Standar keselamatan dari setiap orang berbeda-beda. Ada yang merasa aman saja berkendara tanpa menggunakan safety belt. Tetapi ada juga yg segera merasa ada sesuatu yg salah ketika lupa mengenakan safety belt sewaktu berkendara. Begitu juga dengan perusahaan. Oleh karena itu dalam sebuah perusahaan, apa lagi perusahaan oil & gas perlu ada sebuah kesepakatan dalam menetapkan standar keselamatan kerja. Lantas apa dasar-dasar yang digunakan untuk mencapai kesepakatan itu. Umumnya perusahaan akan mengacu kepada standar nasional dan internasional. Namun demikian, perdebatan sering terjadi ketika menentukan sejauh mana kita harus memitigasi sebuah resiko kecelakaan kerja. Dalam hal ini, perusahaan di dunia menggunakan ALARP. Apa itu ALARP? Dalam dunia keselamatan kerja (safety) ALARP adalah singkatan dari "As Low As Reasonably Practicable". Istilah ini digunakan untuk menggambarkan sampai sejauh mana sebuah resiko pekerjaan harus diturunkan dengan menerapkan berbagai penganggulangan (mitigasi) yang diperlukan. Perusahaan oil & gas di seluruh dunia pada umumnya menerapkan ALARP sebagai acuan. Adapun yang dimaksud dengan "reasonable" dan "practicable" terkadang masih relatip karena tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan. "Reasonable" dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai "masuk akal" atau "bisa dipertanggung-jawabkan". Lawannya adalah "unreasonable" yaitu "tidak masuk akal" atau "mengada-ada". Sedangkan "practicable" sering diartikan sebagai "praktis" atau lebih tepatnya "bisa diterapkan dengan relatip mudah". Biasanya acuannya adalah ketersediaan teknologi saat ini dan sumber daya yang tersedia. Lebih jelasnya lagi, apabila upaya menurunkan resiko suatu pekerjaan ternyata sulit karena teknologi yang tersedia belum memadai atau memerlukan upaya dan dana yang terlalu besar maka saat itu perusahaan akan mencari upaya lain yang lebih memadai dari segi resiko dan biaya. Jika tingkat resiko disepakati oleh tim ahli sebagai masih terkendali maka rencana penganggulangan yang diusulkan bisa dianggap sudah memadai. Upaya menurunkan resiko lebih lanjut akan mempertimbangkan sejauh mana resiko bisa diturunkan lagi dengan tambahan biaya yang seimbang. Mengapa ALARP yang menjadi acuan? Tidak lain karena dalam upaya mengurangi resiko orang terpapar ledakan selalu ada cara-caranya tetapi terkadang terlalu berlebihan sebagai misal dengan mewajibkan setiap orang menggunakan pakaian seperti petugas penjinak bom. Ini tentunya bisa dikategorikan "unreasonable" dan "not practicable". Upaya lain perlu dipertimbangkan seperti misalnya melarang setiap orang berada di area berbahaya tsb, mengendalikan sumber pemantik api, mengendalikan sumber bahan bakar agar tidak keluar dari wadahnya dan lain-lain. Helfia Nil Chalis www.helfianet.com
1 Comment
Syarifuddin Bukka
10/8/2022 08:19:08 pm
Betul ALARP untuk masing" perusahaan berbeda" tergantung ketajiran perusahaan tersebut. Tapi bila sumbar daya handal insya Allah akan mengurangi bahaya kecelakaan karena orang pintar lebih mendahulukan akal dari pada emosinya.
Reply
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|