Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store. KISAH - 20, HIKMAH CUACA DINGIN Setelah bekerja kurang lebih 3 bulan di Hammerfest LNG – Statoil, dalam hati kecilku, sebenarnya enggan aku kembali bekerja di tanah air. Suasana kerja yang penuh kehangatan dari teman – teman Norwegia-ku, membuat aku sangat nyaman bekerja di sana. Saat kerja, kita fokus pada pekerjaan dan saat santai alias istirahat, kita bisa bercanda dan saling bercerita pengalaman hidup kita. Hebatnya, selama aku kerja di Hammerfest LNG, tidak ada sebuah obrolan pun yang isinya menjelekkan teman kerja yang lain atau ngomongin yang kurang baik tentang orang lain. Kalau dalam bahasa kita di tanah air, ”ngrumpi-lah” seperti itu.
Dalam obrolanku dengan teman – teman, cerita yang sering disampaikan adalah tentang kegiatan kita di hari libur. Kalau hari Senin pagi, kita bertemu, pasti pertanyaan pertamanya, apa acara liburanku di hari Sabtu dan Minggu? Kemudian pertanyaan berikutnya, bagaimana cuaca saat hari libur? Aku ingat betul, teman – teman di Hammerfest, paling antusias kalau sudah cerita tentang cuaca. Keingintahuan mereka tentang cuaca memang besar sekali. Kadang mereka seperti merenung, alangkah nikmatnya bisa hidup di cuaca yang hangat atau panas seperti di tanah air. Aku bisa mengerti kenapa ada pemikiran seperti itu. Di Hammerfest, walaupun yang namanya musim panas, suhu paling tinggi paling hanya 5 oC, malah sering suhunya masih dibawah 0 oC alias minus (-). Pada suhu tersebut, bagi mereka yang asli Norwegia saja masih merasa sangat dingin. Apalagi bagi kita, orang Indonesia, yang biasa hidup dengan suhu diatas 30 oC. Kadang aku bingung, kapan ada musim panas di Hammerfest? Masak musim panas, cuacanya masih terasa sangat dingin, suhu udaranya masih minus? Beda antara musim dingin dan panas di Hammerfest, terletak pada munculnya matahari. Kalau musim dingin, matahari hanya muncul sebentar saja, mungkin tidak sampai 3 jam, setelah itu tenggelam lagi alias malam lagi. Pada puncak musim dingin, Desember – Januari, bisa – bisa 24 jam alias sehari semalam, matahari tidak muncul sama sekali. Jadi, selama 2 bulan, kita hidupnya malam terus, lampu di rumah, kantor dan jalan – jalan menyala terus. Tapi asyiknya, salju akan terus turun, jadi semuanya serba putih. Bagi aku yang tidak ada salju di tanah air, rasanya indah sekali. Benar – benar semuanya serba putih. Atap rumah putih, atap kantor putih, jalan – jalan putih, gunung – gunung putih, kali atau sungai juga ada yang putih, pokoknya indah sekali. Inilah saatnya, kita main – main dengan lempar – lemparan bola salju. Pernahkah kita di tanah air, membayangkan hidup selama 2 – 3 bulan, malam terus dengan suhu udara yang hampir terus – menerus minus, minus 5 oC (- 5 oC), minus 10 oC (-10 oC) atau paling tinggi plus 2 oC (+ 2 oC)? Pernah teman Norwegia-ku, sambil bercanda, mengatakan bahwa hanya orang Asia yang gila saja, mau bekerja di Hammerfest! Walaupun, setengah ”guyon” tentunya omongan itu ditujukan kepadaku sebagai orang Asia. Benarkah aku ini ”orang gila”, buktinya aku sangat menikmati hidup dan bekerja di daerah yang sangat dingin ini! Musim panas adalah hal yang sangat berbeda dengan musim dingin. Matahari akan muncul lebih lama dari musim dingin. Pada puncak musim panas, antara April – Mei, bisa – bisa matahari akan muncul selama 24 jam. Dulu pernah aku berpikir, kalau musim panas nanti di Hammerfest, aku tidak perlu repot – repot memakai baju tebal sampai berlapis – lapis. Aku cukup pakai baju tipis saja seperti di tanah air. Tapi perkiraanku ternyata salah sama sekali! Ternyata musim panas, dinginnya juga tidak banyak berbeda saat musim dingin walaupun matahari terang bersinar. Suhu maksimalnya ditengah hari, juga paling tinggi plus 5 oC (+ 5 oC). Kalau pas ada angin, rasa dinginnya akan sama seperti dinginnya pada suhu minus 0 oC (- 0 oC). Akhirnya, baju yang aku pakai pada musim dingin dan musim panas sama saja, tetap tebal berlapis – lapis. Memang repotnya kalau musim panas, kebetulan misalnya matahari muncul terus dalam sehari, agak susah untuk tidur malam. Bagaimana tidak, ini sudah semestinya jam 20.00 (8 malam), tapi matahari masih terang bersinar. Kutunggu akhirnya sampai jam 24.00 (12 malam), mataharinya juga masih terang bersinar alias masih tetap siang hari. Jadi kalau aku shalat maghrib, isya dan subuh, sama saja seperti aku shalat dhuhur dan ashar karena siangnya 24 jam! Pernahkah juga kita di tanah air membayangkan, hidup pada siang hari selama 2 – 3 bulan terus menerus, tanpa ada malam hari dan suhu udara yang terasa sangat dingin? Walaupun awalnya cukup berat, lama – lama aku menikmatinya juga, hidup dan bekerja di Hammerfest. Aku sering mendengar cerita dari teman – teman yang asli Hammerfest saat liburan anak – anak sekolah atau cuti tahunan. Mereka mengajak anak – anaknya berlibur ke daerah tropis, yang udaranya panas seperti Yunani dan Thailand. Teman – temanku sebenarnya kasihan dengan anak – anak mereka, yang kadang hidup dalam cuaca yang sangat dingin, gelap kalau pas musim dingin, selama beberapa bulan dalam setahun. Makanya, walaupun hanya beberapa hari, anak – anak bisa menikmati cuaca yang panas, yang tidak pernah mereka nikmati di Hammerfest! Namun demikian, sebenarnya cuaca yang dingin ini banyak membawa manfaat kesehatan bagi kita yang hidup disana. Aku sendiri tidak pernah merasakan sakit atau paling tidak pegal – pegal kalau kecapaian kerja atau jalan jauh misalnya. Kulitku menjadi halus dan lembut tanpa memakai kosmetik atau obat. Aku hampir tidak pernah sakit selama tinggal di Hammerfest. Aku hanya membayangkan saja kenapa bisa begini, sepertinya aku ini hidup di dalam kulkas. Bukankah bahan makanan seperti daging, ikan dan sayur akan awet kalau dimasukkan kulkas! Wajar saja kalau usia orang – orang di Hammerfest bisa panjang umur. Mereka seperti hidup di dalam kulkas! Mungkin saja teoriku tadi benar tentang Hammerfest itu adalah sebuah kulkas. Kalau aku masak nasi di kamarku, walaupun nasi itu ditaruh di meja makan berhari - hari, tanpa tertutup rapat, maka nasi itu masih akan tetap bagus. Tidak menjadi busuk! Begitu juga roti, sayur dan buah – buah, walaupun ditaruh begitu saja di meja, aku amati dalam seminggu masih tidak membusuk. Yang jelas, karena udara yang sangat dingin, kita akan kesulitan untuk mencari nyamuk, lalat, semut termasuk tikus. Mereka mungkin tidak bisa hidup dalam cuaca yang sangat dingin di Hammerfest! Hikmah lain yang aku syukuri dari hidup di Hammerfest adalah sopannya para wanita dan laki – laki dalam hal berpakaian. Kita bisa membayangkan seperti apa pakaian orang – orang di Hammerfest. Mereka selalu memakai pakaian yang panjang menutupi seluruh tubuhnya. Kalau tidak, mungkin tidak kuat menahan rasa dingin saat berada di luar rumah. Termasuk di kantor juga, para wanita masih tetap baju panjang yang menutupi seluruh badannya. Aku termasuk orang yang sangat prihatin dengan gaya pakaian wanita di tanah air. Walaupun produksi kain di tanah air terus meningkat, tapi malah banyak sekali wanita Indonesia memakai bajunya semakin minim. Mereka tidak malu kalau, tubuhnya yang indah dan bagian tubuh yang sensitif, dilihat oleh orang banyak. Maka tak jarang pelecehan seksual banyak terjadi di angkutan umum, kantor atau tempat rekreasi dsb. Indonesia, tentunya sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, mestinya gaya berpakaian wanitanya tidaklah seperti itu. Padahal Islam sendiri memerintahkan wanita untuk menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangannya. Aku sendiri kadang tidak pernah merasa tinggal di sebuah negara yang penduduknya mayoritas muslim kalau melihat mayoritas cara berpakaian para wanitanya. Mungkin kita perlu berdoa bersama kepada Allah SWT agar kita ini diberikan saja cuaca yang sangat dingin seperti Hammerfest. Harapannya, para wanita akan berpakaian yang sopan, dengan tidak memamerkan bagian tubuhnya yang sensitif. Semestinya kita harus bersyukur, bahwa kita tidak hidup dalam negara yang cuacanya sangat dingin, sehingga kita lebih mudah dalam beraktifitas. Ketidak sopanan para wanita dalam berpakaian saat ini, dikhawatirkan akan diikuti oleh generasi muda kita di masa datang. Apakah kita tidak khawatir dengan masalah ini?
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|