Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Ayo Mencari Uang di Internet. KISAH - 7, SEBUAH PEMBERIAN TERBAIK Di Laboratorium LNG Hammerfest, selain pekerja Statoil yang permanen, ada juga pekerja magang, seperti banyak ditemukan pada banyak Perusahaan di Indonesia. Kukenal salah satunya, bernama Kaja. Kutaksir umurnya sekitar 18 tahun, agak gemuk dan lumayan cantik paras wajahnya. Dia adalah pelajar tingkat akhir atau sebutlah kelas 3 dari sebuah Sekolah Menengah Analis Kimia di Norwegia. Walaupun bukan pekerja Statoil, namun kuperhatikan tugas – tugas yang diberikan kepadanya seperti mengambil sampel dan melakukan analisis Laboratorium adalah sama saja dengan yang dilakukan pekerja Statoil permanen. Tapi tentunya, bukan tugas analisis yang sifatnya rumit dan membutuhkan ketelitian atau bahkan resiko yang tinggi. Sama halnya dengan remaja lainnya di Norwegia atau di Indonesia, dia orangnya sangat lincah, riang dan suka bergaul. Banyak hobinya yang unik seperti suka main sepak bola, main ski dan menyanyi. Satu macam benda yang sangat dia sayangi adalah sebuah kaca mata hitam. Kuperhatikan sekilas, sepertinya kaca matanya sangat eksklusif dan harganya mungkin cukup mahal. Yang namanya remaja, biasalah kalau sangat suka tampil necis dan bergaya. Kulihat ada satu kaca mata hitam, yang selalu melekat di kepalanya setiap hari. Setiap datang dan pulang kerja, kaca mata itu selalu dipakainya, bahkan saat analisis di Laboratorium, kuperhatikan kaca mata itu masih melekat di atas kepalanya. Di Laboratorium, kalau sedang santai, kaca mata itu di lap dan di lap lagi sampai bersih dan mengkilap. Aku sepertinya yakin, dia akan sedih sekali kalau kaca matanya sampai hilang. Walaupun laki – laki, aku juga hobi untuk memakai kaca mata, khususnya kaca mata hitam untuk melindungi mataku dari sinar matahari. Tidak seperti Kaja, aku kadang tidak terus menerus meletakkan kaca mata kesayangku di badanku. Akibatnya, bisa diduga, aku sering sekali lupa menaruh kaca mata kesayanganku dan malangnya, seringkali aku tak bisa lagi menemukan dimana kaca mataku alias hilang. Makanya, kadang aku sayang, kalau beli kaca mata yang agak mahalan, khawatir aja akan hilang dan hilang lagi. Di Laboratorium LNG – Statoil, aku senang sekali dengan kaca mata keselamatan (safety) yang aku pakai. Selain modelnya trendy, simpel tapi juga warna kacanya ada yang hitam, kuning dan bening, tentu saja ukurannya pas dengan wajahku dan enak dipakai. Kaca mata yang tersedia cukup banyak sehingga kalau rusak sedikit saja atau kotor bisa langsung mengambil sendiri gantinya. Seandainya saja, kaca mata tersebut bisa kubawa pulang ke Indonesia, lumayanlah untuk tampil beda di tanah air. Tanpa terasa aku telah 6 bulan bekerja di LNG Hammerfest – Statoil dan suatu saat, ketika aku akan pulang ke Indonesia untuk berlibur, keinginanku untuk memiliki kaca mata dari Laboratorium LNG sangat kuat. Akhirnya, aku bilang kepada Kepala Seksi Laboratorium LNG agar bisa memiliki kaca mata tersebut. Kusampaikan kepadanya, aku sangat menyukai kaca mata keselamatan yang ada di Laboratorium LNG, beda dengan kaca mata keselamatan di tempat kerjaku sebelumnya, yang terasa berat di mata dan modelnya sangat kaku. Pokoknya tidak nyaman untuk dipakai bekerja di Laboratorium. Tanpa kuduga, dengan entengnya, dia mempersilahkan aku untuk membawanya ke tanah air, semoga aku senang memakainya, katanya dengan halus. Tanpa aku sadari, ternyata pembicaraanku tentang kaca mata dengan Kepala Seksi Laboratorium LNG, terdengar juga oleh Kaja, yang sedang bekerja di dekat ruangan Kepala Seksi. Begitu aku keluar dari ruangan Kepala Seksi, aku langsung saja masuk ke ruangan kerjaku. Tak lama kemudian, Kaja mendatangiku dan bertanya apakah benar aku suka dengan kaca mata. Aku tak terkejut dengan pertanyaan itu karena aku yakin dia mendengar apa yang aku bicarakan dengan Kepala Seksi Laboratorium tadi. Spontan saja kujawab, benar bahwa aku sangat suka dengan kaca mata dan aku ingin memiliki kaca mata keselamatan yang ada di Laboratorium LNG Hammerfest. Tapi yang membuat aku sangat terkejut adalah ketika Kaja mengatakan bahwa dia ingin memberikan kaca mata kesayangannya untukku. Tentu saja, aku dengan halus menolak keinginannya karena aku tahu, dia begitu sangat menyayangi kaca mata hitamnya itu. Tapi Kaja tidak menyerah begitu saja, dengan bermacam – macam alasan seperti nanti bisa beli lagi, masih banyak kaca mata miliknya dsb., dia terus berusaha menyakinkanku agar aku mau menerima pemberiannya. Akhirnya, aku luluh juga, dengan setengah hati sebenarnya, kuterima pemberiannya berupa kaca mata hitam kesayangannya. Aku janji, kalau habis pulang liburan di tanah air, aku akan bawakan oleh – oleh dari Indonesia untuknya. Dengan gembira, Kaja keluar dari ruanganku setelah memberikan kaca mata kesayangannya kepadaku. Setelah kuterima kaca mata dari Kaja, aku hanya terus berpikir, begitu ringannya Kaja memberikan kaca mata kesayangannya kepada orang lain. Dia tahu ada orang lain yang suka kaca mata, lalu dia berikan kaca mata miliknya. Aku dan Kaja juga sebenarnya tidak terlalu akrab, maklumlah Kaja adalah anak muda dan tentunya akan sangat senang bergaul dengan temannya, yang tidak terlalu jauh umurnya dengan dia. Hanya satu kata, yang aku bisa katakan, luar biasa ! Biasanya, anak muda akan sangat pelit untuk memberikan benda atau apapun yang menjadi kesayangannya kepada orang lain. Kalau memberikannya kepada pacarnya, saudaranya atau orang tuanya, semua itu sudah merupakan hal biasa. Tapi kali ini, Kaja memberikan kaca matanya yang disayanginya kepada orang lain, yang tidak terlalu akrab dengannya. Kalau perilaku Kaja ini bisa banyak dilakukan oleh para remaja kita, tentunya para remaja di tanah air akan semakin baik karena tidak akan egoistis dan materialistis. Bukankah kedua hal itu yang membuat remaja kita sekarang ini jadi kurang peka dengan permasalahan bangsa ! Sebagian remaja kita, maunya mendapatkan segala sesuatu dengan mudah dan hidup enak dalam waktu singkat tanpa harus bersusah payah. Ini adalah cikal bakal perilaku korupsi di tanah air. Setelah mendapatkan yang diinginkannya, para remaja enggan membaginya kepada yang lebih membutuhkannya.
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|