itu dibawanya pulang dan dirawatnya. Meski orangtuanya tidak setuju, Suroto tetap saja bertekad menyelamatkan bayi ini. Singkat cerita sudah empat anak terlantar yang dirawat dan dibesarkannya layaknya anak sendiri. Mereka memanggil Suroto "ayah". Suroto menasehati anak-anaknya: "Nak, saya ini laki-laki tidak normal. Tapi, saya ingin kamu semua jadi manusia normal. Jangan sampai orang menilai kamu rendah karena dibesarkan orang tidak normal seperti saya." Banyak wanita ataupun laki-laki normal yang tidak sanggup menjadi ibu atau ayah bagi anak-anak mereka sendiri. Tetapi Suroto telah mampu menjadi ibu dan ayah bagi anak-anak angkatnya. Mereka semua sudah tamat sekolah menengah atas. Suroto bekerja keras agar mereka bisa melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi. Begitulah, Suroto ikhlas menerima kekurangan dirinya. Dengan keikhlasan pula dia mampu menjadikan hidupnya berharga. Diceritakan oleh Helfia Nil Chalis www.helfia.net Sumber: Kisah nyata seperti dituturkan ybs 24-26 November 2012
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|