1. Kemarin malam saya sempat ber-bincang2 dgn seorang Diplomat sehubungan Pemilu 2019, sang Diplomat itu bertanya seputar kelompok minoritas dan upaya mencegah terjadinya penindasan terhadap minoritas di Indonesia.
Saya tertegun. Tidak menyangka lahir pertanyaan seperti itu ------------ 2. Sambil menatap tajam ke matanya, saya jawab lugas: "Jangan tanya saya ttg minoritas tertindas Indonesia (Indonesia's oppressed minority) tapi tanya saya ttg mayoritas Indonesia yg tertindas (Indonesia's oppressed mayority)!" Gantian sang Diplomat kaget! --------------- 3. Sebelum menjelaskan lebih lanjut, saya tanya padanya, apa yg diketahuinya tentang minoritas dan mayoritas di Indonesia. Lalu dia curahkan isi kepalanya. Cerita tentang diskriminasi Tionghoa, pembatasan/larangan pendirian gereja dan pembubaran kegiatan ibadah umat non Islam. ------------ 4. Saya desak: "Apa lagi? Setelah satu menit terdiam, dia jawab: "Itu saja." Ok, kata saya. Saya jawab pertanyaan anda dgn pertanyaan: "Apakah anda tahu kelompok mana yg mendominasi 1.000 orang terkaya di Indonesia?" "Tionghoa," jawabnya ragu "Ya, Tionghoa!" Tegas saya ------------- 5. "Dari 100 orang terkaya Indonesia, 1000, 10.000 bahkan 100.000 orang terkaya, hampir semua adalah Tionghoa. Hampir seluruhnya bukan pribumi dan non muslim," jelas saya. Pernah anda dengar atau tahu dari media, Tionghoa ditangkap polisi karena melanggar hukum?" Dia kaget! ----------------- 6. Tanpa menunggu jawabannya, saya teruskan: "Apakah anda pernah dengar sengketa hukum antara pribumi dengan Tionghoa, yg sengketanya dimenangkan pribumi? Meski pribumi itu di pihak yg benar?" "Saya tidak sejauh itu" jawabnya "Hampir tidak ada!" Balas saya ---------------- 7. Saya kembali hujani Diplomat itu dg pertanyaan: "Apakah anda tahu siapa pemilik lahan ratusan ribu hingga jutaan hektar di Indonesia? Hampir tdk ada pribumi. Mayoritas Tionghoa!" Anda mungkin berpikir, wajar Tionghoa jadi kelas elit Indonesia. Mereka lebih ulet, lebih cerdik. ------------- 8. "Karena kebetulan saya pakar sejarah, saya sangat paham asal muasal terbentuknya komunitas Tionghoa sebagai elit di Indonesia, yaitu krn pribumi Indonesia sejak ratusan tahun lalu sampai hari ini menjadi mayoritas tertindas! Dari era VOC, kolonial Belanda sampai era kemerdekaan" -------------- 9. Pribumi Indonesia tidak sama dengan pribumi (bumiputera) Malaysia yg mendapat perlindungan atas hak2nya dari penguasa. Pribumi Indonesia lebih khusus muslim Indonesia seperti mayoritas Syiah di Irak pada era Saddam Hussein. Menjadi kelompok mayoritas tertindas. ------------ 10. Beda dg mayoritas Syiah di Irak, pasca Saddam jatuh, mayoritas Syiah benar2 menjadi kelompok penguasa, kelompok dominan di Irak Di Indonesia, mulai era VOC 1601-1799, era Kolonial 1800 s/d 1942, era ORLA, ORBA hingga era reformasi, umat Islam tetap jadi mayoritas tertindas! ------------ 11. Mayoritas Islam Indonesia hanya sempat sebentar merasakan kemerdekaannya, lepas dari penindasan kelompok minoritas yaitu pada era 1988-1998. Hanya 10 tahun. Setelah era reformasi, umat Islam Indonesia kembali jadi mayoritas tertindas. Sang diplomat itu bengong. Dia terhenyak. -------------- 12. "Semua yg terkait kemiskinan, pengangguran, kebodohan, masalah2 sosial, predikat itu disandang oleh mayoritas Islam Indonesia. Bukan pada minoritas. Jika muncul anggapan minoritas sebagai kelompok tertindas di Indonesia, itu kerena ketidakmampuan mayoritas menyampaikan kebenaran" ------------ 13. "Ketertinggalan mayoritas Indonesia dari minoritas terjadi sejak ratusan tahun lalu terutama di bidang ekonomi dan pendidikan. Dua bidang kehidupan yg menjadi modal utama manusia utk berkembang dan maju. Tidak ada upaya serius dari pemerintah mencari solusinya" ----------- 14. "Bahwa mayoritas Islam paling menderita selama era VOC-Kolonial hingga saat ini adalah fakta empiris. Mudah dibuktikan. Pada era VOC-Kolonial, muslim Indonesia-pribumi adalah warga kelas empat & kelas lima. Setelah Bangsa Eropa, Timur Jauh, Bangsawan, pribumi non Islam. ----------- 15. Pribumi era VOC-Kolonial (1601-1942) dibatasi dlm pendidikan, usaha dan kepemilikan lahan. Arab, India dan terlebih Tionghoa mendapat konsesi luas dari VOC-Kolonial hampir dalam segala hal. Hanya sedikit di bawah bangsa Eropa. Mereka menikmati konsesi ini ratusan tahun. ------------ 16. Sebagai akibatnya, mayoritas Islam/pribumi Indonesia tidak terbentuk komunitas pengusaha, cendikiawan, tuan tanah, dst. Mayoritas pribumi Indonesia hanya jadi konsumen, sampai hari ini. "Kenapa Indonesia tidak contoh Malaysia?" tanya Diplomat itu ----------- 17. "Indonesia tidak bisa mengikuti jejak Malaysia krn hambatan opini. Opini yang berkembang dan tertanam di kalangan asing dan sebagian orang Indonesia sendiri, bahwa prioritas Indonesia adalah mencegah timbulnya minoritas tertindas. Bukan menyelamatkan mayoritas tertindas!" ------------- 18. "Upaya menyelamatkan mayoritas tertindas Indonesia semakin sulit krn sebagian minoritas terlanjur menikmati kekuasaan, kekayaan, hegemoni dan dominasi mereka terhadap mayoritas. Mereka mempertahankan status quo ini dengan segala cara: stigma teroris, radikalis, intoleran, dst" ---------- 19. Pada masa ORLA mayoritas Islam Indonesia jadi sasaran penindasan penguasa dgn konsep Nasakom-nya. Pada era ORBA, marginalisasi mayoritas Islam dilakukan secara sistematis terstruktur. Mayoritas Islam tdk menjadi bagian dari kelompok penguasa dan pengusaha" ------------ 20. Elit penguasa didominasi minoritas Katolik/Kristen/Abangan. Kelompok pengusaha didominasi Tionghoa. Mayoritas Islam hanya jadi pelengkap penggembira. Pengelabuan dilakukan dgn etalase, se-olah2 mayoritas Islam mendapat tempat yg layak melalui politik simbol dan kemasan ------------- 21. Tercatat ada satu dua upaya agar mayoritas Islam Indonesia lepas dari penindasan. Sarekat Dagang Islam awal 1900an didirikan utk melawan hegemoni dan dominasi pengusaha Tionghoa. Program ekonomi Benteng dicanangkan di awal kemerdekaan. Namun gagal. Termasuk PP No 10/1959 ------------ 22. Kabinet Indonesia jatuh bangun di awal kemerdekaan lebih banyak disebabkan sabotase dari pengusaha2 Tionghoa terutama para importir yg kuasai jaringan pemasok barang kebutuhan domestik. Mereka tdk mau membuka jaringannya utk menghidupi bangsa yg baru merdeka. ------------- 23. Kekhawatiran atas hegemoni bisnis Tionghoa, di satu sisi pemerintah tdk dapat pastikan loyalitasnya sebagai WNi sebagai konsekwensi keWNan ganda para Tionghoa, melahirkan PP No. 10/59. Bisnis Tionghoa dibatasi hanya di kota2, dilarang merambah ke pedesaan. Dan keharusan memilih WN ------------ 24. Penerapan PP No.10/1959 sebagai solusi hanya bertahan 2 tahun. Bujuk rayu Peking disertai bantuan barang modal dan peralatan pertanian/pertukangan meluluhkan rezim Soekarno. Di era ORBA: Soeharto memberi konsesi istimewa bidang ekonomi pada Tionghoa. Mayoritas Islam disingkirkan. --------------- 25. Keberhasilan pembangunan era Soeharto membentuk komunitas konglomerat Tionghoa, yg 20 tahun kemudian balik menentang Soeharto yg berencana *mulai mengangkat derajat WNI pribumi asli & Umat Islam* yg jauh tertinggal, mulai lah didirikan a.l.; ICMI, HIPMI, dll Komunitas Pengusaha Tionghoa menolak rencana Soeharto terang2an (1986) ------------ 26. Resistensi terhadap perubahan kebijakan Soeharto juga datang dari elit ABRI & POLRI, politisi Golkar dan Birokrasi yang didominasi non Islam, Kejawen dan Islam abangan (Islam KTP). Mereka berkolusi dgn komunitas pengusaha Tionghoa menentang rencana mengangkat derajat hidup, politik & ekonomi mayoritas Islam ------------- 27. Dihadapkan pada 2 pilihan, Soeharto pasca Pemilu 1987 memilih merangkul mayoritas Islam yg selama 20 thn dia pinggirkan. Pada 1987-1988 dimulailah Era Kemerdekaan Umat Islam dan Pribumi Indonesia dgn harapan Soeharto bersama-sama para pengusaha keturunan Tionghoa Membangun RI (kenyataannya para pengusaha Tionghoa ingin menguasai, tidak rela berbagi dengan pribumi beragama Islam) Sampai Soeharto dijatuhkan, termasuk oleh tokoh2 Islam yg jadi korban deception. --------------- 28. Penjatuhan Soeharto yg dilakukan di antaranya oleh tokoh2 Islam *tanpa sadar bahwa mereka ditunggangi dan dihasut* kelompok elit ABRI dan POLRI (Jenderal merah - binaan Ali Murtopo & Benny Murdani yg Anti Islam), CSIS (yg dikendalikan elit Tionghoa Wanandi Brothers), komunitas bisnis Tionghoa cs, dst ------------- 29. Luar biasa Opini Sesat/Hoax diciptakan utk menjatuhkan Soeharto oleh elit ABRI dan POLRI, CSIS, Konglomerat yg didukung AS-China (KG) pada saat itu. Moral prajurit ABRI dihancurkan melalui serangan pelanggaran HAM di Timor Timur hingga hoax penculikan oleh Tim Mawar KOPPASUS -------------- 30. Mengapa saya sebut isu penculikan adalah hoax? Karena tim Mawar KOPPASUS bertindak atas dasar Surat Tugas Rahasia KASAD utk menahan 9 aktifis radikal dlm rangka pengamanan SU MPR. Jadi sama sekali bukan penculikan. Namun, hoax terlanjur berkembang jadi fitnah seperti bola liar. ------------- 31. Utk semakin menghancurkan moral ABRI/TNI, *sekelompok pasukan bertindak liar* atas perintah elit ABRI anti Soeharto dengan efek menjatuhkan luar biasa harus ada korban melengserkan orang kuat, dengan *menculik dan membunuh 14 warga.* Perbuatan fitnah keji ini yg kemudian ditimpakan kesalahannya anak buah kepada Tim Mawar ibarat sekali tepuk 2 yang kena (Mertua dan Menantu). Siapa 'korban' nya Anda pasti tahu. Kenapa diam? Seorang berjiwa Negarawan memikirkan semuanya DEMI RAKYAT dan NKRI tdk rela apabila tercerai-berai dan rakyat yang menderita. Tidak berpikir demi diri pribadi apalagi Pencitraan, suatu saat kelak akan terkuak dan Sejarah Membuktikan. Munir tahu fakta ini, dlm perjalanan untuk menunjukkan kejahatan HAM oleh para elit menuju LN lalu dia dibunuh (racun Arsenik). ------------ 32. Pasca reformasi serangan fitnah utk melemahkan dan menyudutkan mayoritas Islam semakin gencar dgn maraknya aksi terorisme yg diduga kuat diotaki sendiri oleh elit ABRI dan POLRI anti Soeharto. Mayoritas Islam sedikit bernapas lega pada era SBY (2004-2014). Namun masih tetap tertindas. ------------- 33. Pada tahun 2011 mulai dijalankan secara besar2an rencana penempatan proksi sebagai RI 1 yang bisa diatur (boneka). Salah satu strateginya adalah pelemahan mayoritas Islam dgn menunggangi @KPK_RI. Kriminalisasi politisi2 Islam utk menghancurkan citra & kekuatan politik Islam. Memuluskan proksi sekuler jadi RI 1 ------------ 34. Uraian singkat ini memang tidak dapat memuaskan apalagi menjelaskan secara lengkap dlm rangka memahami posisi umat Islam sebagai Indonesia's oppresed majority. Dengan menggunakan semua parameter dan indikator akan mudah dibuktikan ketertindasan mayoritas Islam RI di negeri sendiri. ---------------- The End
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|