Allah memberitahu kita lewat Al Qur'an bahwa Iblis sejak Nabi Adam diciptakan sudah berjanji akan menghalang-halangi anak cucu Adam untuk menyembah Allah. Allah juga telah mengabulkan permintaan Iblis untuk menunda kematiannya. Dari kisah ini kita bisa menyimpulkan bahwa Iblis sampai detik ini masih hidup dan dia selalu mengajak pengikut-pengikutnya yaitu para setan dari jenis jin maupun manusia untuk menyesatkan jalan menuju Allah. Bisa jadi ini adalah salah satu alasan mengapa seorang sulit untuk berubah. Seorang bisa berubah jika didahului dengan niat untuk bertobat atas kebiasaan buruknya dan menjadi lebih baik. Tentu ini sangat tidak disukai oleh Iblis. Bisa dipastikan Iblis akan berupaya mengerahkan pengikut-pengikutnya agar orang ini tetap dalam kebiasaan buruknya. Akan tetapi dengan mengetahui apa saja pintu-pintu Iblis dan setan dalam menyesatkan manusia kita akan lebih mudah mengatasi tipuannya. Dalam sebuah video Ustadz Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) memberikan penjelasan tentang ke 5 pintu-pintu itu. Pertama Kesombongan. Orang yang sombong itu cirinya dua: 1) mendustakan kebenaran, 2) menganggap remeh orang lain. Jika orang sombong maka dia sudah merasa paling benar. Masukan, ajakan, teguran apalagi kritik dia marah. Semakin sombong semakin tidak bisa berubah. Kedua Orang yang Ujub. Orang yang sudah merasa berjasa, merasa sudah berbuat, merasa sudah berkorban, sudah merasa berubah, merasa sudah berbuat yang terbaik. Ini juga bisa menyebabkan orang itu sulit sekali berubah. Ketiga Orang yang Merasa diri sebagai Korban. Dia merasa dianiaya oleh orang lain. Semakin dirinya merasa dianiaya semakin fokusnya hanya menyalahkan orang lain. Dia hanya memikirkan kesalahan orang lain, bukan memikirkan kesalahan yang ada dalam dirinya. Maka inipun sulit sekali untuk bisa berubah. Keempat Orang yang Pendengki. Dia tidak suka melihat orang lain. Orang dengki itu SMS. Susah Melihat orang lain Senang dan Senang Melihat orang lain Susah. Seorang pendengki sulit sekali berubah karena fokusnya adalah orang lain terus bukan perubahan pada dirinya. Kelima Orang yang Memang Tidak Mau Memperbaiki Dirinya. Dia hidup semau dirinya saja. Dia tidak merasa perlu meningkatkan kualitas dirinya. Baginya hidup hanya untuk hari ini maka dia gunakan waktunya untuk mencari kepuasan diri semaunya. Orang seperti ini mudah kehilangan motivasi hidup. Padahal untuk bisa berubah seseorang harus mengawalinya dengan bertobat, yaitu berniat dengan sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan itu menjadi diri yang lebih baik. Diawali dengan niat sungguh-sungguh untuk menghentikan kebiasaan buruk dan menggantinya dengan kebiasaan baik. Untuk itu dia harus jujur melihat kekurangan diri dan berani mengakui kesalahan diri. InnAllaha yuhibbut tawwaabiin wa yuhibbul muttathohhiriin. Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang bertobat dan sangat mencintai orang yang mensucikan diri.
0 Comments
Kisah teladan berikut ini menggambarkan kepada kita betapa para sahabat Rasulullah termasuk para pemuda dan pemudinya begitu patuh dan taat kepada Rasulullah melebihi segalanya.
Pada zaman Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa aali wasallam, hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid, yang berumur 35 tahun, namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah (teras) masjid Madinah. Ketika sedang mengasah pedangnya, tiba-tiba Rasulullah Saw datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup. “Wahai saudaraku Zahid…selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah Saw menyapa. “Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid, sambil tertunduk tak kuasa melihat kharismatik wajah Beliau. “Maksudku kenapa engkau selama ini membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…,?” Tanya Rasulullah Saw. Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku tak tampan, siapa yang mau dengan diriku ya Rasulullah?” ”Asal engkau mau, itu urusan yang mudah.” Kata Rasulullah Saw sambil tersenyum. Kemudian Rasulullah Saw memerintahkan Sahabatnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita. Setelah surat itu selesai ditulis, maka Rasulullah memberikan surat tersebut kepada Zahid dan memerintahkan agar segera mendatangi rumah Said dan menyerahkan surat lamaran tersebut kepadanya. Disebabkan di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said. “Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasulullah yang mulia diberikan untukmu saudaraku.” Said menjawab, “Wah, ini adalah suatu kehormatan buatku.” Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya. Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?” Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong...” Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini… bukankah lebih baik di persilahkan masuk?” “Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya. Di saat Zulfah melihat Zahid, sambil menangis ia berkata, “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau dengan dia ayah..!” Zulfah merasa dirinya terhina. Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau…bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.” Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama Rasulullah?” Akhirnya Said berkata, “Lamaran kepada dirimu ini adalah perintah Rasulullah.” Zulfah kaget kemudian beristighfar beberapa kali, أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ... Ia menyesal atas kelancangan perbuatannya itu. Seketika ia berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa tidak sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dinikahkan dengan pemuda ini. Karena aku ingat firman Allah dalam Al-Qur’an surah An Nur: إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (النور ٥١) “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka diminta Allah dan Rasul-Nya agar Rasul yang mengadili (mengambil keputusan ) diantara mereka, ucapan yang muncul hanyalah : Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. An Nur 24:Ayat 51)” Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang-layang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada taranya, dan segera melangkah pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasulullah yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya. “Bagaimana Zahid?” “Alhamdulillah lamarannya diterima ya Rasulallah,” jawab Zahid. “Apakah sudah ada persiapan?” Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasulallah, aku tidak memiliki apa-apa.” Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke beberapa sahabat untuk membantunya mendapatkan uang untuk menikah. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan perkawinan. Tak lama kemudian setibanya di pasar, bersamaan itu pula ada pengumuman Jihad untuk perang melawan orang kafir yang mau menyerang masyarakat muslim Madinah. Zahid Mulai bingung untuk menentukan sikap, menikah atau berjuang demi Agama Allah. Akhirnya dia mencoba kembali lagi ke masjid. Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?” Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengetahui?” Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah jika begitu uang untuk menikah ini akan aku belikan baju besi dan kuda yg terbaik, aku lebih memilih jihad bersama Rasulullah dan menunda pernikahan ini." Para sahabat menasihatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau malah hendak berperang?” Zahid menjawab dengan tegas, “Hatiku sudah mantap untuk bersama Al Musthafa Rasulullah pergi berjihad.” Lalu Zahid membacakan ayat AlQur'an di hadapan sahabat Nabi: قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (التوبة ٢٤) “Katakanlah, Jika bapak -bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu kuatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai , itu semua lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dengan) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah, 9:24). Akhirnya Zahid maju ke medan pertempuran. Dengan hebatnya beliau bertempur, banyak dari kaum kafirin tewas di tangannya dan pada akhirnya beliau mendapatkan syahid. Gugur demi membela agama Allah dan Rasulullah. . . Peperangan telah usai, kemenangan direbut oleh Rasul dan pasukannya. Senja yang penuh dengan keberkahan ketika Rasullullah memeriksa satu persatu yang telah gugur di jalan Allah, sebagai Syuhada Allahu azza wajalla. Nampak dari kejauhan sosok pemuda yg bersimbah darah dengan luka bekas sasatan pedang. Rasulullah menghampiri jasad pemuda itu sambil meletakkan kepalanya di pangkuan manusia agung ini. Habiballah memeluknya sambil menangis tersedu-sedu, "Bukankah engkau ya Zahid yg hendak menikah malam ini?" "Tapi engkau memilih keridhaan Allah, berjihad bersamaku." Tak lama kemudian Rasulullah tersenyum sembari memalingkan muka ke sebelah kiri karena malu. Disebabkan karena ternyata sesosok bidadari cantik dari Surga menjemput Ruh mulia pemuda ini, dan tak sengaja gaunnya tersingkap hingga betisnya yang indah terlihat. Ini yang membuat Rasulullah malu. Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.” Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an; وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ * فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (آل عمران ١٦٩ - ١٧٠) “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sejatinya mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan bahagia disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Ali Imran, 3:169-170.) Mendengar berita ini para sahabat meneteskan air mata, dan Zulfah pun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak dapat mendampinginya di dunia, maka izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.” www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com Helfia Store Bukalapak Helfia Store Tokopedia ![]() Setiap peristiwa, apa lagi musibah seringkali mengundang tanya. Bagi orang yang beriman setidaknya dipenuhi tanya tentang apa yang dikehendaki Allah dengan musibah itu. Bagi orang yang tak percaya agama mungkin saja akan dengan cepat berkesimpulan bahwa Tuhan itu tidak ada atau setidaknya mereka menyangka Tuhan itu kejam dan hal-hal buruk lainnya. Olehkarenanya bagi orang yang beriman perlu kiranya berprasangka baik kepada Allah dengan mengimani bahwasanya sekenario Allah itu sesungguhnya demikian sempurna sehingga seringkali baru bisa dipahami setelah cerita itu berakhir. Itu sebabnya tidak semua orang mampu memahaminya, bahkan untuk membaca temanya saja tidak bisa. Marilah kita membayangkan diri kita yang hari ini masih bisa bernafas, masih bisa makan dan minum, masih bisa bicara dan bekerja layaknya penonton dari sebuah cerita besar yang disuguhkan oleh Allah SWT. Karena begitu sempurnanya alur cerita itu, sehingga diantara kita para penonton ada yang histeris, sedih, meratap dan menangis. Sebagai pemain, penampilan kita sangat bergantung kepada kemampuan diri dalam menghayati tema dari cerita itu. Ada yang bahagia karena ridho dan menghayati peran yang dijalani, dan ada yang sedih, menderita bahkan tersiksa karena tidak ridho dan tidak memahami peran yang dijalani. Padahal ridho atau tidak ridho, cerita itu tetap berjalan sesuai dengan sekenario yang dikehendaki oleh sang sutradara yaitu Allah SWT. Tema cerita besar itu adalah "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun", dengan sub tema "Musibah" Karena cerita tentang "Musibah" harus tetap berjalan sesuai dengan kehendak sang sutradara, maka tak ada yang mampu menghentikannya, bahkan ketika dihadapkan dengan teknologi yang super canggih sekalipun, musibah selalu menemukan jalan untuk mematahkannya. Musibah tidak bisa dihentikan dengan teknologi, tapi musibah bisa dihadapi dengan kekuatan sabar dan shalat serta tawakkal. Sabar dan shalat serta tawakkal itu sendiri hanya bisa kita peroleh bila disertai kesadaran penuh bahwa diri kita milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Allah SWT berfirman: (Al-Baqarah 2 : 45) وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَـٰشِعِينَ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (Al-Baqarah 2 : 46) ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَـٰقُوا۟ رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (Al-Baqarah 2 : 157) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqarah:155-157) Wallaahu a'lam bishshawab. Disadur dan disempurnakan dari WAG. www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com Helfia Store Bukalapak Helfia Store Tokopedia ![]() Ini adalah pengalaman pertamaku shalat tahajjud dini hari dengan berjamaah bersama saudara seiman yang baru aku kenal pada malam itu juga. Beratapkan langit yang cerah dengan gemerlap bintang dan cuaca yang pas tidak panas juga tidak dingin. Lantunan ayat suci Al Quran terasa demikian syahdu merasuk ke relung hati paling dalam. Doa qunut yang panjang terasa singkat dan membuat haru seluruh jamaah. Tak terasa air mata berlinang. Kasih sayang Allah yang selalu ada sejak kita lahir ke dunia, pada malam itu lebih terasa membasuh jiwa ini. Alhamdulillah berkali-kali aku ucapkan karena telah diperkenankan Nya hadir bersama-sama sahabat-sahabat muslim lainnya disaksikan sebuah bangunan tinggi yg indah berpuncak emas murni yang sejak kecil sudah saya kenal dengan sebutan Monas atau Monumen Nasional. Bicara tentang Monas, apa yang disampaikan oleh Rocky Gerung di sebuah acara ILC TV One bahwa Monas adalah monumen akal sehat kiranya sangatlah pas menggambarkan keadaan kami malam itu. Bagi sebagian kecil sahabat muslim kami dianggap berlebih-lebihan, tetapi bagi kami inilah bentuk pemeliharaan akal sehat dari kami umat Islam Indonesia yang sedang dilanda perusakan aqidah, ideologi dan akal sehat secara massive. Kesadaran inipun barulah muncul ketika seorang pejabat arogan lepas kendali melecehkan Al Qur'an Surah Al Maidah ayat 51 tentang keharusan memilih pemimpin dari kalangan muslimin sendiri. Sebagian kecil dari kami masih merasa tidak ada yang salah dengan ucapan orang ini. Ketika kami menuntut ditegakkannya keadilan terhadap orang ini ternyata pembelaan dari rezim yang berkuasa demikian massive sehingga hampir saja tidak berhasil keadilan ditegakkan. Berkumpulnya umat Islam di Monas tahun 2018 pada tanggal 2 Desember kali ini ternyata dihadiri oleh lebih banyak orang dibandingkan saat pertama kali Aksi Damai 212 diselenggarakan yakni 2 Desember 2016. Ketika itu berbagai upaya menakut-nakuti mulai dari himbauan sampai upaya repressive dilakukan oleh aparat pemerintah dan kepolisian seperti merazia bis, melarang pengusaha transportasi mengangkut jamaah. Namun ternyata tidak menyurutkan semangat umat Islam untuk hadir dalam Aksi Bela Islam atau Aksi Damai 212 itu. Bahkan sebuah pesantren di Ciamis berjalan kaki long march untuk bisa hadir di Monas ketika itu. Dalam pertemuan 212 tahun 2018 kali inipun upaya penggembosan tetap kuat meskipun terkesan ditutup-tutupi. Mungkin belajar dari pengalaman sebelumnya ketika dilarang justru membuat masyarakat semakin bersemangat untuk berpartisipasi. Tetapi upaya seperti pembatalan bis yang tiba-tiba, berita-berita tentang penyusupan, tentang persiapan pengamanan oleh pihak aparat kepolisian yang lebih tepat dikatakan sebagai persiapan perang, sampai dengan pemutusan signal handphone di area Monas menjelang acara sampai dengan menjelang usainya acara. Namun semua gagal menggembosi aksi 212 tahun 2018 ini. Aksi 212 dicibir justru semakin bergejolak. ![]() Ketika mobil kami tiba di bundaran depan Gedung BI arus lalu lintas dialihkan sehingga kami turun di sana dan sopir lanjut mencari tempat parkir. Belakangan saya tahu sopir parkir di Jalan Kebon Sirih. Saya dan Rahmat terus berusaha mencari tempat di depan panggung utama. Tetapi dekat Monas saya putuskan untuk berhenti dan mencari tempat untuk shalat tahajjud. Saya memang sudah menyiapkan dua sejadah selain topi tauhid yang selalu saya pakai. Selain itu saya juga membawa empat botol air minum dan snack ala kadarnya. Tetapi ternyata di sana berlimpah air minum dan snack gratis. Usai shalat Tahajjud dan shalat Subuh berjamaah panitia mengajak jamaah berzikir dan bershalawat yang disambut seluruh jamaah dengan antusias. Lantunan zikir dan shalawat dari seluruh jamaah menggetarkan jiwa dan perasaan. Tiba-tiba kami merasa memiliki saudara seiman yang siap saling membelam saling menyayangi bahkan siap saling ingat mengingatkan. Ketika serombongan jamaah bergerak ke depan ada yang tanpa sadar menginjak rumput dengan spontan diingatkan dengan teriakan: "Tolong jangan injak rumputnya". Langsung disambut yang lain dengan berkelakar: "Injak cebong aja, jangan injak rumputnya". ![]() Menjelang pukul 7 perhatian kami tertuju pada sekelompok pemuda berpakaian putih dengan logo kecil berbentuk segitiga garis hijau yang ternyata Laskar FPI. Mereka dengan sopan tetapi tegas memberi jalan bagi Ahmad Dhani yang baru tiba untuk menuju panggung utama. Jamaahpun sontak bershalawat menyambut Ahmad Dhani sambil berusaha untuk berjabat tangan dan selfi. Di langit terlihat banyak drone berseliweran. Ketika salah satu drone bermanuver di atas kami, spontan para jamaah berdiri seraya mengibarkan bendera tauhid dan mengacungkan ibu jari dan telunjuk. Seorang kakek secara demonstratif mengeluarkan bungkusan tebal uang dalam lembaran 2 ribuan yang jumlah keseluruhannya mungkin tidak kurang dari 5 juta rupiah. Sang kakek memasukkan seikat demi seikat uangnya ke dalam kotak amal 212 sambil meneriakkan takbir. Terakhir sang kakek bertakbir tiba-tiba gigi palsunya copot yang membuat jamaah tertawa meskipun mereka sadar si kakek hanya berpura-pura. ![]() Tak terasa matahari mulai tinggi dan jam menunjukkan pukul 7. Bendera Al Liwa dan Ar Roya tak henti-hentinya diarak di atas kepala dari belakang ke depan panggung dan kembali lagi ke belakang sambil diiringi shalawat. Panitia selanjutnya mengajak jamaah menyanyikan lagu Satu Nusa dan Garuda Pancasila. Menjelang pukul 7.36 Ustadz Haikal Hasan membuka acara berbahasa Arab seraya berseloroh mengapa pake bahasa Arab, karena gak ada TV Indonesia yang mau nyiarin acara ini. Beliaupun bernyanyi dengan syair "Cangkul.. cangkul... cangkul yang dalaam... tanahnya subur, jagung kutanam" yang diubah menjadi "Panik... panik.. ada yang paniik... Ada yang panik takut diganti". ![]() Menjelang pukul 8.00 pagi panitia mengajak jamaah menyanyikan lagu Indonesia Raya. Beberapa saat kemudian Gus Nur datang dengan dikawal oleh Laskar FPI menuju panggung. Acara dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia. Sambutan dilanjut dengan sambutan-sambutan yang disampaikan antara lain oleh DPP FPI, dan Anies Baswedan. Selain mengingatkan pentingnya untuk memenangkan partai-partai Hizbullah, Anies mengingatkan pentingnya sebuah proses politik, bahwa betapa tanpa kekerasan bisa menghentikan reklamasi yang dianggap mustahil sebelumnya. Beberapa hal yang sebelumnya dianggap mustahil seperti DP nol rupiah, dan menutup tempat-tempat maksiat bisa terlaksana. Dalam sambutannya Anies Baswedan juga menyampaikan bahwa Monas pertama kali digunakan pada September 1945. Ketika itu berkumpulnya masyarakat dalam upaya menghadirkan kemerdekaan. Monas bukan milik sekelompok orang. Pertemuan ini bukan sekedar berbeda tetapi di tempat ini hadir persatuan. Persatuan yang bukan didatangkan orang lain tetapi hasil inisiatip kita yaitu dalam rangka tuntutan untuk menghadirkan keadilan dan kesetaraan. Akhirnya Anies yg mendapat julukan Gubernur Indonesia itu menghimbau hadirin untuk dari Monas menebarkan kedamaian dan keadilan di negeri ini. Menebarkan ketertiban yang mempesona dunia bagi anak-anak dan cucu-cucu kita. Sambutan demi sambutan berlangsung dari Ketua MPR Zulkifli Hasan, Prabowo Subianto, Ustadz Bachtiar Nasir dan Tengku Zulkarnain. Ustd Tengku Zulkarnain dalam sambutannya mengatakan: "Kita bukan mau NKRI bejat yg halalkan LGBT. Kita mau NKRI baldatun toiyibaatun warobbun ghofur". Panitia juga memberitahu kehadiran Fadly Zon dan Yusuf Matta dan beberapa tokoh nasional lainnya. Tak terasa jam sudah pukul 9 lewat. Acarapun berlanjut dengan pemberian penghargaan millenial award kepada 12 orang yang antara lain mujahid cilik Cecep yg berjalan kaki dari Ciamis menghadiri Aksi 212 tahun 2016 dan hafidz cilik, atlit yudo yg mempertahankan jilbabnya, termasuk Nisya Saban dan dr. Gamal yang menyampaikan dalam sambutannya agar jangan sia siakan masa muda. Mereka generasi muda yg memberikan inspirasi bagi anak muda lainnya ![]() Puncak acara diisi dengan pemutaran ulang film dokumenter Aksi Damai 212 Tahun 2016 termasuk khutbah Jum'at dari Ustd Habib Rizieq Shihab dilanjutkan dengan pidato beliau langsung dari Mekkah Al Mukarromah. HRS menyampaikan bahwa Aksi Damai 212 terlahir dari sebuah pertarungan ideologi tentang ayat suci di atas ayat konstitusi terhadap ideologi ayat konstitusi di atas ayat suci yang merupakan upaya busuk kaum anti agama. Ayat suci tidak boleh direvisi sedang ayat konstitusi bisa diluruskan agar sejalan dengan ayat suci. HRS menyampaikan bahwa penegakan ayat suci di Indonesia adalah juga amanah konstitusi republik ini. Pancasila sebagai dasar negara pasal 1 UUD 45 merupakan sebuah konsensus nasional bahwa dasar negara adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara harus selalu merujuk pada kitab suci. Indonesia negara beragama tanpa paksaan. Negara tauhid yang melindungi semua agama. Indonesia bukan ateis, komunis atau liberal dan sekuler yang anti syariat agama. Kondisi Indonesia dalam 5 tahun terakhir ini ada gerakan sistematis yang ingin menghancurkan kehidupan beragama. Pembiaran aliran sesat, penistaan agama dan pembiaran kezaliman dan ketidakadilan telah berlangsung sedemikian sehingga terkesan ada sikap suka-suka dari penguasa. Acara ditutup dengan pidato cucu pendiri NU dan Muhammadiyah disusul dengan beberapa orasi dari Habib Hanif dan Habib Bahar bin Smith. Sebuah lagu lucu mengkritik pemerintah yang dianggap sebagai tukang bohong: "Astaghfirullah... punya Presiden si Tukang Bohong." Perkiraan lebih dari 10 juta orang hadir di Aksi Damai 212 Tahun 2018 ini. Hanya satu televisi nasional yaitu TV One yang berani menyiarkannya. Hal ini memperjelas posisi pers nasional yang mengorbankan prinsip-prinsip jurnalistik yg baik demi mempertahankan sebuah rezim penguasa. ![]() “Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.” [QS: Surat Al-Maidah: 54]. Fenomena Aksi Damai 212 sejak meledak di akhir tahun 2016 terus bergaung membangkitkan semangat perjuangan umat Islam Indonesia dalam membela agamanya. Dilain pihak fenomena ini semakin sulit dimengerti oleh penguasa dan sebagian umat Islam lainnya. Sebagai contoh mereka menganggap rencana reuni Aksi Damai 212 tahun 2017 dan demikian juga yang akan diselenggarakan tahun ini 2018 sebagai mengada-ada, berbau politik dan berbagai tuduhan lainnya. Faktanya berkali-kali pihak penguasa dan pendukungnya berusaha menggagalkan aksi-aksi tersebut sejak dari Aksi Bela Islam (ABI) 1, 2, dan 3 tetapi selalu mengalami kegagalan. Padahal penguasa didukung oleh media massa yang bisa menciptakan opini publik sesuai keinginan mereka, bahkan aparat kepolisian sudah terang-terangan membela kepentingan penguasa. Berbagai intimidasi mulai dari cara-cara lunak, negosiasi sampai dengan ancaman dan tindakan represif. Mereka bahkan menggunakan Banser NU untuk menjatuhkan kredibilitas ulama-ulama pendukung aksi 212. Para ulama 212 secara terang-terangan dihadapkan dengan berbagai perkara hukum untuk menghambat perjuangan mereka. Namun dengan segala yang mereka lakukan itu hanya segelintir ulama yang berhasil di"lunakkan" sehingga beralih menjadi mendukung penguasa. Semua ini bagi sebagian besar umat Islam menjadi bukti kuat adanya skenario Allah yang tengah berlangung. Hal ini diperkuat dengan kejadian berbagai bencana alam dan musibah yang datang beruntun termasuk diantaranya gempa Lombok, likuifaksi di Palu, dan musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT-610. Umat Islam selalu meyakini apa yang disampaikan Allah dalam Al Quran bahwa sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan musibah kepada suatu kaum kecuali karena perbuatan zalim mereka yang sudah kelewat batas. Umat Islam yang memprotes agar pelaku penistaan agama dihukum sesuai undang-undang yang berlaku ternyata justru menerima berbagai tuduhan sebagai anti NKRI, radikal, anti Pancasila. Sungguh tuduhan-tuduhan yang menyakitkan dan sangat jauh dari fakta. Tak heran kalau umat Islam akhirnya bersimpati kepada mereka yang dituduh secara sembarangan termasuk FPI, HTI dan bahkan teroris yang dibunuh tanpa bukti apapun kecuali sekedar petunjuk KTP dan kitab-kitab agama bahkan Al Quran yang ditemukan di lokasi kejadian dan langung dianggap sebagai bukti aktivitas terorisme mereka. Tiba-tiba akibat seorang petahana Gub DKI Jakarta sembarangan mengeluarkan kata-kata yang dinilai merendahkan ayat Al Quran, banyak umat Islam yang semula hanya diam berubah sikap menjadi pejuang Aksi Bela Islam yang militan. Tiba-tiba sosok Habib Riziq Syihab menjadi panutan dan dikagumi karena keberanian, ketegasan dan sikap istiqomahnya. Tiba-tiba organisasi massa Frot Pembela Islam yang dipimpinnya menjadi dikenal dan disayangi umat. Tiba-tiba terungkap pulalah fakta-fakta yang sangat bertolak belakang dengan yang selama ini mereka ketahui dari media massa mengenai sepak terjang organisasi ini. Betapa FPI pernah membantu pencarian korban tsunami di Aceh, bahkan perjuangan mereka menghentikan pembantaian umat Islam di Ambon dan Poso. Kiranya tidaklah berlebihan kalau fenomena ini seolah-olah perwujudan dari apa yang Allah Swt sampaikan dalam Al Quran Surah Al Maidah ayat 54 yang kami kutip di awal tulisan ini. Generasi baru sepertinya telah tumbuh, yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang beriman, yang bersikap keras terhadap orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, yang tidak takut pada celaan orang-orang yang suka mencela. Sungguh sebuah gambaran sikap yang sangat pas dan seperti tengah bertumbuh cepat di bumi pertiwi. Insya Allah. Aamiin. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com Salman Al Farisi adalah salah seorang sahabat Nabi saw yang berasal dari Persia. Salman sengaja meninggalkan kampung halamannya untuk mencari cahaya kebenaran. Kegigihannya berbuah hidayah Allah dan pertemuan dengan Nabi Muhammad saw di kota Madinah. Beliau terkenal dengan kecerdikannya dalam mengusulkan penggalian parit di sekeliling kota Madinah ketika kaum kafir Quraisy Mekah bersama pasukan sekutunya datang menyerbu dalam perang Khandaq.
Berikut ini adalah sebuah kisah yang sangat menyentuh hati dari seorang Salman Al Farisi: tentang pemahamannya atas hakikat cinta kepada perempuan dan kebesaran hati dalam persahabatan. Salman Al Farisi sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu’minah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai pacar. Tetapi sebagai sebuah pilihan untuk menambatkan cinta dan membangun rumah tangga dalam ikatan suci. Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah, pelamaran. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang telah dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’. ”Subhanallaah. . wal hamdulillaah. .”, girang Abu Darda’ mendengarnya. Keduanya tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa. ”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abu Darda’ berbicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni. ”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Abu Darda dan Salman menunggu dengan berdebar-debar. Hingga sang ibu muncul kembali setelah berbincang-bincang dengan puterinya. ”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.” Keterusterangan yang di luar kiraan kedua sahabat tersebut. Mengejutkan bahwa sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya. Bayangkan sebuah perasaan campur aduk dimana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran. Ya, bagaimanapun Salman memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Namun mari kita simak apa reaksi Salman, sahabat yang mulia ini: ”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!” Betapa indahnya kebesaran hati Salman Al Farisi. Ia begitu faham bahwa cinta, betapapun besarnya, kepada seorang wanita tidaklah serta merta memberinya hak untuk memiliki. Sebelum lamaran diterima, sebelum ijab qabul diikrarkan, tidaklah cinta menghalalkan hubungan dua insan. Ia juga sangat faham akan arti persahabatan sejati. Apalagi Abu Darda’ telah dipersaudarakan oleh Rasulullaah saw dengannya. Bukanlah seorang saudara jika ia tidak turut bergembira atas kebahagiaan saudaranya. Bukanlah saudara jika ia merasa dengki atas kebahagiaan dan nikmat atas saudaranya. “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” [HR Bukhari] Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil hikmah dari kisah Salman ini. zilzaal (Islamedia). Kisah ini saya kutip dari kiriman WA seorang teman. Semoga bermanfaat.
Ada sebuah energi yang luar biasa ketika beberapa hari yang lalu kudengar cerita dari beberapa sahabatku. Mereka berasal dari Palestina, Bahrain, Jordan, Syiria, Pakistan, India, Srilanka Mesir, Afrika dan Saudi Arabia . Salah satunya adalah teman dari Sudan. Aku mengenalnya dengan nama Ammar Mustafa, dia salah satu muslim kulit hitam yang juga bekerja di hotel ini. Beberapa bulan belakangan aku tak lagi melihatnya. Biasanya ia bekerja bersama pekerja lain menggarap proyek bangunan di tengah terik matahari kota Riyadh . Hari itu Ammar tidak terlihat, karena penasaran, saya coba tanyakan kepada Iqbal . “Oh kamu tidak tahu?” jawabnya balik bertanya dengan bahasa Inggris khas India. “Iya, beberapa minggu ini dia tak terlihat di mushola.” Selepas itu tanpa diduga Iqbal bercerita panjang lebar tentang Ammar. Ternyata Amar datang ke kota Riyadh lima tahun lalu. Ia datang ke negeri ini dengan tangan kosong, dan nekad pergi meninggalkan keluarganya di Sudan untuk mencari kehidupan di kota ini. Saudi Arabia memang memberikan free visa untuk negara negara Arab lainnya termasuk Sudan, maka Ammar bisa bebas mencari kerja disini asal punya pasport dan tiket. Sayang, kehidupan memang tidak selamanya bersahabat. Do’a Ammar untuk mendapat kehidupan yang lebih baik di kota ini demi keluarganya ternyata saat itu belum terkabul. Dia bekerja berpindah pindah dengan gaji yang sangat kecil, uang gajinya tidak sanggup untuk membayar apartemen hingga ia tinggal bersa,a teman temannya. Meski demikian, Ammar tetap gigih mencari pekerjaan. Ia tetap mencari kesempatan agar bisa mengirim uang untuk keluarganya di Sudan. Bulan pertama berlalu kering, bulan kedua semakin berat, bulan ketiga hingga tahun tahun berikutnya kepedihan Ammar tidak kunjung berakhir. Waktu bergeser lamban dan berat, telah lima tahun Ammar hidup berpindah pindah di kota ini. Bekerja dibawah tekanan panas matahari dan suasana kota yang garang, tapi amar tetap bertahan dalam kesabaran. Kota metropolitan akan lebih parah dari hutan rimba jika kita tidak tahu caranya untuk mendapatkan uang, dihutan bahkan lebih baik. Di hutan kita masih bisa menemukan buah buah, tapi di kota? Kota adalah belantara penderitaan yang akan menjerat siapa saja yang tidak mampu bersaing. Riyadh adalah ibu kota Saudi Arabia, hanya berjarak 7 jam dari Dubai dan 10 Jam jarak tempuh dengan bis menuju Makkah. Di hampir keseluruhan kota ini tidak ada pepohonan untuk berlindung saat panas. Disini hanya terlihat kurma kurma yang berbuah satu kali dalam setahun.. Amar seperti terjerat di belantara kota ini. Pulang ke Sudan bukan pilihan terbaik, ia sudah melangkah, ia harus membawa perubahan untuk kehidupan keluarganya disana, itu tekadnya. Ammar tetap tabah dan tidak berlepas diri dari keluarganya. Ia tetap mengirimi mereka uang meski sangat sedikit, meski harus ditukar dengan lapar dan haus untuk raganya disini. Sering ia melewatkan harinya dengan puasa menahan dahaga dan lapar sambil terus melangkah, berikhtiar mencari suap demi suap nasi untuk keluarganya di Sudan. Tapi Ammar pun manusia. Di tahun kelima ini ia tidak tahan lagi menahan malu dengan teman temannya yang ia kenal, sudah lima tahun ia berpindah pindah kerja dan numpang di teman temannya tapi kehidupannya tidak kunjung berubah. Ia memutuskan untuk pulang ke Sudan, tekadnya telah bulat untuk kembali berkumpul dengan keluarganya di Sudan. Saat itu ia tidak memiliki uang meski sebatas untuk tiket pulang. Ia terpaksa menceritakan keinginannya untuk pulang kepada teman2 terdekatnya. Dan salah satu teman baik Ammar memberinya sejumlah uang untuk membeli tiket ke Sudan. Hari itu juga Ammar berpamitan pada teman2nya, ia pergi ke sebuah agen perjalanan di Olaya- Riyadh, untuk membeli tiket. Sayang, ternyata semua penerbangan Riyadh-Sudan minggu ini susah didapat karena konflik di Libya, negara tetangganya. Saat itu tiket hanya tersedia untuk kelas executive saja. Akhirnya ia membeli tiket untuk penerbangan minggu berikutnya. Tiket sudah ditangan, dan jadwal terbang masih minggu depan. Ammar sedikit kebingungan dengan nasibnya.Tadi pagi ia tidak sarapan , siang inipun belum ada celah untuk makan siang. Tapi baginya ini bukan hal pertama. Ia hampir terbiasa dengan keadaan itu. Adzan dzuhur bergema, semua toko toko, supermarket, bank, dan kantor pemerintah serentak menutup pintu dan menguncinya. Security kota berjaga jaga di luar kantor menunggu hingga waktu shalat berjamaah selesai. Ammar tergesa menuju sebuah masjid di pusat kota Riyadh. Ia mengikatkan tas kosongnya di pinggang, kemudian mengambil wudhu, membasahi wajahnya yang hitam legam, mengusap rambutnya yang keriting dengan air. Lalu ia masuk ke dalam mesjid, shalat 2 rakaat untuk menghormati masjid. Ia duduk menunggu mutawwa memulai shalat berjamaah. Hanya disaat shalat itulah dia merasakan kesejukan, Ia merasakan terlepas dari beban dunia yang menghimpitnya, hingga hatinya berada dalam ketenangan ditiap menit yang ia lalui. Shalat telah selesai. Ammar masih bingung kemana harus melangkah, sedangkan penerbangan masih seminggu lagi. Dilihatnya beberapa mushaf Al Qur’an yang tersimpan rapi di pilar pilar mesjid yang kokoh itu. Ia mengambil salah satunya, bibirnya mulai bergetar membaca taawudz dan terus membaca al Qur’an hingga adzan ashar tiba menyapanya, selepas maghrib ia masih di sana. Akhirnya Ammar memutuskan untuk tinggal disana hingga jadwal penerbangan ke Sudan tiba. Ammar memang telah terbiasa bangun awal di setiap harinya, seperti pagi itu, ia adalah orang pertama yang terbangun di sudut kota. Ia selalu mengumandangkan suara indahnya memanggil jiwa jiwa untuk shalat, membangunkan seisi kota saat fajar menyingsing. Adzannya memang khas, hingga bukan sebuah kebetulan juga jika Prince (Putra Raja Saudi) di kota itu juga terpanggil untuk shalat subuh berjamaah disana. Adzan yang juga ia kumandangkan disetiap pagi dalam sisa seminggu terakhirnya di kota Riyadh. Di tiket tertulis jadwal penerbangan ke Sudan jam 05:23am, artinya ia harus sudah ada di bandara jam 3 pagi atau 2 jam sebelumnya. Ammar bangun lebih awal dan pamit kepada pengelola masjid, untuk mencari bis menuju bandara King Abdul Azis, Riyadh yang hanya berjarak kurang dari 30 menit dari pusat Kota. Amar sudah duduk diruang tunggu bandara, tampaknya penerbangan sediikit tertunda. Ammar melamun dan kecemasan mulai menghantui dirinya. Ia harus pulang tanpa uang sedikitpun, padahal lima tahun ia terus bekerja keras. Namun ia memahami, inilah kehidupan dan dunia hanyalah persinggahan sementara. Ia tidak pernah ingin mencemari kedekatannya dengan Penggenggam Alam semesta dengan mengeluh. Ia tetap berjalan walau tertatih memenuhi kewajiban sebagai Hamba Allah, dan sebagai imam dalam keluarganya. Tiba tiba dari speaker bandara terdengar suara memanggil namanya. Belum hilang rasa terkejutnya, tiba2 datang sekelompok orang berbadan tegap menghampirinya. Mereka membawa Ammar ke mobil tanpa basa basi, mereka hanya berkata “Prince memanggilmu”. Ammar semakin bingung ada apa Prince memanggilnya? Kerajaan Saudi memiliki banyak Prince dan Princess (Putra dan Putri Kerajaan) , mereka tersebar hingga ratusan diseluruh jazirah Arab ini dan tinggal di istana masing masing. Setiap kali Ammar adzan Prince selalu bangun dan merasa terpanggil untuk sholat. Hingga suatu hari suara Ammar beradzan tak terdengar lagi . Prince merasa kehilangan dan saat mengetahui bahwa sang muadzin pulang kenegerinya. dia langsung memerintahkan pihak bandara untuk menunda penerbangan dan segera menjemput Ammar . Ammar sudah tiba di istana dan Prince menyambutnya dengan ramah sambil menanyakan mengapa Ammar ingin kembali ke negerinya. Lalu ia mulai bercerita bahwa sudah lima tahun bekerja di kota Riyadh tapi tak pernah mendapatkan kesempatan kerja yang tetap serta gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya di Sudan. Prince mengangguk nganguk dan bertanya: “Berapakah gajimu dalam satu bulan?” Amar kebingungan, karena gaji yang ia terima tidak pernah tetap. Bahkan sering ia tidak punya gaji berbulan bulan. Prince memakluminya, lalu beliau bertanya lagi: “Berapa gaji paling besar dalam sebulan yang pernah kamu terima ?” Dahi Ammar berkerut mengingat kembali catatan hitamnya selama lima tahun ini. “Alhamdulilah, SR 1.400 “, jawab Ammar. Prince langsung memerintahkan bendahara untuk menghitung 1.400 Real dikali dengan 5 tahun (60 bulan) dan hasilnya adalah SR 84.000 (84 Ribu Real = Rp. 184. 800.000). Lalu Prince menyerahkan uang tersebut kepada Ammar. Tubuh Amar gemetar melihat keajaiban dihadapannya, belum selesai bibir mengucapkan Al Hamdalah, Prince menghampiri dan memeluknya seraya berkata: “Aku tahu cerita tentang keluargamu yang menantimu di Sudan. Pulanglah temui istri dan anakmu dengan uang ini, lalu kembalilah setelah 3 bulan. Saya siapkan tiket untuk kamu dan keluargamu kembali ke kota Riyadh. Jadilah Bilal di masjidku dan hiduplah bersama kami di Palace ini.“ Ammar tak dapat menahan air matanya, ia bukan terharu karena menerima sejumlah uang walau uang itu sangat besar artinya bagi keluarganya yang miskin. Ammar menangis karena keyakinannya selama ini benar, Allah sungguh sungguh memperhatikan hambanya, kesabaran selama lima tahun berakhir dengan indah.Inilah buah dari kesabaran dan keikhlasan Ammar. Semua berubah dalam sekejap, lima tahun itu adalah masa yang lama bagi Ammar. tapi nothing imposible for Allah, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak. Ini kisah nyata yang tokohnya masih berada di kota Riyadh, saat ini Ammar hidup cukup di sebuah rumah di dalam istana milik Prince. Ammar dianugerahi Allah hidup yang baik didunia, menjabat sebagai Muadzin di Masjid Prince Saudi Arabia di pusat kota Riyadh. Subhanallah….seperti itulah buah dari kesabaran. “Jika sabar itu mudah, tentu semua orang bisa melakukannya. Jika kamu mulai berkata sabar itu ada batasnya, itu cukup berarti pribadimu belum mampu menetapi kesabaran, *karena Sabar itu tak ada batasnya. Batas kesabaran itu terletak didekat pintu Syurga dalam naungan keridhaan Nya”.* (NAI) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ *”Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.”* (Al Fushilat 35) Allahu akbar! Maha Benar Allah dengan segala Firman Nya. Kisah nyata yang memberi pelajaran pada kita semua. Insya Allah yg terbaik akan diberikan Allah pada mereka yang berdo'a dengan ikhlas dan terus berusaha. *Semoga bermanfaat ...* www.HefliaNet.com www.HelfiaStore.com ![]() Sejak dulu musuh-musuh Islam sangat tidak suka terhadap muslim yang taat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan Al Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW. Semakin taat mereka, semakin dalam kebenciannya. Itu pulalah yang oleh penjajah kolonial selalu menjadi momok. Secara halus mereka melarang Al Qur'an untuk diterjemahkan. Hal ini diamini oleh beberapa ulama-ulama kala itu. Tidak lain agar tidak memunculkan generasi yang mereka sebut sebagai teroris, pemberontak sehingga mereka bebas menjalankan praktek-praktek kolonialismenya. Sekarangpun cara-cara yang sama secara terstruktur dan sistematis di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Labelisasi Islam teroris, Islam radikal, Islam garis keras tak lain adalah untuk menghambat dan menindas munculnya generasi-generasi Islam mujahid. Generasi Islam yang mempersembahkan hidup dan matinya semata-mata untuk mencari ridha Allah. Mereka tidak meninggalkan kehidupan duniawinya, tetapi mereka mencari rejeki di dunia semata-mata dalam rangka mengharapkan ridha Allah. Mereka tidak ragu sedikitpun untuk berkorban baik harta, keluarga, maupun jiwanya. Ini tentu saja sangat menakutkan bagi mereka yang terlanjur mengalami Islamophobia. Anda bisa bayangkan seorang yang fobi terhadap tikus bisa lari menjerit-jerit melihat tikus yang sedang santai menikmati roti. Begitulah para Islamophobia saat ini melihat generasi mujahid Islam ini. Maka dari itu tak perlulah kita ikut memisah-misahkan seperti maunya musuh2 Islam itu dengan ikut-ikut mengatakan memang ada Islam garis keras, Islam radikal, Islam teroris. Ibarat sebuah pohon maka apa yang dikatakan mereka sebagai Islam garis keras adalah akar dan pohonnya. Selebihnya yang menjadi ranting, daun, bunga dan buah adalah Islam juga yang juga tetap patuh dan selalu menjadikan Al Qur'an dan sunnah Rasulullah. Mereka ini tunduk pada arahan mereka yang saat ini dituduh sebagai Islam garis keras itu. Mereka adalah Islam. Andaikan ada yang harus dipisahkan juga, maka itulah mereka "Islam" tak bergaris yang pada hakikatnya mereka telah keluar dari ajaran Islam yang murni. Mereka tidak lagi menjadikan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai pegangan utama dalam hidupnya karena beranggapan tafsir dan ajarannya sudah banyak diselewengkan oleh nafsu manusia. Mereka ibarat ranting, daun, bunga dan buah yang berguguran terlepas dari pohonnya. Silahkan cap mereka sebagai teroris tapi mereka bukan Islam teroris atau Islam radikal atau Islam garis keras. Mereka tak pantas diakui sebagai Islam. Wallahu'alam. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk Nya kepada kita semua menghadapi berbagai fitnah dari musuh-musuh Allah. Aamiin. www.HelfiaNet.com Ini kisah nyata yang saya ambil dari tulisan rekan Nur Hasan Achmad yang beliau sharing di salah satu grup milis yang saya ikuti. Sangat inspiratif bagi kita semua. Semoga bisa menggugah semangat untuk mengumpulkan amal saleh sebanyak-banyaknya sebagai bekali di kehidupan yang sesungguhnya kelak di akhirat. Aku mau mati di masjid… Kamis pagi yg lalu, selepas sholat sunah Fajar dua rakaat dan saat menunggu sholat Shubuh berjama’ah di Masjid Al Huda Komplek Timah, Kelapa Dua, Depok..tiba2 seorang petugas masjid mengumumkan berita duka cita:”Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, telah meninggal dunia Bp. H. Kayamudin Siregar, SE, Ketua DKM Masjid Jami’ Al Huda tadi malam pukul 00.00 WIB di RS Persahabatan dalam usia 65 th...” Degg..jantung saya berdegup keras..berita ini cukup mengejutkan saya dan para jama’ah.. kenapa..?? Ya, biasanya berita duka yg diumumkan lewat corong masjid, memberitahukan adanya warga komplek yg meninggal dunia..berita semacam ini cukup sering dikumandangkan sehingga sudah dianggap biasa bagi telinga jama’ah masjid... Namun kali ini terasa berbeda, karena yg diumumkan meninggal adalah sang Ketua DKM sendiri..sosok yg selalu ber-sama2 jama’ah melaksanakan sholat fardhu di masjid..dan kadang2 menjadi imam sholat ketika Imam Masjid (Al Hafiz) berhalangan... Selepas Syuruq, sepulang dari masjid sayapun langsung mampir ke rumah duka, karena kebetulan rumah almarhum selalu kelewatan setiap saya pulang pergi ke masjid.. Nah, di sana saya sempat berjumpa dengan Ustadz Ir. Tifatul Sembiring (mantan Menkominfo) dan Ustadz Dr. Muslih Abdul Karim, MA (pemangku Ponpes Baitul Qur’an)... Bagi saya, almarhum merupakan sosok yg tangguh, ulet dan sabar..sehingga berkat jasanyalah masjid Al Huda di Komplek Timah Kelapa Dua bisa terbangun menjadi salah satu “masjid termegah” (selain masjid Kubah Emas) di seantero Kota Depok... Gimana nggak tangguh coba..dengan modal awal yg hanya Rp 300 ribu ketika masjid mulai dibangun (th 2012), saat ini ketika hampir selesai 100%, masjid Al Huda telah berdiri megah dengan total biaya mencapai lebih dari Rp 7,5 M (dari proposal semula sebesar Rp 3 M)... Dari mana dananya..?? dari “kantong Allah”..begitu nasehat yg diberikan oleh Ustadz Tifatul Sembiring kepadanya sebelum pembangunan masjid di mulai.. Luar biasa pak Ketua DKM ini..!! Beliau mempunyai obsesi untuk bisa menyelesaikan pembangunan masjid sampai tuntas sebelum mati.. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, beliau pernah bilang bahwa beliau tidak akan menyerahkan kepada orang lain sebelum masjid selesai terbangun.. Subhanallah..mantabb..!! Nah untuk mewujudkan obsesinya tsb, beliau bekerja keras tak kenal lelah..siang-malam beliau selalu berada di masjid untuk ngawasin langsung aktifitas pembangunan.. Ya, beliau ingin memastikan sendiri bahwa seluruh proses pembangunan berjalan lancar... Top markotop..dua acungan jempol untuk beliau..!! Beliau juga tak kenal lelah dalam mengumpulkan dana untuk biaya pembangunan masjid.. Alhamdulillah, uang mengalir dari para donatur dari berbagai kalangan, mulai dari warga komplek sekitar masjid, para dermawan, perusahaan2 swasta maupun instansi2 pemerintah.. Masya Allah..terbukti sudah..“kantong Allah” yg berbicara bung..!! Saking getolnya memimpin pembangunan masjid..beliau sampai lupa akan kesehatan diri sendiri..akibatnya, sejak setahun yg lalu kesehatan beliau menurun.. Saat pertama kali masuk rumah sakit tahun lalu, baru ketahuan kalau beliau mengidap penyakit kanker paru stadium lanjut (3,5)... Sejak itu beliau keluar masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan.. Nah hebatnya beliau, meskipun fisiknya sakit, namun pikiran dan perasaannya nggak bisa lepas dari masjid.. Bahkan suatu saat, ketika sedang tergolek lemah di rumah sakit, beliau masih sibuk nelpon sana-sini untuk ngatur segala macam tetek bengek pembangunan masjid..padahal sudah diingatkan dokter lho..agar istirahat total dan jangan banyak pikiran... Begitu pula rekan2 jama’ah masjid yg menjenguknya..selalu berpesan agar beliau istirahat total baik fisik maupun pikiran..namun apa kata beliau..?? Ah, sakit itu kan urusan Allah..sedang urusan saya adalah menyelesaikan pembangunan masjid.. Di satu sisi, bandel bener nih pak ketua..tapi di sisi lain..beliau sangat tough dan commit..!! Beberapa minggu yg lalu, beliau sempat di bawa putri sulungnya ke Sydney Australia untuk istirahat/refreshing.. Nah apa yg terjadi..?? Baru 2 hari di sana, beliau minta diantar ke masjid Al Huda..karena beliau ingin sholat fardhu berjama’ah di masjid Al Huda.. Woow..amazing... Sudah barang tentu putrinya kalang kabut..dia jelaskan ke ayahnya, bahwa beliau baru saja sampai di Australia untuk istirahat..dan jaraknya sangat2 jauh dari masjid Al Huda.. Putrinyapun berusaha membujuk mati2an agar sang ayah melupakan urusan masjid, agar bisa beristirahat dengan tenang..shg bisa membantu memulihkan kesehatannya... Sang ayah bukannya terbujuk tapi malah marah, beliau bilang:”Tidak usah berobat..sakit itu urusan Allah..aku rindu masjid Al Huda..dan aku mau mati di masjid Al Huda”.. Subhanallah... Terus terang saya merinding mendengarkan cerita putri sulung beliau saat berada di rumah duka bersama Ustadz Tifatul Sembiring.. Luuarrr biasa cinta beliau sama masjid Al Huda yg beliau pimpin..”cinta mati” bro..speechless saya dibuatnya.. Allahu Akbar..!! Duuh..alangkah bahagianya sang Ketua DKM ini.. Saya lantas membayangkan betapa besarnya pahala yg akan beliau terima di akherat kelak.. Coba simak sabda Rasulullah SAW:”Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)... Selain itu..tentu saja beliau juga akan menerima pahala atas “shadaqah jariyah” yg beliau keluarkan untuk pembangunan masjid Al Huda..baik berupa harta, tenaga dan pikiran beliau..dan ingat, pahala tsb akan terus mengalir meskipun beliau telah wafat..terus mengalir selama jutaan tahun sampai hari kiamat kelak.. Masyaallah... Ditambah pula dengan pahala yg akan terus mengalir dari do’a yg dipanjatkan oleh 1 putra dan 3 putrinya yg sholeh & sholehah..serta ilmu yg bermanfaat yg beliau bagikan saat memberikan tausyiah..maka lengkaplah sudah investasi akherat yg beliau tanam selama hidupnya di dunia ini... Luar biasa bro... Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW berikut ini:”Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.”' (HR. Muslim)... Nah..dengan begitu banyaknya amal kebaikan almarhum, maka sebenarnya bagi beliau, kematian merupakan nikmat dan rahmat Allah SWT..mati bukanlah batas akhir..melainkan “pintu gerbang” memasuki kehidupan baru yg lebih indah dan kekal di surga kelak... Namun sebagai manusia biasa, tentu almarhum tak luput dari dosa dan khilaf selama hidupnya.. untuk itulah kita perlu memohonkan ampunan Allah untuknya:”Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihii wa’fu’anhu” (Ya Allah, ampunilah dia, dan kasihanilah dia dan sejahterakanlah serta maafkanlah kesalahan dia).. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin... Semoga almarhum mendapatkan kebahagiaan abadi di sana, sebagaimana sosok yg digambarkan oleh Allah Ta’ala dalam Q.S. Al-Fajr: 27-30:”Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku”.. Insya Allah... Untuk kita yg sedang “tunggu giliran”..cukuplah kematian beliau ini sbg nasehat..maka bersegeralah kita bertaubat dan mohon ampun kpd Allah Ta’ala, atas segala dosa dan maksiat yg telah kita lakukan..dan manfaatkan sisa umur kita untuk beramal sholeh sbg bekal kehidupan setelah mati..sehingga tiap detik waktu yg tersisa ini tidak akan sia-sia... Wallahu a‘lam bish-shawab.. Semoga bermanfaat..khususnya buat saya pribadi… Salam, Nur Hasan Achmad Dipublish oleh www.HelfiaNet.com 19 Januari 2016 ![]() Tidak biasanya saya ingin menonton TV tetapi sore itu saya iseng dan tidak sengaja menjadi tertarik dengan siaran testimoni seorang pasien yang sembuh dari kanker getah bening, kalau tidak salah. Saya tertarik dengan penjelasan dari nara sumber yang mengibaratkan berdoa kepada Tuhan seperti mengirim sebuah surat permohonan bantuan kepada Presiden. Surat permohonan kepada Presiden ada standard yang harus diikuti, misalnya dibuka dengan kata "Dengan Hormat" barulah dilanjutkan dengan isi permohonannya. Begitupun berdoa kepada Tuhan. Tuhan sudah memberi petunjuk agar dalam berdoa dimulai dengan kalimat "Bismillah". Menurut beliau ternyata "Bismillah" bukan sekedar kata-kata tetapi itu adalah perbuatan berupa kasih sayang kepada seluruh umat dan alam semesta. Baru setelah mengamalkannya seorang bisa meminta apa saya yang dia inginkan. Saya penasaran dan langsung membuka websitenya di www.powerofsoulindonesia.com. Berikut ini sekelumit tentang beliau. Nama Sonny Sutrisna, SE seorang Sarjana Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta. Beliau terlahir dari keluarga ayah dari Bali yang beragama Hindu dengan ibu seorang warganegara keturunan Kong Hu Chu. Ketika dewasa Sony Sutrisna kemudian masuk agama Islam hingga ayah dan ibunya juga mengikuti jejaknya menjadi mualaf. Pernah menjabat sebagai Direktur Utama berbagai perusahaan di Jakarta dengan jabatan terakhirnya sebagai Direktur PT Sonega Bintang Sejati bergerak di bidang kesehatan dan jasa. Setelah beliau menikah dan mempunyai putri, beliau mendapat cobaan hingga merubah jalan hidupnya selanjutnya berupa putrinya yang ditimpa penyakit. Suatu ketika penyakit putri beliau kambuh hingga tidak dapat bernafas dan harus memakai oksigen sebagai alat bantu pernafasan. Beliau berdoa dengan khusuk dan sungguh-sungguh memohon kepada Sang Pencipta agar penyakit putrinya tersebut hilang. Pada saat itu, tiba-tiba beliau merasakan suatu benjolan-benjolan energi di sekitar tubuh putrinya, dan ketika benjolan-benjolan tersebut hilang, beliau membuka matanya kembali dan seketika melihat wajah putrinya kembali segar. Sejak saat itu berbagai penyakit dapat disembuhkan melalui terapi yang dinamakannya dengan Terapi Qolbu (energy Power of Soul). Akhirnya beliau memutuskan mundur dari dunia bisnis dan memilih untuk mendalami pengobatan energy Power of Soul (Terapi Qolbu) dan membuka klinik dengan alamat: Jl. Utan Kayu Raya No. 24 Jakarta Timur, telp (021) 858 20 29 dan (021) 858 20 30. Sahabat penasaran atau memang ingin berobat? Silahkan datang saja atau hubungi telpon tsb. www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber. Archives
January 2019
Categories
All
|