Pagi tadi saya memberikan safety talk yang saya beri judul "Process Safety Tanggung Jawab Setiap Orang". Sering kali ketika ada orang bicara tentang "process safety" atau "process safety management" yang terpikir oleh kita adalah bahwa itu bukan urusan saya. Process safety adalah urusannya orang safety atau QHSE atau Process Engineering. Ini anggapan keliru. Mari kita bahas sedikit hal ini. Secara umum "Process Safety Management" adalah membuat barrier agar bahaya tetap berada di tempatnya tidak keluar menimbulkan ancaman bagi manusia, lingkungan, dan properti. Barier bisa dibagi dalam lima hirarki. Ke lima hirarki itu adalah: 1) Eliminasi, 2) Substitusi, 3) Engineering Controls, 4) Administrative Controls, 5) Personnal Protective Equipment. Kedayagunaannya berurutan yaitu no. 1 paling berdayaguna dan no. 5 paling rendah kedayagunaannya. Metoda eliminasi adalah terbaik karena bahayanya yang kita langsung hilangkan. Ini paling efektif jika dilakukan pada tahap konsep pabrik. Bahaya yang dikandung oleh bahan yang dikelola apakah bisa dihilangkan? Ternyata tidak selalu bisa karena berbagai alasan ekonomis maupun teknologi yang tersedia. Lanjut dengan menggunakan metoda substitusi. Bahaya itu apakah bisa dihilangkan dengan cara mengganti bahan yang dikelola dengan yang lebih aman atau ramah lingkungan?. Inipun terkadang tidak bisa dilakukan sepenuhnya. Maka dilakukanlah tahap "engineering control". Pabrik dibangun dengan kaedah-kaedah rekayasa teknis yang baik dan mengacu pada standar industri yang berlaku di nasional maupun internasional. Tetapi ternyata metoda "engineering control" ini juga ada keterbatasannya sehingga diperlukan metoda "administrative control". Pada tahap operasi sebuah pabrik maupun kilang LNG metoda "administrative control" inilah yang paling banyak menjadi andalan dalam mengoperasikan kilang LNG dengan aman. Metoda ini paling lemah dari segi kedayagunaannya tetapi melalui disiplin dan training yang terstruktur dan berkala bisa cukup baik keandalannya. Beberapa contoh "administrative control" antara lain adalah: prosedur operasi, prosedur maintenance, manajemen perubahan, ijin kerja, manajemen alarm, manajemen lock open / lock close valve, manajemen PSV, manajemen safety critical element, preventive maintenance dan predictive maintenance. Metoda ini agar berdayaguna tidak boleh dianggap sebagai pekerjaan administrasi semata. Setiap orang sebelum membubuhkan tandatangannya haruslah benar-benar telah melakukan tugasnya terlebih dahulu. Berikut ini saya berikan contoh berdasarkan kisah nyata agar lebih mudah memahaminya. Peristiwanya terjadi saat plant shutdown. Sebuah cryogenic control valve berukuran 8 inchi selesai diperbaiki di workshop dan akan dipasang kembali ke tempatnya semula. Lokasinya pada ketinggian sekitar 6 meter. Pekerjaan pengangkatan dilakukan dengan bantuan crane. Operator sudah membubuhkan tandatangan di kertas ijin kerja yang dipegang pekerja maintenance. Ketika sebagian baut di pipa tempat control valve akan dipasang, terdengar suara mendesis. Pekerja maintenance melanjutkan membuka baut dengan alasan suara itu berasal dari sisa tekanan yang memang terkadang masih ada. Ketika baut hampir semua terlepas, tiba-tiba terdengar suara keras yang membuat semua orang kaget. Untungnya tidak ada yang cedera, tidak ada lingkungan yang tercemar, juga tidak ada kerusakan apapun sehingga peristiwa ini hanya dikategorikan sebagai near miss. Apa yang terjadi? Hasil investigasi menunjukkan masih ada tekanan dalam pipa sebesar 1,5 kg/cm2 ketika pekerja maintenance mulai membuka baut pipa. Mengapa masih ada tekanan? Pipa memang sudah dikosongkan tetapi ada satu valve yang dicurigai passing. Mengapa operator membubuhkan tandatangannya sebagai pernyataan bahwa dia sudah meyakinkan aman bagi pekerja maintenance untuk memulai pekerjaannya? Ternyata ada kebiasaan operator membubuhkan tandatangan sambil melakukan pengecekan ulang keadaan aman atau tidak dengan anggapan pekerja maintenance nanti juga akan memberitahu sebelum pekerjaan benar-benar akan dimulai. Operator juga beranggapan pipa masih aman tidak bertekanan karena sudah dikosongkan sehari sebelumnya. Dari hasil investigasi terlihat bahwa operator telah membuat aturan ijin kerja menjadi sekedar pekerjaan administratif saja. Seandainya dia melakukan pengecekan lebih dulu sebelum memberikan tandatangan pada ijin kerja tentu insiden ini bisa dicegah. Begitupun pekerja maintenance yang menurut aturan ijin kerja seharusnya memastikan keamanan tempat kerja sebelum memulai pekerjaan, tetapi gagal melakukannya. Bahkan sudah ada indikasi ketika baut pertama dibuka mereka tetap melanjutkan membuka beberapa baut lagi sampai terjadi insiden itu. Hasil invetigasi juga menunjukkan bahwa paket kerja maintenance tidak mencantumkan bahaya sisa tekanan di dalam pipa. Ternyata memang paket kerja ini dibuat jauh sebelum shutdown dan telah terjadi perubahan lingkup kerja hanya beberapa hari sebelumnya dan paket kerja tidak disesuaikan. Perubahan terjadi karena dua hari sebelum shutdown terjadi kebocoran pada bonnet dari control valve tsb sehingga diputuskan untuk membongkar valve dan membawanya ke workshop, bukan hanya melepas aktuatornya saja. Perubahan ini tidak diikuti dengan penyesuaian paket kerja shutdown yang terkait. Jelas terlihat dari diskusi kita ini bahwa ternyata process safety adalah tanggung jawab setiap orang. Saat terjadi perubahan lingkup kerja banyak orang yg terlibat gagal untuk mengingatkan penyesuaian paket kerja terkait. Begitupun pekerja maintenance dan operator punya peran untuk mencegah atau menyebabkan terjadinya insiden process safety.
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|