Dalam kesempatan kali ini saya ingin berbagi tentang "Menilai Resiko dalam Operasi Kilang Migas". Postingan terdahulu sudah pernah menyinggung tentang bahaya-bahaya dalam operasi kilang minyak dan gas. Sejatinya bisnis migas adalah bisnis pengelolaan resiko-resiko bahaya itu, yaitu bahaya-bahaya yang berpotensi ditimbulkan oleh minyak dan gas itu sendiri. Apabila perusahaan gagal dalam mengelolanya bisa dipastikan perusahaan akan mengalami kebangkrutan akibat kehilangan peralatan atau asset maupun reputasi perusahaan yang ditimbulkannya. Bagaimana kita melakukan penilaian terhadap resiko bahaya-bahaya itu? Sebelum kita menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu perlu dipahami apa yang disebut dengan resiko itu sendiri. Resiko adalah perpaduan antara kekerapan (frekuensi) suatu peristiwa kecelakaan dengan tingkat keparahannya (severity). Kekerapan terkadang juga diungkapkan dengan cara lain yaitu berupa 'probabilitas' atau kemungkinan terjadinya atau munculnya bahaya itu. Resiko terhadap sebuah bahaya akan tinggi apabila salah satu dari kedua faktor ini tinggi, yaitu kekerapan dan tingkat keparahan, begitu pula sebaliknya. Oleh karenanya untuk menurunkan tingkat resiko sebuah bahaya maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi kekerapan terjadinya kecelakaan yang bisa memunculkan bahaya tersebut atau mengurangi tingkat keparahannya apabila sampai terjadi kecelakaan. Untuk melakukan penilaian terhadap resiko bahaya kita bisa mengambil pendekatan dengan membaginya dalam beberapa tahap sebagai berikut. Tahap 1 – Memahami operasi atau perubahan yang akan dilakukan. Mengapa kita melakukannya? Apakah cara ini sudah yang terbaik? Apa saja pengalaman yang kita miliki dan apa pelajaran yang sudah kita ambil darinya? Yakinkan bahwa kita melakukan penilaian resiko sesuai dengan lingkup kerja yang akan dilakukan. Tahapan ini paling banyak menghabiskan waktu dalam rangka mencoba agar kita benar-benar memiliki pemahaman yang dalam tentang sistem yang sedang dinilai dan bagaimana keterkaitannya dengan sistem-sistem yang lain. Tahap 2 – Memahami tentang bahaya itu sendiri. Apa saja hal-hal yang bisa berpotensi menimbulkan bahaya seperti bahan kimia, sumber energi (listrik, tekanan, dll). Sering orang terjebak dengan melakukan penilaian resiko terhadap 'barrier' bukan terhadap bahayanya sendiri. Misalnya sebuah valve tidak bisa mengontrol dengan baik. Orang melakukan penilaian tentang apa akibatnya bila valve tersebut tidak bisa mengontrol dengan baik dan lupa bahwa yang harus dinilai adalah bahaya yang harus dikendalikan menggunakan valve tersebut. Kemampuan valve mengontrol adalah sebuah 'barrier' terhadap suatu bahaya. Jadi kita harus menilai resiko bahaya tersebut bukan resiko dari 'barrier'nya sendiri. Tahap 3 – Memahami apa yang bisa menyebabkan bahaya ini muncul dan menimbulkan akibat. Apa yang menyebabkannya terjadi? Umumnya ada dua penyebab utama yaitu, 1. Kegagalan alat, 2. Kesalahan manusia. Tahap 4 – Memahami potensi akibat yang bisa timbul dari bahaya tersebut. Kita harus mempertimbangkan hal terburuk yang bisa terjadi apabila kita tidak melakukan apa-apa atau semua upaya pencegahan dan pengendalian yang kita lakukan gagal. Tahap 5 – Memahami 'barrier' atau pencegahan dan pengendalian yang kita miliki dan efektifitasnya. Gunakan hirarki pengendalian, yaitu: 'Menghilangkan', 'Menggantikan', 'Memisahkan orang dari bahaya', 'Mengendalikan baik secara rekayasa teknik atau prosedural', dan 'Menggunakan Alat Pelindung Diri'. Beberapa perusahaan menggunakan matriks resiko untuk menggambarkan seberapa tinggi resiko bahaya yang sedang dinilai. Matriks ini terdiri dari dua ordinat, satu menggambarkan skala kekerapan kecelakaan dan satu lagi menggambarkan tingkat keparahaannya. LNG Tangguh menggunakan skala matriks 8 x 8 (tingkat kekerapan kecelakaan dan tingkat keparahannya masing-masing diberi skala dari 1 s.d. 8). Tahap 6 – Menentukan apakah kita memerlukan tambahan 'barrier' berdasarkan hasil matriks dari penilaian resiko tadi. Tahap 7 – Mengkomunikasikan hasil penilaian resiko kepada semua pihak yang terlibat atau berpotensi terpapar resiko tersebut seperti orang yang bekerja di sana, atau orang yang memerlukannya untuk mengambil keputusan. Tahap 8 – Meyakinkan semua tindakan yang diperlukan dari hasil penilaian resiko itu sudah diselesaikan dengan baik.
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|