Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. KISAH – 12, JANJI ADALAH JANJI Dalam minggu pertama, aku bekerja di LNG Hammerfest, cukup banyak training atau kursus yang harus diikuti. Mengikuti training di LNG Hammerfest sangat enak karena hampir 90%, materi trainingnya sudah ada dalam program komputer. Kita tinggal datang ke ruangan komputer, kemudian diberikan penjelasan sedikit oleh pegawai dari Seksi Training tentang bagaimana mengoperasikan komputer itu, lalu kita bisa mulai mengikuti training dari komputer itu. Dalam setiap training, hampir selalu ada ujiannya. Kalau kita lulus, maka Surat Keterangan atau Sertifikatnya, bisa langsung di print out atas nama kita. Karena sudah serba pakai komputer, selama training, kita tidak ditungguin oleh pegawai dari Seksi Training. Kalau sudah selesai training, kita tinggal melapor saja ke pegawai tersebut. Karena tidak ditungguin, suasana trainingnya lebih enak dan tidak tegang, kalau bingung dengan penjelasan materi trainingnya atau kesulitan menjawab soal ujiannya, kita bisa tanya teman sebelah kita. Kalau kita ingin minum atau makan kue, tinggal keluar sebentar, kemudian masuk lagi ke ruangan komputer. Kadang aku bawa minuman yang aku sukai, ke ruangan komputer agar lebih rileks. Namun demikian ada juga, beberapa training yang mendatangkan pengajar atau pembicara dari luar LNG Hammerfest. Yang menarik buatku, selain materi trainingnya, adalah caranya mendatangkan pengajar dari luar itu sendiri. Informasi ini aku peroleh dari pengajar training, saat memberikan pengantar sebelum training dimulai. Jujur saja, aku lupa nama pengajar itu, sebut saja namanya Roy. Roy berasal dari sebuah perusahaan konsultan yang ternama di Oslo, ibu kota Norwegia.
Dalam pengantar trainingnya, Roy mengatakan bahwa dia dihubungi oleh pegawai dari Seksi Training, namanya Andy, untuk mengajar training yang aku ikuti sekarang ini, kurang lebih sudah 3 bulan yang lalu. Dia diminta datang jam 10 pagi, di LNG Hammerfest untuk mengajar trainingku. Setelah melihat kalendar kegiatannya selama 3 bulan kedepan, tidak ada agenda yang sama pada hari ini, Roy menyanggupi untuk menjadi menjadi pengajar training di LNG Hammerfest. Roy juga cerita, kalau semenjak 3 bulan yang lalu sampai hari ini, dia belum pernah komunikasi lagi atau bicara melalui telpon dengan Andy, pegawai dari Seksi Training LNG Hammerfest. Sebaliknya Andy, juga tidak pernah menghubunginya lagi selama 3 bulan itu, kalau misalnya akan ada perubahan jadwal atau waktu training. Namun Roy percaya bahwa training di LNG Hammerfest pasti tetap akan berjalan sesuai rencana. Ternyata apa yang diperkirakan Roy, tepat sekali. Setelah pesawatnya mendarat di lapangan terbang Hammerfest jam 09 pagi, Roy langsung dijemput oleh Andy. Kemudian, Roy dibawa ke ruangan training, tempat dimana aku sebagai peserta training sudah menunggu. Roy senang sekali bertemu dengan Andy yang telah menelponnya 3 bulan yang lalu. Kejadian yang diceritakan oleh Roy, nampaknya seperti hal biasa saja bagi sebagian orang. Tapi bagi saya pribadi, ceritanya Roy adalah sebuah cerita yang sangat mengesankan. Saya hanya membayangkan bahwa biasanya untuk mengundang pengajar di training, yang Perusahaan kita akan selenggarakan, pastilah akan ada surat tertulis dari Perusahaan kepada pengajar yang akan kita undang. Kemudian akan balasan tertulis lagi dari pengajar, yang akan kita undang, yang berisi jawaban bisa atau tidak menjadi pengajar di training kita. Setelah ada jawaban pasti dari pengajar, biasanya juga komunikasi pakai telpon atau mungkin email, masih diperlukan untuk membicarakan hal – hal teknis lainnya termasuk honor misalnya. Apalagi kalau mau ada perubahan jadwal training, komunikasi antara Seksi Training dengan pengajar pasti akan lebih sering lagi. Sesuai dengan cerita Roy, betapa praktisnya, cara mengadakan training dan mengundang pengajar di LNG Hammerfest. Caranya, cukup tentukan kapan dan dimana training akan diadakan, kemudian 3 bulan sebelumnya, pembicaranya ditelpon oleh pegawai Seksi Training untuk menjelaskan maksud, tujuan, tempat dan lain - lain, pembicaranya bersedia, selesai sudah komunikasinya. Tinggal menunggu kedatangan pembicara di tempat training yang direncanakan. Setelah pembicara training datang, dimulailah training yang direncanakan. Pertanyaannya sederhana, kenapa selama 3 bulan tidak ada komunikasi sama sekali baik melalui telpon atau lewat email antara Andy sebagai pegawai Seksi Training dan Roy sebagai pengajar ? Jawabannya, juga sederhana. Roy sudah yakin bahwa segala sesuatunya pasti sudah dipersiapkan dengan sebaik – baiknya oleh Andy. Roy memegang prinsip percaya sepenuhnya kepada komitmen atau katakanlah, janji, yang sudah dibuat oleh Andy. Sebaliknya, Andy juga percaya akan komitmen atau janji yang sudah dibuatnya dengan Roy, pasti akan ditepati. Roy pasti akan datang mengajar di training yang sudah direncanakan di LNG Hammerfest. Andy dan Roy mempunyai prinsip yang sama bahwa janji haruslah dipegang teguh, dihormati dan ditepati. Pengalaman saya sebagai pegawai di Perusahaan, memang sangat sulit untuk bisa berbuat seperti Andy dan Roy di Norwegia. Saya seringkali diundang rapat oleh pegawai dari Seksi yang lain di Perusahaan seminggu lagi, misalnya. Dalam waktu hanya 7 hari atau seminggu itu, beberapa kali, ada saja telpon atau email ke saya dari pegawai yang mengundang saya, untuk memberitahu hal – hal teknis, misalnya seperti jam rapatnya berubah, tempat rapatnya pindah ke ruangan lain atau bahkan rapat dibatalkan dulu. Jadi sepertinya, yang mengundang rapat itu, tidak bisa mempersiapkan rapat dengan baik. Dengan bahasa gampangnya, yang namanya komitmen atau janji itu, dengan mudah dilanggarnya. Padahal untuk menghadiri rapat itu, kadang saya sudah mempersiapkan materi rapat dengan matang, yang tentunya, seringkali saya harus pulang telat dari kantor. Bahkan saya sampaikan ke pihak – pihak lain, yang mengundang saya pada hari yang sama, bahwa saya minta maaf tidak bisa hadir karena sudah ada undangan rapat sebelumnya. Bukankah dalam agama kita, Islam atau agama – agama lain, orang yang suka mengingkari janji adalah ciri – ciri orang munafik ? Kita, bangsa Indonesia, harus banyak belajar, kapan kita bisa membuat janji. Kalau kita sepertinya akan sulit atau bahkan mustahil untuk memenuhinya, tidaklah usah kita membuat komitmen atau janji dengan orang lain. Orang lain akan sangat berharap, kita akan menepati janji. Jangan sampai kita menyakiti hati orang lain karena kita melanggar janji yang kita buat sendiri. Maukah kita dibohongi oleh orang lain ? Tentu saja tidak, maka hati – hatilah kalau kita akan membuat janji dengan orang lain khususnya menyangkut uang, seperti misalnya hutang piutang. Biasanya, kita yang punya hutang dengan orang lain, akan banyak alasan kita untuk mengundur – undur pembayaran hutang kita. Sering atau tidak, kita kadang lebih cenderung memilih – milih orang dalam menepati janji kita. Orang – orang yang kedudukannya lebih tinggi dari kita, pejabat atau orang penting atau orang kaya misalnya, kita lebih banyak menepati janji dengan mereka dibandingkan dengan misalnya keluarga kita sendiri, teman akrab kita atau mungkin juga orang miskin. Ini semestinya tidak boleh terjadi. Janji yang dibuat duluan, semestinya wajib ditepati duluan dibandingkan dengan janji yang dibuat kemudian. Kecuali memang kondisinya sangat emergency atau genting, sehingga kita harus membatalkan janji kita dengan orang lain, yang sudah dibuat sebelumnya. Semoga saja, para tokoh agama dan aparat Pemerintah kita tidak silau dengan kehidupan duniawi sehingga mereka selalu menepati janjinya dengan siapa pun termasuk kita sebagai rakyat kecil. Ini sebenarnya, juga imbauan kepada Pemerintah kita, yang kadang sering membuat rakyat kecewa, karena janji – janjinya, yang tidak kunjung diwujudkan. Kalau kita buat janji dengan orang lain, kemudian kita langgar, mungkin hanya beberapa orang saja yang kecewa atau mungkin sakit hati. Tapi kalau Pemerintah sudah berjanji dan tidak ditepati, bisa jadi jutaan rakyat yang akan kecewa. Maukah Pemerintah kita dikatakan pembohong atau munafik oleh rakyatnya sendiri, kalau tidak mampu memenuhi janjinya ? Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet.
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|