Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store. KISAH - 19, CARA HEMAT ENERGI Aku kadang berandai – andai, misalnya aku akan tetap kerja di Hammerfest LNG sampai pensiun dan tinggal di kota Hammerfest, rasanya aku tidak perlu punya mobil sendiri. Ini kebalikan dengan kehidupan di tanah air saat ini, dimana banyak orang – orang, yang sebenarnya penghasilan per bulannya, belumlah terlalu besar, tapi keinginannya selalu punya mobil sendiri. Alasannya bisa macam – macam, katanya mobil sendiri lebih hemat & bisa bawa keluarga, kalau ingin pergi bersama keluarga. Alasan lain, katanya transportasi publik kita seperti bis kota dan kereta api, masih buruk kondisinya, akibatnya tidak aman dan nyaman kalau kita pakai transportasi umum. Ada alasan lain lagi, yang mungkin juga ada, yaitu gengsi. Kita akan dipandang sebagai orang kaya atau mampu oleh orang lain, kalau kita bisa naik mobil sendiri. Semoga saja, kita punya mobil karena memang kita butuh, bukan karena gengsi semata.
Namun, anehnya, ketika Pemerintah ingin menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin atau premium, maka mereka yang mampu beli mobil, walaupun dengan cara kredit, mulai rame – rame menolaknya. Kita ini mampu membeli mobil, tapi kenapa kita tidak mampu beli bensin yang tanpa subsidi, pertamax misalnya ? Biarlah subsidi itu, dipakai oleh saudara – saudara kita yang masih naik motor atau subsidi itu untuk angkutan umum dan angkutan kebutuhan hidup kita seperti beras, sayur mayur, pakaian dsb. Namun aku yakin, kalau transportasi publik kita seperti bis kota dan kereta api bisa aman, nyaman dan murah serta menjangkau hampir semua wilayah kota di tanah air, maka masyarakat akan berbondong – bondong naik transportasi publik. Aku yang saat itu bekerja di Hammerfest LNG, sungguh tidak memerlukan punya mobil sendiri. Bis yang dioperasikan oleh Perusahaan melayani rute mulai dari areal Hammerfest LNG sampai pusat kota Hammerfest. Bis – bis itu jadwal keberangkatannya bisa 10 menit, 15 menit atau 30 menit sekali dari terminal bis yang ada di Hammerfest LNG maupun di pusat kota Hammerfest. Kita bisa naik bis yang disediakan Perusahaan gratis! Kita bisa naik bis yang lewat tempat pemberhentian yang ada di sepanjang jalan dari lokasi Hammerfest LNG sampai dengan pusat kota Hammerfest. Ada banyak hal yang aku kagumi dari pengoperasion bis di Hammerfest. Yang paling aku suka adalah masalah ketepatan waktu. Di sana bis yang dioperasikan oleh Perusahaan dan Perusahaan Bis Umum sangat tepat waktu. Bis – bis tersebut sangat tepat waktu baik saat datang dan pergi dari pemberhentian bis. Beberapa kali, aku ketinggalan bis waktu pulang kerja atau kebetulan lagi jalan – jalan ke kota. Kadang yang membuatku jengkel, masak beda kurang dari 2 menit saja, bis-nya sudah jalan. Padahal aku sampai lari – lari dari toko makanan, tempatku belanja, ke halte bis supaya jangan sampai tertinggal. Peristiwa ini jarang atau hampir nggak pernah aku temui di tanah air. Pernah aku sudah sampai di halte busway - Jakarta, sampai telat lebih dari 30 menit, bis-nya belum datang – datang juga. Ketepatan waktu untuk bis – bis di tanah air sampai saat ini memang masih masalah yang tak kunjung teratasi. Bis – bis yang tepat waktu kadang hanya bisa ditemui di lingkungan Perusahaan, kalau sudah bis – bis umum, aku sangat pesimis bisa tepat waktu. Tidak demikian di Hammerfest, mau itu bis – bis Umum atau Perusahaan, kedua – keduanya sama – sama tepat waktu. Hal kedua yang aku kagumi adalah tidak ada penumpang bis yang berdiri. Semua penumpang bis harus bisa dapat tempat duduk. Kalau bis sudah penuh, kita yang sudah antri, harus menunggu bis berikutnya. Jadi, rasanya sangat nyaman naik bis. Tetapi kita tidak perlu khawatir, karena bis yang kita tunggu pasti akan datang tepat waktu. Lain juga di tanah air, apalagi bis – bis dalam kota dan antar kota, bukan hal tabu, kalau bis – bis diisi penumpang sampai berjubel berdiri dalam bis – bis tersebut. Bagaimana copet tidak senang dengan kondisi ini? Hal ketiga yang aku salut adalah naik bis dengan tertib, satu per satu. Tidak ada ceritanya, rebutan naik bis seperti di tanah air. Karena penduduk Hammerfest yakin, bahwa mereka akan bisa dapat tempat duduk di bis. Artinya, jumlah bis – bis di sana, mampu menampung seluruh penumpang yang ada. Di tanah air, jumlah penumpangnya banyak, bis-nya kurang, ditambah masyarakat kita kurang bisa tertib. Akhirnya jadilah arena rebutan saat naik bis. Hal keempat yang aku kagumi adalah keramahan sopir bis. Di Hammerfest, penampilan sopir bis tidak kalah dengan pegawai bank. Mereka sangat rapi, malah banyak yang pakai dasi. Mereka sangat bangga dengan pekerjaannya. Karena yang aku dengar, gaji mereka juga lumayan besar. Para sopir ini tidak segan untuk turun untuk membantu penumpang yang lagi kesulitan, misalnya membawa banyak bawaan. Kemudian barang bawaan itu dinaikkan ke atas bis atau bagasi. Padahal sopir di Hammerfest tidak punya pembantu alias kenek. Aku bayangkan berapa kali dia harus naik turun bis untuk membantu penumpang dalam sehari. Guyonan dalam hatiku, kalau mau badan kurus, baik juga, aku jadi sopir di Hammerfest. Satu hal lagi, aku tidak pernah melihat sopir bis merokok dalam bis. Para sopir ini akan merokok kalau bis sudah berhenti. Mereka merokok di tempat yang memang disediakan untuk merokok di luar bis. Kebiasaan ini sangat mudah ditemui di tanah air. Kadang bis AC, sopirnya merokok, kami penumpang ini yang akan mabuk asap rokoknya. Makanya tak heran, bisnya kelihatan bersih tapi dalamnya sudah bau rokok saat kita naik. Abis sopirnya doyan merokok dalam bis! Hal kelima yang juga sangat aku kagumi adalah para sopir sangat memperhatikan keselamatan penumpangnya. Sopir baru menjalankan bisnya kalau memang sudah semua penumpangnya duduk. Di tanah air ini kadang hal luar biasa terjadi. Ini penumpang, saat naik bis, kaki yang satunya sudah diatas bis dan kaki satunya lagi masih di tanah, sopir nggak perduli, bis dijalankan begitu saja. Tentu saja penumpang kaget, masih untung, kalau dia tidak jatuh. Kalau sampai jatuh, ban depan dan belakang sudah siap untuk menggilasnya. Seringkali kejadian itu juga terjadi saat turun dari bis. Kenapa para sopir kadang melakukan seperti itu di tanah air. Jawabannya gampang, mereka berebut penumpang dengan sesama bis yang lain. Logikanya, kalau aku sebagai sopir nggak buru – buru atau ngebut, bisa – bisa aku nggak dapat penumpang. Mungkin yang harus diperhatikan oleh Pemerintah dan Pengusaha bis adalah bagaimana caranya meningkatkan kesejahteraan para sopir bis tersebut. Kalau tidak, jangan heran kalau kematian akibat kecelakaan lalu lintas, menjadi penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit jantung dan stroke. Hal terakhir yang aku kagumi adalah kondisi bis – bis di Hammerfest selalu bersih dan apik walaupun sepertinya bis – bis itu sudah tua umurnya. Untuk hal ini memang diperlukan peran serta para sopir dan penumpang. Para sopir juga harus bisa memelihara kebersihan bis dan merawatnya seperti miliknya sendiri. Penumpang juga harus tertib saat naik bis, misalnya tidak mencorat coret bis, merusak bangkunya, membuang sampah sembarangan dalam bis dsb. Hal ini yang juga sering ditemui di tanah air. Sudah kondisi bisnya jelek, karena sudah tua umurnya, kotor dan bau lagi dalamnya. Bisa dibayangkan bagaimana sebenarnya penderitaan para penumpangnya. Katanya, kita sebagai muslim, kebersihan itu sebagian dari iman. Tapi kalau sudah naik bis, lupa kita akan hal ini. Kalau transportasi umum atau publik seperti bis kota, kereta api, taksi, angkot dsb kondisinya baik, sopirnya ramah, tepat waktu dan pasti dapat tempat duduk seperti di Hammerfest, maka aku yakin tidak banyak mobil pribadi atau motor berkeliaran di jalan raya. Mereka akan memilih naik transportasi umum untuk bekerja, sekolah, berdagang dsb. Dengan berkurangnya jumlah kendaraan yang ada di jalan raya, otomatis kemacetan akan berkurang dan bahan bakar minyak (BBM) bisa dihemat di tanah air. Akhirnya polusi udara juga berkurang, kualitas hidup kita akan semakin baik.
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|