Mungkin anak-anak muda jaman sekarang sudah tidak mengetahui lagi sejarah kelam bangsa ini menjelang runtuhnya rezim Sukarno tahun 1966. Tetapi peristiwa serupa sedang terulang kembali dengan adanya pembunuhan pengawal Habib Rizieq Syihab yang diikuti dengan penahanan beliau dan pembubaran ormas yang dipimpinnya. Semuanya terjadi tanpa proses hukum yang adil dan beradab.
Ulama kharismatik Buya Hamka pada tahun 1964 pernah ditahan oleh rezim Sukarno selama dua tahun empat bulan. Berikut ini kisahnya. Selain ditahan, seluruh buku karya Buya Hamka dilarang beredar. Penerbitpun mendapat ancaman untuk tidak lagi menerbitkan buku-buku beliau. Padahal, royalti buku merupakan penghasilan Buya satu-satunya setelah mundur dari Kementerian Agama, selain dari berceramah dan seminar. Istri Buya yang biasa dipanggil Ummi, mulai melelang barang-barang yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sampai suatu pagi, Ummi bersama Irfan pergi ke pemilik penerbitan, dengan sisa uang yang hanya cukup untuk ongkos becak. Namun, pemilik penerbitan itu menyampaikan kepada Ummi: "Ummi, buku-buku Buya yang baru dicetak, disita orang." "Penyitaan ini dikawal polisi. Ini ada sedekah dari kami untuk membeli beras," sambungnya. Mendengar itu, wajah Ummi memerah. "Kami datang tidak untuk mengemis. Berikanlah ini kepada yang lebih memerlukan," tegasnya. "Kami hanya bertanya barangkali ada honor Buya yang tersisa. Bila tidak ada, tidak apa-apa. Kami pamit pulang," lanjut Ummi. Merekapun baru tiba di rumah pukul 10.30 siang, karena pulang dengan berjalan kaki. Setibanya di rumah, ternyata ada tamu yang menunggu, yakni pemilik PT Pustaka Islam, HM Zen. Ia memberi amplop yang cukup tebal kepada Ummi seraya berkata: "Saya pernah sampaikan ke Buya, kalau tanah saya laku, ada bagian untuk Buya. Saya tunaikan janji saya." Belum lama HM Zen pulang, datang lagi sebuah mobil. Ternyata yang datang adalah pemilik sebuah penerbitan di Bukittinggi, Sumatera Barat, PT Pustaka Nusantara, Anwar Sutan Saidi. "Selama Buya ditahan, semua buku disita PKI. Hanya di Sumatera Barat yang aman bukunya," tuturnya. "Saya datang mengirim uang royalti kontan, karena takut jika lewat wessel akan disita pula," lanjutnya. Tak lama Anwarpun berpamitan pulang. Ummi menangis terharu, langsung mengambil wudhu dan melaksanakan shalat sunat syukur. Sobat semua yang dirahmati Allah. Kisah nyata ini membuat saya meneteskan air mata berkali-kali. Betapa Allah Swt begitu lembut memperlakukan hambanya yang soleh. Sesuai janji Nya kepada orang-orang yang bertaqwa, bahwa mereka akan mendapatkan rezki dari arah yang tidak disangka-sangka. Hal ini nyata dialami oleh Ummi, istri Buya Hamka. Seolah-olah Allah Swt ingin mengatakan bahwa Dia ada dan Dia Maha Menyaksikan segala sesuatu. Semoga kisah ini lebih memperkuat kita untuk selalu istiqomah di jalan yang Allah ridhoi dan selalu bersabar menjalaninya sampai Allah menurunkan pertolongan Nya. Betapa indahnya jika hal ini terjadi pada diri kita dan keluarga kita. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|