Ringkasan kisah serial 1: Seorang narapidana sejak kecil melepaskan diri dari hidup mengikuti ajaran agama yang dinilainya tidak masuk akal. Diapun terjerumus menjadi preman jalanan dan dipenjara di Penjara Clemens yang dikenal dengan julukan "Api Neraka". Lihat di sini selengkapnya. Saya meninggalkan Penjara Clemens Desember 1991 untuk dipindah ke Penjara Hughes di Gatesville, Texas agar bisa kuliah di sana. Setibanya di sana saya segera sadar lingkungannya yang sama sekali berbeda dengan di Penjara Clemens. Di Penjara Clemens penghuninya berusia hampir sama dengan saya. Di sini sebagian besar berusia 15 - 20 tahun lebih tua dari saya. Reputasi saya sudah terkenal di Penjara Hughes sebelum saya datang sehingga saya terpaksa menerimanya. Beberapa orang yang lebih tua dari saya mencoba mengingatkan, namun demikian kebiasaan seperti sewaktu di Penjara Clemens kembali terulang lagi di sini. Saya banyak berkelahi, mabuk-mabukan, dan melakukan apa saja untuk melawan aturan yang menurut saya bobrok. Ketika ayah saya meninggal dunia tahun 1993, hidup saya melorot tak terkendali. Di mata saya tak ada gunanya lagi hidup - satu-satunya sumber kemantapan diri telah hilang. Semasa itulah saya bertemu dengan tiga orang bersaudara. Seorang bernama Yakub, yang lain bernama Karim dan Wadi. Mereka bertiga adalah orang paling disiplin yang pernah saya kenal. Mereka muslim yang seluruh tujuan hidupnya hanyalah untuk menyenangkan Tuhan. Seringkali mereka mengundang saya menghadiri pengajian Islam, tetapi dengan status sebagai seorang gangster dan mental bobrok, saya menolaknya dan terus melanjutkan kebiasaan-kebiasaan buruk saya. Saat itu saya menganggap diri saya seorang Ateis. Satu-satunya hal yang saya sembah adalah kekuasaan. Satu-satunya yang saya percaya adalah diri saya sendiri. Dalam keadaan seperti itulah saya bertemu dengan seorang pemuda yang membuat saya terinspirasi untuk kembali ke satu hal yang hilang dalam hidup saya, yaitu: Tuhan. Ketika itu tahun 1995, dan saya bekerja di bagian dapur sebagai juru masak. Tugas saya adalah memastikan makanan yang disajikan sesuai standar dan setiap orang yang ada dalam daftar yang telah disetujui harus mendapatkan makanannya. Asisten saya seorang pemuda bernama Haywood. Dia seorang muslim dan memiliki nama muslim Mustafa. Kami bersahabat baik dan sering ngobrol mengenai segala hal: politik, pendidikan bahkan agama. Suatu hari ketika dia sedang belajar, saya bertanya apa yang sedang dibacanya. Dia menjawab, "Ini bukan tentang minum-minuman keras atau pembunuhan - kamu tidak akan tertarik." Saya terus mengganggu dia sampai akhirnya dia menunjukkan apa yang sedang dipelajarinya: dia sedang belajar sendiri bahasa Arab. Ketika dia bertanya apakah saya tahu apa itu? Saya menjawab, "saya tahu itu" tetapi dia tidak percaya. Saya beritahu dia bahwa saya pernah tahu itu tahun 1984. Saya katakan kepadanya bahwa saya bahkan bisa membacanya kalau saya diajari huruf-hurufnya saja. Dia menjawab: "NO WAY", sehingga saya mengajaknya taruhan tetapi dia mengatakan bahwa muslim dilarang berjudi.
(bersambung)
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|