Swiss CheeseMendengar kata-kata "Swiss Cheese" mungkin akan berbeda-beda apa yang terbayang dibenak setiap orang. Bagi orang yang mempelajari tentang keselamatan kerja istilah ini menggambarkan rapuhnya 'barrier' atau penghalang yang kita pasang guna mencegah terpaparnya kita dengan bahaya. Setiap 'barrier' mempunyai kelemahan seperti halnya keju swiss yang selalu ada bolong-bolongnya. Oleh karena itu untuk mencegah bahaya agar tidak muncul ke permukaan dan melukai manusia atau merusak peralatan ataupun lingkungan, maka kita perlu memasang 'barrier' ini berlapis-lapis.
Semakin banyak 'barrier' dipasang, tentu semakin aman tetapi mungkin sudah menjadi tidak praktis lagi bahkan bisa jadi mustahil untuk dilaksanakan. Pertanyaannya adalah seberapa banyak lapisan 'barrier' atau penghalang ini harus kita pasang. Ukuran relatip yang sering digunakan dalam hal ini dikenal dengan istilah "ALARP" atau "As Low As Reasonably Practicle". Artinya, kita harus terus melakukan upaya penurunan resiko selama masih praktis. Di sini yang dimaksud dengan praktis bisa diartikan sebagai hal yang mampu dilakukan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia saat ini termasuk kemampuan teknologinya. Selanjutnya apabila kita sudah melakukan itu semua apakah pekerjaan yang akan kita lakukan itu sudah pasti bisa dilakukan dengan aman? Kita tahu bahwa sekecil apapun sisa resiko itu tetap ada dan bisa muncul setiap saat sehingga tetap perlu diantisipasi. Untuk itu kita perlu membuat 'barrier' mitigasi yaitu untuk penanggulangan apabila bahaya muncul seperti sistem peringatan, sistem pemadam kebakaran, sistem penampung tumpahan, personal protection, sistem rencana evakuasi, dan sebagainya. Mengingat sisa resiko selalu ada dan tidak pernah bisa dihilangkan sama sekali, apakah lantas kita lebih baik mundur saja dan tidak jadi melakukan pekerjaan itu? Selama sisa resiko itu menyisakan kemungkinan munculnya bahaya yang masih bisa dikendalikan, maka kita bisa lanjutkan. Disinilah peran agama dan keyakinan seseorang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan tersebut. Silahkan simak filosofi berikut. Kalau Tuhan menghendaki tentulah manusia bisa dibuatnya untuk tidak perlu bersusah payah karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tetapi Tuhan berkendak lain di dunia ini. Dia menghendaki manusia untuk berusaha sampai batas kemampuannya serta bertindak dengan benar dan sesuai dengan yang Dia kehendaki. Dia ingin melihat siapa diantara manusia yang paling baik dan paling benar jalannya. Dia akan mengawasinya dan meminta pertanggungjawaban manusia itu masing-masing kelak. Kembali ke topik pembicaraan kita. Kalau kita sudah berusaha menurunkan resiko sampai ALARP kita masih perlu menyertainya dengan doa dan berserah diri sepenuhnya kepada keputusan Nya. Baik atau buruk akibat yang kita terima dengan melaksanakan pekerjaan tersebut semuanya kita terima tanpa syarat. Inilah yang disebut dengan menerima 'takdir'. Kebiasaan berdoa dan berserah diri sepenuhnya seperti inilah yang bisa menimbulkan ketenangan dalam diri setiap orang yang mengamalkannya sehingga dia mampu mengeluarkan upaya terbaiknya secara maksimal pada saat melaksanakan pekerjaan yang sudah dia rencanakan dengan matang sebelumnya. Logikanya pekerjaan yang dilakukan dengan cara ini akan berhasil terlaksana dengan sukses dan selamat. Pertolongan Tuhan hanya akan turun apabila kita sudah mengerahkan semua ikhtiar daya dan upaya disertai doa tulus kepada Nya. Seringkali yang terjadi adalah kita tidak cukup berikhtiar, mudah menyerah atau langsung mengambil jalan singkat dengan hanya berdoa mengharap pertolongan Nya tanpa disertai upaya maksimal. Atau sebaliknya, bisa saja kita selalu diliputi terus dengan keraguan meskipun kita sudah melakukan semua ikhtiar dan kita lupa atau tidak yakin dalam berdoa dan berserah diri sepenuhnya kepada Nya. Padahal Tuhan pernah berkata melalui nabi kita: "Kalau ada hamba Ku yang bertanya di manakah Aku? Katakanlah: 'Sesungguhnya Aku dekat. Aku lebih dekat dari urat nadimu. Aku mengabulkan doa hambaku yang berdoa kepada Ku". Mengapa Tuhan mendahuluinya dengan kata-kata "sesungguhnya"? Shal ini mengisyaratkan perlunya beberapa kondisi tertentu terpenuhi agar keinginan kita untuk bisa dekat dengan Nya bisa terwujud. Jadi bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. Wallahu'alam bissawab. Bintuni, Jum'at 5 Oktober 2012, Helfia Nil Chalis [email protected] www.helfia.net
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|