Meskipun masih terbilang "bayi" namun Donggi-Senoro LNG (DSLNG) yang beroperasi di Luwuk, Sulawesi Tengah, berhasil membuktikan kinerja yang tergolong kelas dunia. Bukan sembarang klaim, tetapi memang tidak lama setelah diresmikan Presiden RI bulan September 2015, di bulan Februari 2016 sudah bisa beroperasi tanpa adanya gangguan yang menyebabkan shutdown selama lebih dari 1 bulan. Begitu juga jumlah alarm pada tiap panel hanya terjadi sebanyak 2 kali per jam. Padahal umumnya pabrik baru akan mengalami "jatuh bangun" berkali-kali bahkan ada yang sampai 2 tahun baru bisa beroperasi tanpa trip dan biasanya jumlah alarm di tiap panel lebih dari 10 kali per jam. Untuk diketahui, standar kilang kelas dunia jumlah alarm adalah < 6 kali per jam per panel. Dalam kunjungannya, Rombongan Direksi Kogas, salah satu shareholder DSLNG baru-baru ini menanyakan kepada saya mengapa bisa demikian. Salah satunya adalah karena DSLNG berhasil memanfaatkan waktu tunggu selama hampir 6 bulan ketika upstream belum bisa mengirim pasokan gas untuk start-up. Ketika itu banyak inisiatip dilakukan untuk menjamin commissioning dan start-up dapat berjalan dengan lancar. Upaya ini terbukti berhasil dengan lancarnya proses commissioning dan start-up kilang LNG Donggi-Senoro sampai meneteskan LNG perdananya di bulan Juli 2015. Tidak hanya itu kunci keberhasilannya, tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah sistem perekrutan yang berhasil memikat banyak pekerja yang berpengalaman mengoperasikan LNG dari berbagai tempat di Indonesia bahkan dari Timur Tengah untuk bergabung di DSLNG. Operasi pabrik lancar juga menguntungkan karena saya bisa jalan-jalan dan menikmati liburan hari Minggu di Luwuk bersama sobat lama Muchid, Rasyam, Heru, dan juga teman baru Pak Zaini, dan Pak Aris. Kali ini adalah kesempatan terakhir saya untuk bisa jalan-jalan ke Luwuk di hari Minggu karena masih rotasi 4 - 2 dimana kita kerja di LNG Site selama 4 minggu dengan tetap mendapat libur tiap hari Minggu meskipun setelah itu liburnya hanya 2 minggu. Pada penugasan berikutnya saya akan mulai rotasi 4 - 4 dimana hari Minggu di LNG Site tetap kerja dan baru mendapat libur setelah selesai tugas 4 minggu di site tetapi liburnya 4 minggu juga. Seperti biasa perjalanan ke Luwuk dimulai jam 9 pagi hari Minggu. Persinggahan pertama di Luwuk adalah di warung Bonanza 07 di depan Kantor Samsat Luwuk. Di sana menu tetapnya adalah jagung rebus. Jagungnya manis dan segar dengan minuman kelapa segar dicampur gula merah. Dari sana kami ke Golden Hill, sebuah supermarket mini. Terakhir kami makan siang di Restoran "Sunu" dengan menu ikan bakar. Saya selalu memilih ikan kerapu dengan bumbu rica-rica, kali ini minumnya jus buah naga. Menikmati hidangan ikan bakar di pinggir pantai dan suara deburan ombak sambil cerita-cerita ringan dan lucu memang menjadi hiburan yang menyenangkan sekaligus bisa melepas kejenuhan bagi kami. Dalam perjalanan pulang kami mampir di pinggir jalan di Desa Nambo untuk makan durian. Durian Nambo selalu menjadi buah mulut teman-teman di DSLNG. Penasaran saya mencicipi duren Nambo dan memang lezat sekali. Sayang kecil-kecil dan dagingnya tipis. Masih kalah dengan duren Palembang yang tebal dan lezat. www.HelfiaNet.com
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|