![]() “Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.” [QS: Surat Al-Maidah: 54]. Fenomena Aksi Damai 212 sejak meledak di akhir tahun 2016 terus bergaung membangkitkan semangat perjuangan umat Islam Indonesia dalam membela agamanya. Dilain pihak fenomena ini semakin sulit dimengerti oleh penguasa dan sebagian umat Islam lainnya. Sebagai contoh mereka menganggap rencana reuni Aksi Damai 212 tahun 2017 dan demikian juga yang akan diselenggarakan tahun ini 2018 sebagai mengada-ada, berbau politik dan berbagai tuduhan lainnya. Faktanya berkali-kali pihak penguasa dan pendukungnya berusaha menggagalkan aksi-aksi tersebut sejak dari Aksi Bela Islam (ABI) 1, 2, dan 3 tetapi selalu mengalami kegagalan. Padahal penguasa didukung oleh media massa yang bisa menciptakan opini publik sesuai keinginan mereka, bahkan aparat kepolisian sudah terang-terangan membela kepentingan penguasa. Berbagai intimidasi mulai dari cara-cara lunak, negosiasi sampai dengan ancaman dan tindakan represif. Mereka bahkan menggunakan Banser NU untuk menjatuhkan kredibilitas ulama-ulama pendukung aksi 212. Para ulama 212 secara terang-terangan dihadapkan dengan berbagai perkara hukum untuk menghambat perjuangan mereka. Namun dengan segala yang mereka lakukan itu hanya segelintir ulama yang berhasil di"lunakkan" sehingga beralih menjadi mendukung penguasa. Semua ini bagi sebagian besar umat Islam menjadi bukti kuat adanya skenario Allah yang tengah berlangung. Hal ini diperkuat dengan kejadian berbagai bencana alam dan musibah yang datang beruntun termasuk diantaranya gempa Lombok, likuifaksi di Palu, dan musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT-610. Umat Islam selalu meyakini apa yang disampaikan Allah dalam Al Quran bahwa sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan musibah kepada suatu kaum kecuali karena perbuatan zalim mereka yang sudah kelewat batas. Umat Islam yang memprotes agar pelaku penistaan agama dihukum sesuai undang-undang yang berlaku ternyata justru menerima berbagai tuduhan sebagai anti NKRI, radikal, anti Pancasila. Sungguh tuduhan-tuduhan yang menyakitkan dan sangat jauh dari fakta. Tak heran kalau umat Islam akhirnya bersimpati kepada mereka yang dituduh secara sembarangan termasuk FPI, HTI dan bahkan teroris yang dibunuh tanpa bukti apapun kecuali sekedar petunjuk KTP dan kitab-kitab agama bahkan Al Quran yang ditemukan di lokasi kejadian dan langung dianggap sebagai bukti aktivitas terorisme mereka. Tiba-tiba akibat seorang petahana Gub DKI Jakarta sembarangan mengeluarkan kata-kata yang dinilai merendahkan ayat Al Quran, banyak umat Islam yang semula hanya diam berubah sikap menjadi pejuang Aksi Bela Islam yang militan. Tiba-tiba sosok Habib Riziq Syihab menjadi panutan dan dikagumi karena keberanian, ketegasan dan sikap istiqomahnya. Tiba-tiba organisasi massa Frot Pembela Islam yang dipimpinnya menjadi dikenal dan disayangi umat. Tiba-tiba terungkap pulalah fakta-fakta yang sangat bertolak belakang dengan yang selama ini mereka ketahui dari media massa mengenai sepak terjang organisasi ini. Betapa FPI pernah membantu pencarian korban tsunami di Aceh, bahkan perjuangan mereka menghentikan pembantaian umat Islam di Ambon dan Poso. Kiranya tidaklah berlebihan kalau fenomena ini seolah-olah perwujudan dari apa yang Allah Swt sampaikan dalam Al Quran Surah Al Maidah ayat 54 yang kami kutip di awal tulisan ini. Generasi baru sepertinya telah tumbuh, yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang beriman, yang bersikap keras terhadap orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, yang tidak takut pada celaan orang-orang yang suka mencela. Sungguh sebuah gambaran sikap yang sangat pas dan seperti tengah bertumbuh cepat di bumi pertiwi. Insya Allah. Aamiin. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com
0 Comments
![]() Jika anda berkesempatan berkunjung ke Palembang, jangan lupa untuk ke Museum Al Quran Raksasa di sana. Palembang kini memiliki sebuah wisata religi yang membanggakan dengan telah berdirinya Museum Al Quran Raksasa Palembang. Ide pembuatan museum ini bermula dari sebuah mimpi seorang yang sehari-harinya dipanggil dengan Opat di tahun 2002. Opat yang memiliki nama lengkap Sofwatillah Mohzaib kala itu bermimpi sesaat setelah selesai mengukir kaligrafi ornamen bagian pintu Masjid Agung Palembang. Di dalam mimpinya dia membuat Al Quran terbesar di dunia. Sejak itu Opat membulatkan tekad untuk mewujudkan mimpinya itu. Mulailah Opat mengukir dimulai dengan Surat Al Fatihah. Hasil ukiran Surat Al Fatihah itu ia pamerkan di Masjid Agung Palembang dengan harapan ada donatur yang tertarik. Ukiran tersebut juga ditunjukkan Opat kepada seorang tokoh masyarakat Palembang yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI yaitu Marzuki Ali. Dengan dukungan relasi Marzuki Ali pembuatan Al Quran Raksasa itu bisa diwujudkan. Tepatnya tgl 12 Maret 2002 Al Quran Raksasa mulai dipamerkan yaitu saat peringatan bazar dalam rangka peringatan Tahun Baru Islam. Namun Al Quran Raksasa ini baru resmi diluncurkan 14 Mei 2009 di Masjid Agung Palembang. Proses pembuatan Al Quran Raksasa ini sepenuhnya dilakukan di kediaman Opat di Jl. Pangeran Sido Ing Lautan Lorong Budiman No.1.009, Kelurahan 35 Ilir Palembang. Ukiran dibuat di atas kayu tembesu yang kuat dan mudah didapat di kawasan Sumsel. Semula Opat menargetkan selesai dalam 4 tahun tetapi baru bisa diselesaikan dalam 7 tahun. Hal ini karena kendala dana dan juga bahan kayu tembesu. Awalnya harga kayu tembesu hanya Rp 2 juta per kubik tetapi perlahan naik menjadi Rp 7 juta per kubik bahkan sampai Rp 10 juta per kubik. Namun aliran dana dari donatur jugalah yang akhirnya bisa membuat maha karya Opat ini bisa diselesaikan meskipun molor 3 tahun dari rencana. Selama proses pembuatan ukiran Opat dibantu oleh 5 orang pengukir dan 35 orang helper. Proses pembuatan cukup rumit. Ayat Al Quran terlebih dulu ditulis di atas kertas karton kemudian dijiplak ke atas kertas minyak. Setelah itu tim koreksi memeriksa keakuratan tulisan itu sebelum tim pemahat diperbolehkan untuk mulai memahat di atas papan. Al Quran Raksasa ini menghabiskan 40 kubik kayu tembesu dengan total 315 papan. Al Quran Raksasa ini menghabiskan total dana sebesar Rp 1,2 milyar. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com Sumber: TribunNews.com 12 Mei 2015 Berdasarkan penelitian sejarawan Sinung Janutama, disimpulkan bahwa Nabi Muhammad merupakan leluhur dari Masyarakat Nusantara. Dan apabila tali menali silsilah Penduduk Jawi diselusuri, maka akan terhubung dengan zuriat Rasulullah.
Keberadaan zuriat Nabi Muhammad di Nusantara, berdasarkan catatan dari tanah Aceh dan Kedah telah ada sejak abad ke-2 hijriyah, yang ditandai dengan kedatangan cucunda Sayyidina Hassan, yang bernama Syarif Abdullah al-Kamil. Misteri Dinasti Al Kamil Awal mula zuriat Ahlul Bayt di Nusantara, dimulai pada sekitar tahun 750 Masehi, ketika Syarif Abdullah al-Kamil bin Syarif Hassan al-Muthanna bin Sayyidina Hassan radhiallahu ‘anhu, datang ke negeri Jeumpa Aceh. Syarif Abdullah dikisahkan menikah dengan putri setempat. Dari pernikahan ini melahirkan seorang putri yang dikenali sebagai putri Manyang Seuludong (Syarifah Mariam). Pada sekitar tahun 800 Masehi, salah seorang cucu dari Syarif Abdullah al-Kamil datang ke tanah Aceh bersilaturahim dengan kerabatnya. Dalam kisah masyarakat melayu, ia dikenali sebagai Syarif Ali bin Muhammad Nafs Zakiyah (Nakhoda Khalifah) bin Abdullah al-Kamil. Di tanah Aceh Syarif Ali Nakhoda Khalifah menikah dengan sepupunya Putri Makhdum Tansyuri ananda dari Syariansyah Salman al-Farisi (Merong Mahawangsa) dengan istrinya putri Manyang Seuludong. Dari pernikahan ini, kelak melahirkan cikal bakal keluarga Kerajaan Perlak, yaitu Sultan Alaidin Maulana Abdul Aziz Syah (Sultan Perlak, 840-864) dan Dinasti Kedah Islam, yaitu Sultan Hussain Syah Alirah (Sultan Kedah, 840-881). Sementara dari saudara putri Makhdum Tansyuri, yang bernama Meurah Makhdum Syahri Nuri, menumbuhkan Dinasti Makhdum Perlak. Kehadiran keluarga Ahlul Bayt Rasulullah sejak masa 750 Masehi di Nusantara, yang kemudian beranak pinak menyebar ke semua wilayah, telah menjadi salah satu hujjah tentang sosok Baginda Nabi Muhammad sebagai leluhur masyarakat Nusantara. Referensi…
WaLlahu a’lamu bishshawab Catatan Tambahan :
https://kanzunqalam.com/2017/06/29/misteri-benarkah-masyarakat-nusantara-adalah-zuriat-rasulullah/ ![]() Sebuah ulasan menarik kami dapatkan dari status FB seorang teman yang kiranya perlu mendapat perhatian dari peneliti sejarah Islam Indonesia. Ulasan itu merujuk pada Kitab Kanzul 'Hum yang ditulis oleh Ibnu Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul. Di sana diisebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke Pulau Jawa. Dari referensi tersebut maka disimpulkan Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama sekaligus merangkap wali (gubernur) dalam struktur Khilafah yang diutus oleh Khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Maka masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan bangsa Palestina. Lalu ada Syekh Ja'far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari nama kota Al-Quds (Jerusalem dalam peta barat). Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, menjadi sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah. ![]() Oleh Rika, Islampos.com tgl 24 Januari 2017. KITA merasa bahwa hidup ini sama saja. Padahal tidak! Dunia ini terus berputar. Begitu pula dengan apa yang ada di dalamnya. Peradaban manusia pun silih berganti. Bahkan, orang yang menempati bumi ini juga berganti. Dan tahukah Anda, bahwa perjalanan hidup ini, menurut Rasulullah ﷺ terbagi atas 5 fase. Apakah itu? “Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, Beliau diam,” (HR. Imam Ahmad). Hadis diatas diriwayatkan Ahmad, 4/273, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 5). Dari hadis tersebut, jelas dijelaskan bahwa fase hidup manusia dibagi atas lima zaman. Pertama, zaman Nubuwwah. Yakni, zaman kenabian. Diawali dari zaman Nabi Adam Alaihis Salam sampai baginda Nabi Muhammad SAW. Ini berlangsung 23 tahun. Kedua, zaman Khilafah l. Yakni, pada masa ini kepemimpinan dipegang oleh sahabat-sahabat Nabi. Yaitu, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra. Masa ini berlangsung 30 tahun. Ketiga, zaman Al-Mulk (kerajaan). Pada masa ini ditandai dengan berakhir/ runtuhnya Dinasti Utsmani di Turki. Jika di Indonesia Majapahit, Sriwijaya, Galu dan sebagainya. Masa ini telah berlangsung 1227 tahun. Keempat, zaman Jababiro. Yakni, zaman kebebasan maksiat dimana-mana. Fitnah-fitnah bertebaran untuk melemahkan kaum Muslimin. Orang-orang yang tidak cakap/dzalim menjadi penguasa (pemimpin). Jumlah ummat Islam banyak tetapi bagaikan buih di atas laut (sedikit yang berjihad untuk membela Islam). Masa ini sedang berlangsung dan masa ini tidak lama. Kelima, zaman Khilafah ll. Zaman yang mana suasana seperti pada zaman Rasulullah ﷺ. Nanti umat Islam akan dipimpin Imam Mahdi. Tetapi, hanya berlangsung lebih kurang 9 tahun. Pada zaman ini pula Dajjal muncul, Nabi Isa Alaihis Salam juga muncul ditugaskan untuk membunuh Dajjal dan meng-Islamkan orang-orang Nashrani. Menurut ustadz Zulkifli Ali umat Islam akan dimatikan Allah seluruhnya di muka bumi ini dengan hembusan angin lembut. Hikmahnya adalah agar mereka tidak ada yang merasakan huru-hara kiamat. Adapun tanda-tanda kiamat ada 10 tanda besar:
|
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
February 2023
Categories
All
|