Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Ayo Mencari Uang di Internet. KISAH - 4, SANG PEROKOK BERAT Nikmatnya ikut training di LNG Hammerfest adalah cukup banyak frekuensi istirahatnya. Rasanya, kita menjadi tidak bosan dengan materi training yang disampaikan, walaupun materinya cukup sulit untuk dipelajari. Misalnya, kita mulai training jam 8.00 pagi sampai menjelang makan siang jam 12.00, hampir setiap 1 atau 1.5 jam sekali istirahat. Waktu istirahatnya tidak lama, hanya sekitar 15 menit. Jadi, dalam selama 4 jam training, bisa 3 atau 4 kali waktu istirahatnya. Pengalaman ikut training di tanah air, aku paling banter bisa menikmati waktu istirahat sebanyak 1 kali atau paling banyak 2 kali selama 4 jam training. Memang waktu istirahatnya lebih lama, yakni 30 menit. Kalau kebetulan materinya kurang menarik atau penyajiannya membosankan, maka ngantuklah yang akan menemaniku selama training. Apa yang aku lakukan pada saat istirahat training adalah sama saja, baik di tanah air maupun di Hammerfest. Aku makan kue, minum minuman kesukaanku, ke toilet dan ngobrol dengan teman – teman sesama peserta training. Kalau yang suka merokok, pastilah menghisap 1 atau 2 batang rokok merupakan hal yang tak bisa dilupakannya. Kisah sang perokok ini terjadi saat aku dan 3 teman Indonesiaku mengikuti training proses kilang LNG Hammerfest. Training ini akan berlangsung sehari penuh, mulai jam 8.00 pagi sampai jam 16.00 sore. Training dimulai tepat jam 8.00 pagi dengan Tutor, yang notabene orang Norwegia asli. Aku beruntung, ternyata Tutorku ini punya pengalaman yang luas di bidang perminyakan khususnya saat dia bekerja di Texas, Amerika. Penyampaiannya sangat menarik dan tidak membosankan.
Setelah training berlangsung 1.30 jam, atau sekitar jam 9.30, Tutorku minta kita istirahat selama 15 menit. Dengan riang gembira, aku dan teman - teman keluar ruangan untuk beristirahat. Aku berpisah dengan teman - temanku, karena mereka memilih istirahat di ruangan merokok sedangkan aku di ruangan lain, yang tidak boleh untuk merokok. Kunikmati istirahatku yang singkat dengan makan kue khas Norwegia dan minuman coklat yang hangat. Tak lupa, aku juga pergi ke toilet setelah makan dan minum. Tak terasa 15 menit sudah berlalu, aku bergegas kembali ke ruangan training. Tutorku ternyata sudah ada di dalam dan siap untuk melanjutkan training. Setelah aku duduk, kulihat dia mulai mengernyitkan dahinya. Aku tahu sinyal mukanya itu, pertanda ada sesuatu yang akan ditanyakan padaku atau ada sesuatu yang membuatnya keheranan. Tapi, ternyata dia menahan diri untuk tidak bertanya padaku selama beberapa menit kemudian. Aku terus terang merasa kikuk berada di dalam ruangan sendirian. Ketiga temanku belum muncul juga di ruangan training. Kulirik jam tanganku, sudah hampir 30 menit teman - temanku beristirahat, kenapa mereka belum masuk ke ruangan. Kegelisahanku ternyata juga dirasakan oleh Tutorku. Dia bingung, mau melanjutkan training, tapi yang ada baru satu orang saja, yakni aku. Akhirnya, Tutorku dengan tersenyum, berdiri dan datang ke mejaku. Aku berpikir jangan - jangan aku akan disalahkan gara - gara tidak mengajak teman - temanku masuk ruangan training tepat waktu. Dengan bahasa Inggrisnya yang fasih, dia menanyakan sebuah pertanyaan, yang sebenarnya, aku juga tidak bisa menjawabnya dengan benar. Tutorku bertanya, ”Apakah ada pengertian yang lain di Indonesia, tentang waktu 15 menit untuk istirahat?”. Pertanyaan ini kelihatan sepele, tapi buktinya aku tak bisa dengan serta merta menjawabnya. Kucoba berpikir cepat, apa maksud pertanyaannya itu. Mungkin ini berkaitan dengan belum hadirnya ketiga temanku di ruangan training. Akhirnya, kujawab juga pertanyaan itu, bahwa tidak ada pengertian lain di Indonesia tentang waktu istirahat 15 menit. Maksudnya, kita hanya bisa beristirahat selama 15 menit, kalau memang itu waktu yang diberikan kepada kita untuk istirahat. Mendengar jawaban itu, Tutorku tidak serta merta puas. Dia lanjutkan lagi pertanyaannya, ”Kalau memang benar, 15 menit waktu istirahat versi Indonesia, betul – betul hanya 15 menit saja untuk beristirahat, kenapa sudah hampir 30 menit, ketiga temanmu belum datang juga ke ruangan training?” Pertanyaan ini, terus terang, membuatku mati kutu! Aku tak mampu lagi menjawabnya dan hanya terdiam. Akhirnya, Tutorku minta tolong aku memanggil ketiga temanku untuk segera masuk ruangan training. Sepanjang perjalanan dari ruangan training ke tempat merokok, tempat teman - temanku berada, aku mencoba berpikir tentang pelaksanaan waktu istirahat selama training di Indonesia. Semestinya benar jawabanku kepada Tutorku tadi, bahwa 15 menit waktu istirahat, semestinya kita hanya bisa istirahat selama 15 menit. Tapi kalau yang aku alami selama ini di Indonesia, apalagi trainingnya dilakukan di luar kantor, pastilah waktu istirahat itu banyak molornya. Dikasih waktu istirahat 30 menit, prakteknya bisa molor seperti karet, jadi 45 menit bahkan 1 jam. Alasannya bisa macam - macam, abis makan perlu merokok, abis minum perlu telpon istri atau anak dsb. Gamblangnya, kita memang masih belum bisa disiplin dengan waktu yang sudah kita sepakati. Setelah aku bertemu teman - temanku, kutanya, kenapa mereka tidak bisa tepat waktu istirahatnya. Jawabannya sederhana banget, bagaimana mungkin 15 menit cukup untuk merokok! Satu batang rokok juga belum habis kalau cuma 15 menit! Benar juga perkiraanku, merokok dijadikan alasan untuk tidak tepat waktu.”Ayo, kita segera masuk ke ruangan training, pak Tutor sudah menunggu dari tadi!” kataku kepada ketiga temanku. Setelah kita lengkap lagi ada di ruangan training, Tutorku mengajukan sebuah pertanyaan kepada kita semua. Ternyata, pertanyaan sama dengan yang diajukan kepadaku tadi. Salah satu temanku mencoba menjawabnya dengan jujur. Jawabannya sama persis dengan yang aku pikirkan ketika menjemput mereka ke ruangan merokok. Kata temanku, memang benar lamanya waktu istirahat di Indonesia sudah diatur oleh panitia Training, tapi prakteknya di Indonesia banyak molornya! Panitia biasanya maklum saja akan hal ini, tidak menjadi suatu masalah! Tutorku tertegun sejenak, mendengar jawaban spontan dari temanku. Dia tidak gusar atau kelihatan jengkel dengan jawaban itu. Dengan santainya, dia mengajukan sebuah usulan kepada kita. Tutorku mengusulkan 2 istilah yang akan dipakai untuk menentukan lamanya waktu istirahat. Kedua istilah itu adalah Waktu Indonesia (Indonesia Time) dan Waktu Norwegia (Norwegia Time). Kalau Tutorku bilang waktu istirahatnya 15 menit, waktu Norwegia, maka kita hanya boleh beristirahat benar - benar 15 menit. Tapi, kalau Tutorku bilang 15 menit, waktu Indonesia, maka kita bisa agak santai, karena paling tidak kita bisa molor 15 menit lagi istirahatnya. Terus terang, baru kali ini, aku temui penentuan lamanya waktu istirahat saat training dengan memakai 2 istilah. Aku tak bisa menolak, karena memang kita tak bisa disiplin dengan waktu istirahat yang sudah ditetapkan oleh Tutorku. Kedua istilah itu, kalau kupikir, telah memberikan citra yang kurang baik bagi bangsaku. Bangsaku, bukanlah bangsa yang bisa disiplin dengan waktu. Apakah memang benar seperti itu potret bangsaku ? Bagaimana kita bisa menjadi bangsa yang maju dalam segala bidang seperti bangsa - bangsa lain di dunia, kalau kita tak pernah bisa disiplin dengan waktu ? Waktu tak akan pernah bisa kembali, sudah semestinya kita menghargai yang namanya sang waktu. Kita mestinya berbuat yang lebih produktif untuk mengisi waktu kita. Sejak peristiwa di ruangan training itu, aku berjanji dalam hatiku, bahwa akan kutunjukkan kepada bangsa lain bahwa masih ada orang Indonesia yang bisa tepat waktu dan selalu menghargai waktu!
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|