Kejadiannya sepele tetapi cukup mengusik keingintahuan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Sore itu menjelang berbuka puasa kami berkumpul di ruang makan. Ada yang sekedar duduk-duduk di sekitar meja makan, ada yang di teras belakang rumah. Istri saya di dapur menyiapkan masakan untuk berbuka puasa. Keponakan kami duduk di kursi ayunan di teras belakang sambil memperhatikan dua ekor burung peliharaan kami. Burung-burung ini baru beberapa hari kami beli. Seekor jenis kenari dan seekor lagi jenis love bird. Sahabat kami sudah tiba untuk berbuka bersama. Seperti biasa dia langsung menuju ke teras belakang rumah. Sore itu tiba-tiba dia berkata: "Sudah ada yang lapor belum? Burung love bird nya lepas!" Tentu saja kami semua sontak menuju ke teras belakang. Kami semua termasuk saya tercengang kaget karena sangkar burung love bird kosong. Burung love bird yang cantik sudah tidak ada lagi di dalam sangkarnya. Waktu berbukapun tiba dan kamipun berbuka puasa bersama sambil terus berdiskusi hangat tentang love bird yang hilang. Kamipun shalat maghrib berjamaah di ruang tamu. Usai shalat, istri saya teringat keponakan saya yang terakhir duduk-duduk di depan sangkar burung di teras belakang rumah. Langsung istri bertanya kepada keponakan kami tersebut apakah dia melihat burung love bird ketika dia duduk-duduk di teras belakang. Keponakan kami dengan yakin mengatakan ada melihatnya: "Burung yang berwarna merah dan hijau itu, kan?" Langsung keponakan kami beranjak menuju teras belakang untuk memeriksa sangkar burung yang dimaksud. "Burung mana yang hilang? Ini bukan burungnya?", seru keponakan kami. Kami semua kembali ke teras belakang rumah dan menyaksikan sendiri love bird yang tadi hilang sudah ada di dalam sangkar. Pertanyaannya: "Mengapa tadi semua orang melihat love bird itu tidak ada di dalam sangkar dan sekarang semua melihat love bird sudah ada lagi di dalam sangkar? Kalau tadi burung itu keluar kandang, mengapa pintunya masih tertutup dari tadi? Bagaimana burung itu bisa membuka tutupnya dan menutupnya kembali?". Sulit menjelaskannya memang. Kami jadi teringat peristiwa misterius yang pernah dialami anak perempuan kami ketika masih SD kelas 4 dan SMA kelas 1 di Bontang yang sampai sekarang tidak bisa dijelaskan bagaimana bisa terjadi demikian. Begini cerita Anggi: SD kelas 4. Ketika itu ada acara class meeting berupa kompetisi olah raga antar kelas. Anggi merasa kurang bersemangat masuk sekolah jadi minta tolong mama untuk menelpon guru supaya diijinkan tidak masuk dengan alasan sakit. Mama menyanggupi tapi mau pergi ke arisan dulu. Siang hari Anggi ditelpon oleh temannya dari sekolah menanyakan apakah Anggi tadi masuk sekolah. Anggi menjelaskan kepada temannya bahwa tadi sudah meminta mama telpon ke sekolah untuk ijin tidak masuk sekolah karena sakit. Temannya membenarkan dengan mengatakan: "Iya, memang tadi ibu guru mengatakan mama Anggi menelpon memberitahu Anggi sakit. Tapi kami melihat orang yang kami kira Anggi karena sangat mirip kecuali ada tompelnya di kening sedang membeli makanan di parkiran sekolah. Makanya saya telpon Anggi untuk menanyakannya." Tak lama kemudian mama pulang. Ketika melihat Anggi, mama teringat belum menelpon sekolah untuk memintakan ijin Anggi sakit. "Sudah kok, mama. Tadi ibu guru sudah menerima telpon dari mama kata teman Anggi," kata Anggi. "Belum! Mama sama sekali lupa menelpon sekolah Anggi". Pertanyaannya: "Siapa yang tadi menelpon guru dan mengaku mamanya Anggi untuk memintakan ijin Anggi sakit? Siapa yang tadi dikira teman-teman Anggi sebagai Anggi yang sedang berbelanja makanan di parkiran sekolah? SMA kelas 1. Anggi sudah beberapa kali ditegur gurunya karena selalu lupa membawa buku gambar ukuran A3 ke sekolah. Jadi Anggi selalu meminta lembaran kertas A3 dari temannya untuk mengerjakan tugas menggambar. Suatu kali gurunya tidak mau memberi nilai di atas lembaran kertas tugasnya. Anggi disuruh menyalinnya lagi ke dalam buku gambar A3 milik Anggi sendiri dan membawanya minggu depan. Anggipun menyiapkan buku gambar A3 dan menyalin tugas gambarnya ke dalam buku gambar tersebut. Minggu depan saat pelajaran menggambar, Anggi lagi-lagi lupa membawa buku gambar itu ke sekolah. Anggi menelpon sopir melalui HP untuk mengambilkan buku gambarnya yang tertinggal di meja rias. Sopir memberitahu bahwa dia tidak menemukan buku gambar yang dimaksud di sana. Ketika guru menanyakan buku gambarnya, Anggi berpura-pura mencarinya di dalam tas. Entah bagaimana Anggi menemukan buku tersebut dari dalam tasnya. Sejenak Anggi merasa mungkin dia hanya lupa saja sudah memasukkan buku gambar tersebut ke dalam tas. Anggipun mulai menggambar tugas yang diberikan guru di kelas. Ketika pulang, Anggi tidak dijemput sopir. Ketika sopir melihat Anggi pulang di teras rumah, sopir bergegas masuk mengambil buku gambar dari dalam kamar Anggi sambil berkata: "Ini loh dek, rupanya terselip di balik bangku meja rias!" Tentu saja Anggi tidak percaya. "Itu bukan buku gambar Anggi. Itu mungkin buku gambar kak Alfi". Ketika diperiksa buku gambar itu memang memuat tugas gambar yang diselesaikan Anggi ketika di sekolah tadi. Pertanyaannya: "Bagaimana buku gambar bisa tiba-tiba ada dalam tas Anggi ketika di sekolah, dan tiba-tiba sudah kembali ada di rumah ketika pulang?". Tidak semua hal bisa dijelaskan dengan akal sehat. Namun kita meyakininya karena mengalaminya sendiri. Akal manusia sangat terbatas. Amat sombong kita dengan keterbatasan akal kita ketika mengatakan segala sesuatu yang tidak masuk akal sebagai sesuatu yang pasti tidak ada atau salah. Apakah ada di antara teman-teman yang pernah mengalami hal serupa? Atau mungkin ada yang bisa memberi penjelasan yang masuk akal atas ketiga peristiwa misterius ini?
1 Comment
anggi
8/11/2014 08:03:06 pm
true story.. = )
Reply
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|