![]() Ketika kami di Wonosobo kami mendapat cerita tentang kelebihan seorang anak dari teman kami yang tidak biasa. Kalau cerita ini saya dengar dari orang lain mungkin saya tidak bisa percaya begitu saja. Tetapi kami sudah berteman baik sejak lama, jadi tentu saja kami yakin ini bukan cerita karangan. Sebelumnya saya juga memang pernah mendengar tentang Anak berbakat istimewa seperti ini. Anaknya, demikian teman kami ini mulai curhat, sering bercerita tentang "teman-teman"nya. Teman-temannya ini mengajarinya mengaji, mengajak bermain dan aktifitas lainnya. Padahal ibunya tahu tidak ada orang lain yang sama-sama tinggal di rumah itu. Sering mainannya atau barang-barang di rumah itu tiba-tiba hilang dari tempatnya secara aneh. Ketika ditanyakan oleh ibunya, dia dengan tenang menjawab: "Sedang dipinjam teman. Sebentar lagi juga dikembalikan." Memang entah darimana datangnya barang yang dicari tiba-tiba sudah ada di tempatnya persis seperti yang diceritakan anaknya ini. Tentu saja hal seperti ini kadang-kadang membuat ibunya agak ketakutan sendiri. Pernah juga suatu ketika ada tetangga mereka kehilangan motor yang kebetulan didengar anaknya ini dan langsung disahutinya bahwa motor itu ada di tempat parkir tetapi harus segera didatangi karena sebentar lagi akan dibawa pergi lagi oleh orang yang mengambilnya. Ketika tempat yang ditunjukkan itu didatangi, mereka hanya menemukan STNK motor di tempat parkiran sedangkan motornya sudah tidak ada. Menurut istri saya anak yang seperti ini dikenal dengan istilah Anak Indigo. Saya penasaran dan mulai 'searching' untuk mengetahui lebih dalam tentang Anak Indigo ini. Salah satu artikel yang saya baca di Detik.com mengatakan bahwa Anak Indigo selama ini selalu identik dengan kelebihannya yang bisa melihat makhluk halus atau membaca masa depan. Anak Indigo seringkali disebut sebagai anak nila yaitu istilah yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan seorang anak yang diyakini memiliki kemampuan atau sifat yang spesial dan tidak biasa. Anak indigo terlahir dengan kemampuan yang bersifat spiritual dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Kalau hanya memiliki kecerdasan tinggi ini disebut anak berbakat. Sedangkan kalau hanya memiliki kemampuan spiritual disebut anak cenayang. Nah, Anak Indigo memiliki keduanya yaitu kecerdasan tinggi dan juga kemampuan spiritual tinggi sehingga disebut berbakat istimewa atau talented. Demikian menurut dr Erwin dari Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indigo (YPPAI). Sementara menurut dr Suzy Yusnadewi, SpKJ, psikiater anak dari Klinik Talenta Center, Anak Indigo cenderung memiliki sifat suka menyendiri, berhalusinasi dan sulit bersosialisasi. Pada umumnya tidak ada yang salah dengan anak indigo, karena anak-anak ini juga terbilang normal hanya saja ia berbeda. Perbedaan ini terletak pada kemampuan lebih yang dimiliki oleh anak-anak indigo. Beberapa ciri yang biasa dimiliki oleh anak indigo yaitu:
Sementara itu dalam buku How To Raise An Indigo Child karangan Barbara Condron, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari anak indigo yaitu:
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia memberikan kelebihan kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas dan tidak ada seorangpun mampu mencegah Nya. Selain itu, tidak ada satupun yang diciptakannya di dunia ini dengan sia-sia. Oleh karena itu adanya anak-anak indigo inipun kalau dibina dengan semestinya insya Allah akan membawa kebaikan bagi mereka dan umat manusia umumnya. Wallahu'alam. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store.
0 Comments
![]() Kecelakaan Besar Akibat Beroperasi dengan 'Mata Tertutup' (Pan Am 1736 vs KLM 4805) Dalam tugas saya sekarang sebagai Process Safety Technical Authority saya harus lebih banyak membaca tentang insiden yang terkait dengan process safety agar bisa mendapatkan pelajaran penting untuk ditularkan kepada teman-teman yang bertugas di LNG Site Tangguh. Sebagai informasi, salah satu misi Tangguh LNG adalah setiap hari kami berusaha meningkatkan effisiensi dan menurunkan resiko kerja secara terus menerus. Selain belajar dari pengalaman sendiri, salah satu cara untuk bisa menurunkan resiko kerja secara terus menerus adalah dengan belajar dari pengalaman orang lain dan tidak hanya dari industri migas. Satu artikel yang menarik perhatian saya dan ingin saya bagikan kepada teman-teman di sini adalah sebuah tulisan tentang kecelakaan besar yang menentukan bagaimana dunia sekarang ini mengelola process safety. Salah satunya adalah kecelakaan yang diakibatkan oleh operasi yang dilakukan dengan 'mata tertutup' (blind operation). Ada tiga kasus, tetapi kali ini saya ingin berbagi satu saja yaitu sebuah tabrakan pesawat Pan Am 1736 dengan KLM 4805 yang terjadi tahun 1977. Berikut kisahnya. Tidak lama setelah jam 17.00 pada tanggal 27 Maret 1977 (ssst..., saya baru masuk kuliah di ITB waktu itu), sebuah pesawat KLM Boeing 747 bersiap-siap untuk take-off di runway Airport Los Rodeos, Tenerife. Sebelum berhasil lepas landas, pesawat tersebut bertabrakan dengan Pan Am Boeing 747 yang datang dari arah berlawanan di runway yang sama ketika sedang menuju tempat take-off. Tabrakan dan kebakaran akibat peristiwa itu menyebabkan kedua pesawat hancur dan 583 orang tewas seketika. ![]() Kisah yang menyebabkan kecelakaan ini bermula dari sebuah bom yang meledak di Terminal Utama Airport Las Palomas, Ibukota Canary Island pada jam 12.30 siang. Penerbangan ke sana dialihkan ke Airport Los Rodeos di Tenerife. Lalulintas Airport Los Rodeos mendadak menjadi sangat padat. Dua buah pesawat Boeing 747 dialihkan ke sana yaitu Pan Am 1736 dan KLM 4805. Pesawat Pan Am sudah tiba lebih dulu dari KLM dan diparkir dekat apron di ujung landasan Runway 12. Penumpang Pan Am masih di dalam pesawat sedangkan penumpang KLM diperbolehkan meninggalkan pesawat menuju terminal. Pilot KLM ingin segera terbang lagi karena jumlah jam terbang awak pesawatnya untuk istirahat sudah mendekati waktu yang diperlukan untuk terbang kembali ke Amsterdam sehingga sang pilot memutuskan untuk mengisi bahan bakar di Los Rodeos. ![]() Jam 15.00 Airport Las Palomas di Canary Island dibuka kembali. Pesawat Pan Am 1736 sudah siap berangkat lebih dulu karena semua penumpangnya masih di dalam pesawat tetapi rute untuk take-off terhalang oleh KLM 4805. Perlu waktu selama hampir 2 jam untuk mengembalikan semua penumpang KLM dan melakukan pengisian bahan bakar. Selama menunggu ini kabut mulai turun di Airport Los Rodeos dan jarak pandang turun hanya 270 meter. Untuk mencapai titik tinggal landas di Runway 12, kedua pesawat ini harus saling menjauh karena ada pesawat ketiga yang menghalangi rute ke sana. Petugas Menara Pengendali memerintahkan KLM 4805 untuk bergerak menuju ke ujung landasan dan memutar balik ke arah lepas landas (perhatikan denah di bawah). Ketika itu Menara Pengawas sudah tidak bisa melihat landasan dan juga kedua pesawat naas tsb. ![]() Tiga menit kemudian, Pan Am 1736 yang sudah berada dekat Runway 12, diperintahkan Menara Pengendali untuk mulai bergerak menyusuri Runway 12 dan keluar dari runway melalui taxiway ketiga di sebelah kiri. Kapten Pan Am kesulitan memahami aksen Petugas di Menara Pengendali dan meminta konfirmasi. Sementara itu pesawat KLM sudah tiba di ujung landasan dan berputar menghadap ke arah pesawat Pan Am. Kapten KLM mulai menarik tuas untuk take off tetapi first officer mempertanyakan apakah sudah menerima konfirmasi dari Menara Pengendali untuk take off. Ketika first officer masih membaca kembali instruksi dari Menara Pengendali, kapten sudah melepas rem dan KLM 4805 mulai bergerak untuk take-off. Segera first officer memberitahu Menara Pengendali: "Kami sekarang mulai take off". Petugas Menara Pengendali menjawab: "Ok, siap-siap untuk take-off, saya akan hubungi lagi". ![]() Komunikasi antara KLM 4805 dan Petugas Menara Pengendali menimbulkan kepanikan di cockpit pesawat Pan Am 1736. Kapten Pilot Pan Am mengirim radio ke Menara Pengendali: "Jangan dulu, kami masih ada di runway". Petugas Menara Pengendali menerima pesan itu dan meminta Pan Am melapor apabila sudah keluar dari runway. Tetapi Pan Am kesulitan menemukan lokasi taxiway ketiga (C-3) dan karena sibuk berbicara serta berusaha memahami aksen Petugas Menara Pengendali mereka tidak sadar kalau sudah taxiway ketiga itu sudah terlewati. Diduga bahwa pesan-pesan yang disampaikan dari Petugas Menara Pengendali kepada Pan Am dan KLM dikirimkan berbarengan. KLM hanya sempat menerima pesan 'Ok' karena suara bising di cockpit KLM yang berlangsung selama hampir 4 detik. Awak pesawat KLM masih bingung dan flight engineernya menanyakan apakah Pan Am masih di runway. Kekhawatirannya tidak terdengar karena kapten sudah meningkatkan kecepatan KLM 4805 untuk take-off. Peristiwa ini seolah-olah tidak terkait atau tidak relevan untuk industri migas. Padahal, kita harus ingat bahwa dalam industri migas, seorang Operator Panel mirip dengan Petugas Menara Pengendali yang terpisahkan dari situasi lapangan. Komunikasi dengan unit operasi di lapangan hanya melalui radio atau telpon dan membayangkan keadaan pabrik hanya melalui tampilan virtual komputer (panel board).
Kejelasan informasi sangatlah vital untuk memahami situasi sesungguhnya di lapangan. Ketika hal yang tidak diharapkan terjadi, ada kecenderungan alamiah untuk menterjemahkan kejadian-kejadian menurut pengalaman pribadi masing-masing, meskipun fakta yang ada menunjukkan sebaliknya. Sebagai contoh Kapten Pilot KLM sudah terpaku pada pemikiran untuk segera take-off karena apabila terlambat maka akan terjadi kekacauan besar terhadap penerbangan berikutnya. Hal ini diduga membuatnya yakin bahwa Pan Am sudah keluar dari runway sehingga memutuskan untuk segera take-off dan terjadilah kecelakaan yang sangat disesalkan seluruh dunia itu. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store. Berita kecelakaan seperti dilaporkan oleh Intisari Online. ![]() Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store. KISAH - 18, SEBUAH KEMANDIRIAN WANITA Sebuah pertanyaan sederhana, sebagai awal cerita ini. Adakah manusia di dunia ini, yang tidak suka ditolong orang lain ? Jawabannya, pastilah banyak. Dengan berbagai alasan, mereka menolak ditolong oleh orang lain. Kenapa menolak pertolongan orang lain, salah satu alasannya adalah soal kemandirian. Mereka ingin mandiri atau belajar mandiri untuk mengatasi kesulitan dalam kehidupannya. Kita semua akan setuju bahwa kita akan merasa puas bila kita mampu menyelesaikan semua masalah kita sendiri, kalau perlu tanpa bantuan orang lain.
Pengalamanku bekerja di LNG Hammerfest, menolong orang lain dalam bekerja adalah sesuatu, yang kadang sulit buatku. Khususnya menolong atau membantu pekerjaan wanita sebagai rekan kerjaku, yang notabene warga Norwegia. Banyak kejadian yang membuat aku, kadang geleng – geleng kepala, kenapa wanita – wanita rekan kerjaku sulit menerima bantuanku. Mereka sepertinya ingin menunjukkan kemandirian mereka sebagai wanita. Apa yang laki – laki bisa lakukan, maka wanita-pun pasti bisa melakukannya. Ada sebuah cerita saat aku kerja di LNG Hammerfest bersama salah satu temanku dari Indonesia. Sebut saja namanya Amin. Kebetulan waktu itu, kami berdua ingin mengambil sampel di LNG Plant (kilang LNG). Setelah sampai pada unit pengolah LPG, Amin melihat ada seorang insinyur wanita, entah warga negara Norwegia atau Jerman, tengah kesulitan membuka sebuah valve memakai kunci Inggris. Insting Amin segera berkata, wanita ini pasti perlu bantuan. Kemudian didatanginya wanita itu, dengan tanpa basa basi, Amin langsung menawarkan diri untuk membantu wanita itu. Pikirnya, wanita itu pasti dengan senang hati untuk menerima bantuannya. Ternyata, jawaban yang diterima oleh Amin dari wanita itu sangat mengecewakan. Wanita itu mengatakan kepada Amin, ”Apakah kamu lebih mampu dari saya, kok mau membantu saya ?”. Mendengar jawaban itu, sontak Amin kaget dan minta maaf kepada wanita itu. Sambil bersungut – sungut, Amin berkata padaku, ”Bagaimana sih wanita itu, mau dibantu kok malah sepertinya marah alias nggak mau ?”. Kujawab saja komentar Amin itu, ”Ya, mungkin saja, wanita itu tidak ingin dianggap tidak mampu atau lemah, sehingga ia ingin menyelesaikan kesulitannya sendiri”. Aku juga pernah mengalami peristiwa seperti yang dialami oleh Amin. Hanya saja peristiwanya terjadi di dalam Laboratorium. Saat itu, temanku, yang bernama Kristel, akan melakukan pengukuran kandungan air dalam gas alam di kilang LNG dengan alat Cermax IS. Alat ini cukup berat, mungkin hampir 4 kg. Kalau aku yang melakukan pengukuran, biasanya hanya aku bawa satu saja. Karena selain alat itu, aku harus juga membawa banyak peralatan lain seperti kunci – kunci, konektor dll, yang juga cukup berat. Tapi, Kristel, sepertinya tidak cukup membawa satu alat Cermax IS saja, dia akan membawa 2 alat sekaligus. Aku langsung berpikir, apakah Kristel mampu membawa 2 alat tsb ke kilang LNG. Aku tahu, jalan dari Laboratorium ke kilang LNG itu, naik turun dan cukup jauh kalau jalan kaki. Aku secara spontan menawarkan bantuan kepadanya, untuk ikut membawakan alat Cermax IS yang satunya, tetapi dengan halus dia menolaknya. Kristel mencoba meyakinkanku bahwa dia bisa mengerjakannya sendiri, tanpa bantuan dariku. Ada cerita lain yang membuatku tersenyum, kalau mengingatnya lagi. Aku suka bermain sepak bola sejak kecil. Makanya, ketika ada tawaran main bola bersama dengan teman – teman Laboratorium, aku dengan senang hati menerimanya. Temanku, Trine Sommerland, berjanji menjemputku malam nanti untuk main bola di lapangan bola tertutup atau indoor. Kalau aku ingat, model lapangannya seperti lapangan futsal di tanah air. Tepat jam 7 malam, Trine menjemputku dari Dormitori atau asramaku, menuju ke lapangan bola. Sampai di lapangan bola, aku sebenarnya agak terkejut karena ternyata yang akan main bola lebih banyak wanitanya, dibandingkan laki - lakinya. Aku coba bertanya kepada Trine, ”Apakah wanita – wanita ini akan main bola semua ?”. Dengan singkat Trine menjawab, ”Iya. Mereka itu teman – teman kita main bola malam ini”. Aku hanya berpikir, apakah mereka mampu main bola bersama – sama kita, yang notabene laki – laki. Baru kemudian aku juga tahu bahwa main bola di Hammerfest ini, antara laki – laki dan perempuannya campur. Aku berpikir, hampir saja aku membatalkan main bola kalau tidak Trine membujukku agar jangan sampai mundur atau tidak jadi main bola malam ini. Terus terang, baru kali ini, aku akan main bola dengan wanita. Aku rasanya jadi kikuk sekali. Sebelum dimulai pertandingan, maka dilakukan pembagian regu. Kita semua yang datang malam itu, dibagi 2 regu, dimana masing – masing regu terdiri dari 6 orang. Tiap regu terdiri dari pemain laki – laki dan wanita. Sayangnya, jumlah pemain wanita dalam regu lawanku, agak lebih banyak atau dengan kata lain, reguku agak lebih banyak laki – lakinya. Kemudian aku menawarkan diri untuk pindah ke regu lawanku agar sedikit berimbang jumlah laki – laki dan wanita dari kedua regu ini. Namun diluar perkiraanku sama sekali, tawaran ini ditolak sama sekali oleh semua wanita di regu lawanku. Tanpa kusadari, bahwa sebenarnya aku sudah meremehkan kemampuan wanita – wanita itu dalam bermain bola. Padahal mereka yakin bisa mengimbangi permainan laki – laki walaupun mereka wanita. Dan terbukti, ketika kita sudah mulai main bola, para wanita itu bisa lari kencang seperti halnya kita lelaki. Para wanita itu juga, mampu menendang bola dengan keras seperti laki – laki. Jujur kukatakan bahwa sebenarnya aku sangat kelelahan melawan para wanita itu, yang sepertinya tidak pernah merasa capai selama 1 jam bermain bola. Hebatnya, regu lawanku, yang notabene lebih banyak wanitanya, malah menang, bisa mengalahkan regu kita, yang lebih banyak laki – lakinya. Sekali lagi, cerita ini membuktikan bahwa kemandirian wanita sangat kuat di Hammerfest, mereka tidak mudah menyerah dengan keadaan atau kesulitan yang dialaminya. Kalau kita bilang, secara fisik, wanita itu lebih lemah dari laki – laki, ternyata pengalamanku main bola malam itu, menunjukkan bahwa wanita Hammerfest tidak kalah kemampuan fisiknya dibandingkan laki – lakinya. Mereka, para wanita, mampu menunjukkan bahwa mereka bukanlah makhluk Allah SWT yang pantas dikasihani. Mereka punya potensi yang sama dengan laki – laki untuk maju dan berkembang, menyelesaikan semua persoalan hidup yang ada di dunia. Kondisi ini memang cukup berbeda di tanah air. Memang banyak wanita tangguh di tanah air, yang prestasi mereka, bisa mengalahkan kemampuan laki – laki pada umumnya. Hanya saja, mungkin jumlahnya masih belum banyak seperti halnya di Norwegia. Wanita di tanah air, lebih dicitrakan sebagai makhluk Allah SWT yang feminim, lemah lembut dan kadang harus selalu dikasihani oleh para laki – laki. Hal ini tentu saja baik namun kadang akan sangat menghambat kemajuan dari para wanita di tanah air. Para wanita menjadi sangat tergantung kepada laki – laki. Kalau tidak, malah kadang jadi obyek penindasan oleh laki – laki. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh suami kepada istrinya, sebenarnya lebih dikarenakan wanita terlalu dianggap lemah oleh suaminya. Kalau para wanita di tanah air mampu membuktikan dirinya bahwa mereka tidak lemah secara mental dan fisik, tentunya tidak banyak suami berani melakukan KDRT terhadap istrinya. Kita tahu bahwa jumlah penduduk laki – laki dan wanita di Indonesia hampir imbang. Karena itu, para wanita ini mempunyai peranan yang besar untuk bisa memajukan keluarganya dan tentu saja, bangsa kita. Para wanita sudah semestinya berusaha mempunyai kemampuan fisik dan ruhani yang kuat seperti halnya laki – laki. Para wanita harus juga punya ilmu yang mumpuni seperti halnya laki – laki. Kalau ini semua bisa terjadi di tanah air, tentunya bangsa kita tidak usah menunggu terlalu lama lagi untuk bisa menjadi bangsa yang maju seperti Norwegia. Para wanita dan laki – laki bisa secara sejajar dan bersama – sama berjuang memajukan keluarganya dan bangsanya. Di Hammerfest, sepertinya tidak ada pekerjaan laki – laki yang tidak bisa dilakukan oleh wanita, baik pekerjaan itu perlu kemampuan fisik yang kuat atau keilmuan yang mumpuni. Tentu saja, ada hal – hal yang sudah menjadi kodrat seorang wanita seperti mengandung dan melahirkan anak, lebih sensitif perasaannya dsb. Namun semuanya itu, janganlah terlalu dijadikan kendala untuk bisa hidup maju seperti halnya kebanyakan laki – laki. ![]() Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store. KISAH - 17, NIKMATNYA KAWANAN RUSA Pernahkah kita membayangkan hidup di sebuah kota, kemudian binatang – binatang liar dari hutan, bisa berkeliaran bebas menemani hidup kita di sepanjang jalan – jalan yang kita lalui ? Binatang – binatang itu bisa berlari ke mana saja yang diinginkannya, tanpa ada gangguan dari kita sebagai manusia ? Kita akan bisa melihat manusia dan binatang, bisa hidup berdampingan secara damai. Kalau memang itu ada, kehidupan yang seperti itu, alangkah tambah nikmatnya hidup di dunia ciptaan Allah SWT.
Kalau di tanah air, kita mungkin bisa menemuinya di beberapa Taman Safari seperti Bogor – Jawa Barat atau Pasuruan – Jawa Timur, dimana kita sebagai pengunjung bisa berinteraksi dengan binatang – binatang yang dipelihara disana. Hanya saja, Taman Safari, bukanlah sebuah kota dengan kehidupan yang serba hiruk pikuk. Dalam Taman Safari, binatang – binatang itu juga tetap ada yang menjaganya agar jangan sampai mengganggu atau bahkan melukai pengunjungnya. Saya hanya membayangkan, kalau binatang – binatang itu dilepas ke sebuah kota kecil saja di tanah air, maka apa yang akan terjadi ? Apakah binatang – binatang itu bisa hidup normal, tanpa kita ganggu ? Atau malah binatang – binatang itu kita buru atau dibunuh untuk dimakan dagingnya ? Atau malah bisa saja, binatang – binatang itu dicuri oleh sekelompok orang ? Bagi kita yang hidup di tanah air, kita kadang yakin bahwa semua itu sangat mungkin terjadi. Seringkali, kita tidak menghargai hak hidup dari binatang – binatang yang ada di sekitar kita. Kadang kita sepertinya tanpa dosa, menangkap atau membunuh bahkan mencuri binatang – binatang itu dari sekitar kita. Binatang – binatang itu juga ingin bisa hidup bebas di alam sekitar kita tanpa ada gangguan dari kita sebagai manusia. Kisah tentang keserasian hidup antara manusia dan binatang, benar – benar aku temui di kota Hammerfest. Di saat musim mulai berganti dari musim dingin ke musim panas yaitu sekitar bulan Maret, ternyata mulai bermunculan rusa – rusa liar di kota Hammerfest. Mulanya aku berpikir, bahwa masyarakat Hammerfest akan segera menghalau rusa – rusa itu agar kembali masuk hutan. Tapi ternyata, dugaanku itu salah sama sekali. Rusa – rusa itu dibiarkan begitu saja hidup berkeliaran di kota Hammerfest. Aku juga baru sadar, kenapa sebagian rumah – rumah di Hammerfest, halamannya dikasih pagar. Maksudnya adalah agar rusa – rusa itu tidak masuk ke halaman rumah, yang mungkin akan merusak taman bunga yang ada atau bahkan masuk rumah. Namun, sepertinya rusa – rusa itu mengerti bahwa mereka tidak boleh masuk ke halaman rumah orang – orang di Hammerfest. Yang sungguh menarik hatiku adalah seringkali kita harus mengalah kepada rusa – rusa itu agar binatang – binatang itu tidak tersakiti. Misalnya, rusa – rusa itu akan menyeberang jalan raya, maka mobil – mobil dari jarak beberapa meter sudah berhenti memberikan kesempatan rusa – rusa itu lewat. Kemudian juga ketika rusa – rusa itu makan rumput di pinggir jalan atau di lapangan, maka orang – orang di Hammerfest, kadang mengambil jalan lain agar tidak mengganggu rusa – rusa yang lagi asyik dengan makanannya. Karena itu, kuperhatikan sepertinya, rusa – rusa itu sudah akrab sekali dengan masyarakat Hammerfest sehingga seperti layaknya manusia yang juga hidup di kota. Rusa – rusa itu bisa hidup bebas di kota Hammerfest tanpa diganggu sama sekali oleh manusia. Kerelaan hati masyarakat Hammerfest untuk mau membantu kehidupan rusa – rusa itu sungguh menyentuh hatiku. Bayangkan saja, dari ratusan rusa – rusa yang lalu lalang di kota Hammerfest, tentunya akan banyak juga kotoran yang dihasilkan oleh rusa – rusa itu. Kotoran yang bertebaran di jalan – jalan, lapangan dan tempat – tempat lainnya, dengan ringan tangan, masyarakat Hammerfest membersihkannya. Tidak ada kata marah dalam hati dan pikiran masyarakat Hammerfest akibat rusa – rusa itu membuang kotoran di sembarang tempat. Akibatnya, walaupun, banyak rusa berkeliaran di kota Hammerfest saat musim panas, suasana kotanya tetap selalu bersih dan rapi. Kalau kita lihat dari masa lalu, masyarakat Hammerfest atau Norwegia, sepertinya mereka berhutang budi kepada rusa – rusa itu. Jaman dulu, rusa – rusa itu banyak sekali manfaatnya. Misalnya rusa – rusa itu dipakai untuk menarik kendaraan atau kereta salju sebagai alat transportasi masyarakat Norwegia pada masa lalu. Dagingnya dimakan untuk menopang kehidupan masyarakat Norwegia. Kemudian kulit dan bulunya, bisa dibuat baju hangat, topi hangat, selimut bayi, sepatu sampai dengan alas tidur dalam rumah masyarakat Norwegia. Kita tahu bahwa suhu udara di Norwegia adalah sangat dingin dan salju tebal kalau kebetulan musim dingin. Karenanya, rusa – rusa itu telah banyak sekali jasanya dalam mempertahankan kehidupan masyarakat Norwegia khususnya pada masa yang lalu. Yang membuatku prihatin, saat ini, binatang – binatang liar di hutan – hutan tanah air kita khususnya di Jawa, Sumatra dan Kalimantan sudah sangat kurang jumlahnya atau bisa dikatakan hampir punah dari muka bumi. Kegemaran sebagian masyarakat kita untuk berburu dengan cara yang membabi buta, telah menyebabkan punahnya banyak binatang – binatang liar di hutan. Tidak bisakah kita misalnya, berburu dengan cara yang beradab artinya kita tetap akan melindungi binatang – binatang liar itu agar bisa bertahan hidup di hutan – hutan tanah air. Peraturan Pemerintah yang dimaksudkan untuk melindungi binatang – binatang liar itu juga banyak yang dilanggar. Para pemburu liar yang ditangkap, kemudian hanya diberikan hukuman yang ringan oleh Pengadilan. Kapan kita bisa memberikan perlindungan kepada binatang – binatang liar itu agar bisa hidup normal dan berkembang biak di hutan – hutan. Hingga suatu saat nanti, anak cucu kita masih bisa melihat binatang – binatang liar itu. Tapi kalau kita habiskan ekosistem binatang – binatang liar itu sekarang, maka mungkin anak cucu kita hanya bisa melihat gambarnya saja, tanpa pernah melihat langsung seperti apa binatang – binatang liar itu. Aku hanya membayangkan kapan kita bisa hidup harmonis dengan binatang seperti masyarakat Hammerfest. Binatang – binatang liar yang ada di dalam hutan – hutan tanah air saja, bisa habis diburu, apalagi kalau binatang – binatang liar itu sampai jalan – jalan di perkampungan atau bahkan kota kita, pastilah dijamin, masyarakat akan berebutan untuk memburunya atau membunuhnya untuk dimakan dagingnya dan mungkin diambil kulitnya. Tidak bisakah kita, membiarkan mereka untuk bebas menikmati alam pemberian Allah SWT seperti halnya kita sebagai manusia ? Memang benar, binatang – binatang itu juga diciptakan untuk manusia, tapi apapun alasannya, kita tetap harus saling melindungi sebagai sesama makhluk Allah SWT. ![]() Pelatihan Teknik Bertahan Hidup di Laut Beberapa waktu yang lalu ketika masih liburan ada pemberitahuan dari Training Section bahwa saya harus mengikuti "Basic Sea Survival Training". Saya jadi ingat bahwa ternyata sudah lebih 5 tahun yang lalu ketika saya mendapatkan sertifikat "Sea Survival Training" dari JOTC sebuah Training Center di Jakarta yang mengkhususkan melatih pekerja offshore teknik survival di laut. Saya masih ingat ketika pelatihan itu kami terjun ke kolam renang yang dingin airnya dengan kedalaman 2 meter. Dimulai dengan training dalam kelas tentang dasar-dasar penyelamatan diri di tengah laut. Kemudian praktek di kolam renang. Kami diminta satu persatu mempraktekkan cara memasang pelampung dan penggunaannya. Kemudian satu persatu juga diminta lompat dari ketinggian 4 meter dengan teknik yang sudah diajarkan yaitu satu tangan menutup hidung dan satunya lagi menahan agar tidak terlepas dengan berpegangan pada pelampung. Melompat dari ketinggian 4 meter sudah cukup membuat beberapa teman gentar dan tidak sanggup melanjutkan. Ketika masih di bawah saya merasa ketinggian 4 meter tidak seberapa tinggi, tetapi setelah berada di sana dan siap untuk melompat sempat muncul rasa panik sesaat. Ternyata dari atas kalau melihat ke bawah cukup mengerikan. Apalagi kalau sempat pikiran dipenuhi dengan sangkaan negatip. Rasa takut dan panik cepat sekali mempengaruhi. Untung saya masih bisa menguasai diri dengan berkonsentrasi mengingat teknik yang sudah diajarkan. Kemudian mata memandang lurus ke depan dan mulai melangkah. Setelah melompat, kaki kanan segera dilipat merapat ke kaki kiri. Berbeda dengan waktu itu, kali ini pelatihannya hanya di dalam kelas dan peragaan saja tanpa praktek langsung di kolam renang. Namun berbekal pelatihan sebelumnya, pelatihan dengan metoda class room ini sudah cukup bagi saya mengingat kembali apa yang pernah diajarkan sebelumnya. Misalnya mengapa kaki harus dilipat ketika melompat dari ketinggian, yaitu agar bagian vital bisa terlindungi selain agar pusat gravitasi tepat di tengah2 tubuh kita. Saya juga bisa mengerti bahwa kalau untuk marine, 'rescue boat' nya sudah lengkap dengan atap tetapi dasarnya menempel ke permukaan laut sehingga kalau malam kita perlu pompa dengan udara agar tidak kedinginan. Berbeda dengan 'rescue boat' untuk aviation yang lebih besar dan atapnya harus kita pasang sendiri, tetapi dasarnya tidak menempel ke permukaan laut jadi terhindar dari kedinginan.
Ancaman bahaya di laut yang terburuk adalah apabila kondisi kapal tidak bisa diselamatkan dan penumpang harus evakuasi ke dalam laut. Meskipun setiap kapal atau boat dilengkapi dengan rakit penyelamat, tetapi penumpang dituntut untuk mengerti penggunaannya. Kami diajarkan cara mengembangkannya, bagaimana membalikkannya kalau posisi rakit terbalik dan bagaimana bertahan hidup di air. Salah satu kondisi yang bisa mengancam keselamatan jiwa adalah kedinginan atau hypothermia. Kondisi ini mulai terlihat gejalanya ketika suhu badan turun di bawah 35 Celcius. Dimulai dengan gejala menggigil, lemas dan pusing, halusinasi, tidak sadar, sampai kepada gejala-gejala jantung berhenti bekerja. Kiat-kiat untuk mengurangi agar tidak cepat kedinginan adalah hemat tenaga (cari lokasi yang aman dan biarkan mengapung), posisi meringkuk untuk mengurangi pelepasan panas tubuh, berkumpul dengan dengan yang lain, tetap memakai pakaian dan sepatu, tetap memakai pelampung, dan tentunya kalau memungkinkan segera keluar dari dalam air (gunakan rakit penyelamat atau lainnya). Kita memang tidak mengharapkan terjadi kecelakaan dalam perjalanan dengan 'boat' dari Babo ke LNG Site Tangguh, tetapi kita tetap perlu mempersiapkan segala kemungkinan terburuk agar tetap bisa bertahan hidup sampai datang pertolongan. Menurut instruktur, selain bekal pengetahuan juga sangat penting adalah karakter berupa kemauan untuk bertahan hidup karena sangat menentukan apakah seseorang bisa 'survive' atau tidak dalam suatu musibah atau kecelakaan. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store. ![]() Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store. KISAH – 16, TANPA LAMPU MERAH Pernahkah anda berkunjung ke sebuah kota baik di Indonesia atau di luar negeri, dimana tidak ada lampu pengatur lalu lintas sama sekali ? Aku hanya membayangkan bagaimana akan semrawutnya mobil, motor, bis, sepeda, becak atau bahkan pejalan kaki tanpa adanya lampu pengatur lalu lintas. Pastilah di setiap tikungan akan terjadi kemacetan yang parah. Makanya tidak heran, adanya kerusuhan massal, pertengkaran atau perkelahian sering terjadi di jalan raya. Masing – masing pengendara kendaraan ingin saling mendahului satu sama lain, tidak ada yang mau bersabar dan memberikan kesempatan orang lain untuk lewat. Singkatnya, pasti banyak kecelakaan atau kekacauan terjadi di jalan raya, kalau tidak ada lampu pengatur lalu lintas. Masih lumayan kalau polisi lalu lintas mau terus menerus ada di jalan raya, paling tidak kemacetan atau kekacauan di jalan bisa sebagian diatasi. Kalau tidak, bisa dibayangkan sendiri, apa yang akan terjadi di jalan raya, tanpa adanya lampu pengatur lalu lintas.
Kalau kita ngomong, kondisi lalu lintas di Jakarta atau kota – kota metropolitan di tanah air, ada sebuah ironi. Ironinya adalah kadang lampu lalu lintas sudah menyala hijau, berarti kendaraan kita sudah boleh jalan. Tapi faktanya, tidak bisa langsung jalan alias macet. Bagaimana tidak macet, karena banyak kendaraan di perempatan, dimana lampu lalu lintasnya merah, tetap saja menerobos jalan. Sungguh tidak mudah membuat masyarakat untuk tertib dalam berlalu lintas. Aku akui bahwa sejak kecil, tidak pernah diajarkan tentang tertib berlalu lintas baik di rumah atau di sekolah. Begitu dewasa, aku cuma tahu arti lampu lalu lintas, merah, kuning dan hijau serta sedikit simbol – simbol lalu lintas di jalan. Memang sebaiknya, kita sebagai orang tua dan guru di sekolah, secara perlahan – lahan, terus menerus memberikan contoh dan penjelasan tentang tertib berlalu lintas di jalan. Tujuannya, cuma satu, yaitu kita akan terbiasa untuk selalu tertib dalam berlalu lintas di jalan raya, yang sebenarnya bukan jalan milik kita saja, tapi juga milik orang lain. Masalah berlalu lintas sebenarnya adalah masalah budaya. Budaya untuk mau tertib mengikuti aturan yang ditetapkan dan menghormati pengendara kendaraan yang lain termasuk pejalan kaki. Kalau di tanah air, kita harus menambahkan penghormatan kita terhadap pedagang dan pengemis di lampu lalu lintas atau di perempatan jalan. Selama bangsa kita, mayoritas penduduknya tidak mau tertib untuk mengikuti aturan yang ditetapkan, maka kemacetan yang parah pasti akan terjadi dimana – dimana, tidak hanya di kota metropolitan, di kota besar bahkan di kota – kota kecil di Indonesia. Apalagi kota itu adalah salah satu kota tujuan wisata, pasti akan macet terutama hari – hari libur. Karena itu, budaya tertib berlalu lintas tidak serta merta tumbuh dengan sendirinya, harus ada pembinaan secara terus menerus sejak kecil hingga dewasa. Aku sungguh kagum dengan kota Hammerfest, yang ukuran kotanya, kalau di Indonesia, mungkin termasuk kota sedang. Kalau di tanah air, jangankan kota sedang, kota kecilpun pasti punya lampu lalu lintas. Kondisi ini berbeda dengan Hammerfest, sama sekali, aku belum menemui sebuah lampu lalu lintas satu pun. Aku sebenarnya juga heran, kenapa tidak ada lampu lalu lintas di Hammerfest padahal jumlah mobil, bis, sepeda motor dan sepeda termasuk pejalan kaki cukup banyak jumlahnya. Jawabannya baru aku tahu setelah hampir sebulan aku tinggal di Hammerfest. Hampir setiap hari libur, sabtu dan minggu, aku jalan – jalan atau naik bis ke pusat kota Hammerfest. Kuperhatikan, kalau ada orang mau menyeberang jalan maka mobil yang akan berhenti pada jarak sekitar 10 m dari orang yang mau menyeberang itu, agar memberi kesempatan kepada pejalan kaki untuk bisa menyeberang jalan. Mobil atau motor yang lewat juga sepertinya mengikuti batas kecepatan yang ditentukan oleh rambu – rambu lalu lintas yang ada di jalan. Mobil atau kendaraan yang akan belok di setiap perempatan, pasti akan berhenti dulu. Setelah melihat sebelah kanan dan kirinya aman dari kendaraan lain yang lewat, barulah mobil atau kendaraan itu berjalan lagi untuk membelok. Mobil yang satu dengan mobil yang lain tidak ada yang saling menyalip, kecuali mobil di depannya berhenti atau belok ke jalan lain. Para pengendara mobil atau kendaraan di Hammerfest seperti berlomba – lomba untuk memberikan kesempatan orang lain untuk lewat dengan aman. Selama aku tinggal di Hammerfest lebih dari 6 bulan, belum pernah aku mendapatkan berita ada kecelakaan mobil atau kendaraan disana. Sekali lagi, aku kadang hanya termangu – mangu di pinggir jalan, sambil bertanya dalam hati, kenapa lalu lintas di Hammerfest bisa sedemikian tertib tanpa adanya lampu pengatur lalu lintas, yang merah, hijau dan kuning itu. Satu hal yang aku tidak pernah dengar di jalan raya Hammerfest ketika aku jalan – jalan atau naik bis di kota Hammerfest. Apa itu, yakni bunyi suara klakson mobil atau motor. Bukankah di tanah air, bunyi klakson mobil atau motor hampir selalu ada di jalan – jalan yang kita lalui. Rupanya, orang – orang di Hammerfest sedemikian hati – hatinya, jangan sampai membuat pengendara lain kaget atau merasa terganggu akibat klakson mobil atau motor kita. Kalau kita di tanah air, terlambat sedikit saja jalan, kalau lampu lalu lintas sudah hijau, maka klakson akan bertubi – tubi ditujukan ke kita. Aku tersenyum kalau mengingat hal ini, bisa kita bayangkan, bahwa sebenarnya klakson mobil tidak diperlukan lagi kalau kita tinggal di Hammerfest. Karena itu, wajar saja, berdasarkan survei tahun 2010 di sebuah surat kabar nasional, Norwegia merupakan negara yang paling aman dan nyaman untuk tinggal. Sikap untuk saling menghormati privasi orang lain sangat tinggi termasuk berlaku sopan santun di jalan raya. Saya juga mendengar bahwa memang penegakan hukum lalu lintas di Norwegia sangat kuat. Kalau kita mengendarai mobil atau motor, sampai menabrak orang maka SIM (Surat Ijin Mengemudi) kita akan dicabut oleh polisi dan seumur hidup, kita tidak akan bisa lagi memperoleh SIM. Artinya, seumur hidup, kita tidak bisa lagi mengendarai mobil atau motor kita karena kita tidak punya SIM. Selain itu, kalau kita melakukan banyak pelanggaran lalu lintas, maka dendanya akan dikumpulkan semua di kantor polisi. Denda itu harus dibayar kalau kita harus mengurus penggantian STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) atau SIM. Bisa saja kita bayangkan, berapa banyak denda yang harus dibayar selama 5 tahun sesuai umur STNK kendaraan kita, kalau misalnya hampir tiap hari kita melanggar peraturan lalu lintas. Kalau kita melanggar peraturan lalu lintas di tanah air, maka masih banyak mendengar cerita bahwa pembayaran dendanya bisa diatur dengan petugas polisi di jalan raya. Benar atau tidak, mungkin hanya kita masing – masing yang tahu. Kemudian apakah uang denda itu, masuk ke kas negara atau tidak, kita juga tidak tahu. Sebenarnya UU (Undang – Undang) Lalu Lintas atau Peraturan Pemerintah tentang Tertib Lalu Lintas sudah bagus isinya. Namun, implementasi UU atau Peraturan Pemerintah itu kadang masih sangat lemah di lapangan. Para sopir bis yang ugal – ugalan di jalan raya, jarang sekali yang ditindak oleh polisi atau kalau perlu, ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Karena sopir yang ugal – ugalan itulah, angka kematian di tanah air akibat kecelakan lalu lintas menjadi nomor 2 setelah penyakit jantung. Hukuman atas pelanggaran lalu lintas oleh polisi atau hakim di pengadilan jarang sekali memberikan efek jera buat pengemudi yang nakal. Kalau sudah begini, apakah masyarakat salah kalau kemudian memberikan hukuman atau main hakim sendiri untuk pengemudi bis atau truk yang ugal – ugalan, yang sering menabrak orang lain yang menyeberang jalan atau naik motor misalnya ? ![]() Perjalanan ke Tangguh LNG Site Lewat Ambon Hari itu sebetulnya hari istimewa bagi saya dan istri karena tepat 29 tahun yang lalu kami menikah. Betul sekali, seharusnya kami merayakan ultah pernikahan tetapi saya harus bertugas ke LNG Site Tangguh, sehingga kami merayakannya sehari sebelumnya yaitu tanggal 20 Juli 2013. Perjalanan ke LNG Site Tangguh kali ini adalah yang pertama bagi saya dengan rute lewat Pelud Pattimura Ambon. Kalau biasanya kami check-in mulai jam 8 malam, kali ini check-in baru dibuka jam 9 malam. Saya dan keluarga bisa santai dulu berhari minggu. Siang itu saya memotong rambut ke salon ditemani istri terus lanjut jalan-jalan di sekitar Bintaro sambil cari bekal untuk berbuka puasa (istilah Sundanya 'ngabuburit'). Tidak terasa waktu berbuka puasapun tiba. Selesai berbuka kamipun shalat Maghrib dilanjutkan shalat Isya dan Taraweh. Seperti biasanya, istri dan anak perempuan saya selalu menemani ke Airport Halim Perdanakusuma kalau saya akan pergi bertugas ke Papua. Kami berangkat diantar sopir jam 8.30 malam. Jalanan sudah sepi dan lancar karena sudah malam. Hanya setengah jam kami sudah tiba di airport. Setelah melalui security check, sayapun antri untuk check-in. Pesawat yang kami gunakan untuk ke Ambon adalah Boeing 737-300 yang dicharter oleh kontraktor perusahaan yaitu Travira Air. Petugas check-in Travira Air selalu melayani dengan ramah. Saya mendapat kursi no 8C dan mendapat penjelasan bahwa nanti dari Ambon ke Babo akan mendapat giliran pesawat yang pertama. Kamipun boarding tepat jam 11 malam. Pesawat Boeing 737-300 ini sudah dirubah interiornya sehingga tempat duduknya menjadi kelas bisnis semua akibatnya dari semula berkapasitas 300 orang menjadi hanya bisa menampung 72 orang. Setiap orang bisa leluasa tidur di sepanjang perjalanan tanpa mengganggu teman seperjalanan. Mulai take-off saya sudah tertidur cukup nyenyak. Saya terbangun ketika ditawarin makan sahur oleh pramugari. Saya tidak tahu jam berapa tetapi perkiraan saya sekitar jam 2 pagi WIB. Tidak lama setelah itu pilot mengumumkan untuk bersiap-siap landing. ![]() Airport Pattimura Ambon untuk pertamakalinya saya kunjungi pagi itu. Kami tiba sekitar jam 5 pagi. Langsung kami ke Lounge dan shalat shubuh berjamaah di sana. Sayang mushollanya lebih kecil kalau dibandingkan dengan Lounge perusahaan di Biak. Tidak lama kemudian penumpang pertama untuk ke Babo sudah diminta berkumpul di ruang briefing di lantai bawah. Saya dan beberapa teman segera menuju ruang briefing. Ketika itu saya lihat ada juga musholla di sebelah ruang briefing. Beberapa teman yang tidak kebagian shalat d Lounge terlihat shalat di musholla ini. Salah satu syarat untuk ke LNG Site Tangguh adalah mengikuti safety induction. Semua wajib ikut tanpa terkecuali. Pertama video yang diputar adalah safety induction BP Tangguh kemudian safety briefing pesawat yang akan kami tumpangi yaitu Dash-8 yang hanya bermuatan 16 penumpang. Tiba di Babo sekitar jam 8.45 dan langsung menuju bis untuk menuju pelabuhan. Dari pelabuhan Babo kami naik boat ke LNG Site Tangguh. ![]() Akhirnya saya dan teman-teman penumpang pertama tiba di LNG Site Tangguh. Waktu menunjukkan jam 10 WIT. Untuk turun dari boat ke pelabuhan kami diwajibkan menggunakan pelampung. Bis sudah menunggu untuk membawa kami ke pos sekuriti. Di pos sekuriti seluruh barang bawaan kami di lewatkan mesin X-ray untuk memeriksa kalau ada barang-barang yang dilarang masuk seperti minuman keras dan obat-obatan terlarang. Saya hanya sempat handover 15 menit dengan Pak Ari Baud back to back saya. Sebetulnya tidak cukup, tetapi saya bisa membaca handover reportnya dan telpon kalau masih ada yang kurang jelas. ![]() Berkumpul dengan teman-teman di LNG Site Tangguh memang memberikan kebahagiaan sendiri meskipun tanpa keluarga yang tentunya sedikit mengurangi rasa bahagia itu. Begitu juga menyantap ta'jil atau makanan kecil untuk berbuka bersama di mesjid yang sudah menjadi tradisi tiap Ramadhan sungguh memberi kesan tersendiri. Usai shalat maghrib berbondong-bondong kami antri untuk santap malam dan dilanjutkan dengan tarawih bersama. Semoga apa yang kami kerjakan selama bertugas di LNG Site Tangguh menjadi amal ibadah kami yang diterima oleh Allah Swt dan dicatat sebagai amal saleh kami. Aamiin yaa Robbal 'aalamiin. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store. ![]() Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store. KISAH – 15, SENANGNYA IKAN SUNGAI Cerita ini sebenarnya berasal dari teman Indonesia-ku, yang juga sama – sama bekerja di Hammerfest LNG. Sebut saja namanya Budi. Beda dengan aku yang mempunyai spesialisasi kimia dan bekerja di Laboratorium LNG, Budi ini seorang insinyur instrumentasi dan bekerja di Departemen Pemeliharaan (Maintenance). Kantor kami berdekatan dalam satu gedung, hanya saja aku di lantai 1 dan Budi berkantor di lantai 2. Karena sama – sama dari Indonesia dan kantornya berdekatan, aku sering ngobrol berdua dengannya pada jam kerja atau kebetulan pada jam makan siang. Budi ini, kuakui memang pintar orangnya, jadi kalau aku tanya tentang apa aja, sepertinya pasti bisa dijawabnya.
Pada suatu sore, saat pulang kerja, aku dan Budi kebetulan bertemu di depan kantor Hammerfest LNG untuk sama – sama pulang naik bis ke Dormitori, tempat tinggal kita berdua. Budi cerita bahwa dia ingin mengajak anak – anaknya mancing di sungai sekitar Hammerfest pada saat hari libur Sabtu atau Minggu. Katanya, anak - anaknya hobi banget memancing ikan. Menurut informasi dari teman Norwegia-nya, sungai di sekitar Hammerfest banyak ikannya. Karena itulah, Budi sangat tertarik untuk mancing bersama anak – anaknya. Aku sebenarnya juga tertarik untuk ikut memancing bersamanya, tapi karena pergi mancingnya akan bersama – sama keluarganya, maka aku jadi agak segan untuk ngomong keinginanku ini. Lebih dari 5 hari setelah pembicaraan tentang mancing itu, aku tidak pernah bertemu lagi dengan Budi. Mungkin dia sedang sibuk sekali, sehingga sering pulang agak malam. Namun akhirnya, pada suatu sore, saat pulang kerja, aku dan Budi ketemu lagi di depan kantor LNG Hammerfest. Seperti biasanya, sambil menunggu bis datang, aku menanyakan tentang acara mancingnya bersama keluarga. Dengan semangatnya, dia bercerita bahwa memancing ikan di sungai Hammerfest, berbeda dengan di tanah air. Aku langsung berpikir dalam hati, dimana bedanya, yang namanya mancing di dunia manapun, pasti akan sama saja. Teknik dan peralatan mancingnya serta umpannya, mungkin saja berbeda disesuaikan dengan jenis ikan yang akan dipancing. Ternyata, pikiranku, memang sama sekali salah. Budi melanjutkan ceritanya, bahwa setelah dia membeli peralatan mancing di sebuah toko maka ada beberapa persyaratan yang dipenuhi agar bisa memancing di sungai Hammerfest. Syarat pertama, dia harus mendaftarkan diri ke perkumpulan (club) memancing di Hammerfest. Kemudian syarat kedua, Budi juga harus membayar sejumlah uang sebagai iuran anggota perkumpulan itu. Uang ini akan dipakai untuk melakukan pelestarian ikan – ikan yang ada di sungai agar tidak cepat habis alias punah. Selain kedua syarat itu, jumlah ikan yang boleh dipancing juga dibatasi. Mendengar penjelasan Budi, aku termenung, ternyata, mancing di sungai Hammerfest, tidak gampang seperti di tanah air. Memang cara yang dibuat oleh Pemerintah Kota Hammerfest, sangat bagus untuk melestarikan ikan di sungainya. Makanya tak heran kalau sungai di Hammerfest ikannya tetap saja banyak, walaupun mungkin sudah bertahun – tahun jadi tempat pemancingan. Sungainya juga bersih dari sampah – sampah, karena memang ada dana khusus untuk pelestarian ikan di sungai. Alangkah senangnya, jadi ikan di sungai Hammerfest, celotehku kepada Budi saat bis datang menjemput kami berdua pulang ke Dormitory. Kalau di tanah air, dimana sungai, aku ingin mancing, disitulah aku bisa langsung mancing. Tidak ada yang melarangnya. Berapapun jumlah ikan yang aku dapat, tidak menjadi masalah. Tidak ada jumlah batasan ikan yang boleh aku pancing. Akibatnya, sangat jelas, banyak sungai di tanah air, sekarang sudah susah mendapatkan ikan kalau kita mancing disitu. Tentunya, makin sedikitnya ikan di sungai kita, tidak hanya disebabkan oleh banyaknya orang mancing tetapi juga cara orang kita menangkap ikan di sungai seperti pakai bom ikan, dijala atau pakai setrum listrik. Cara – cara menangkap ikan seperti ini, sama sekali tidak bisa dilakukan di sungai Hammerfest. Hal lain yang sangat besar pengaruhnya terhadap jumlah ikan di sungai kita adalah adanya pencemaran limbah industri. Banyak industri begitu saja membuang limbah yang berbahaya dan beracun ke sungai tanpa dilakukan pengolahan limbah sebelumnya. Kalaupun ada unit pengolah limbah di industri – industri di tanah air, belum tentu unit itu bisa berfungsi dengan baik untuk mengolah limbah. Memang mengolah limbah industri itu memerlukan biaya yang besar. Namun biaya itu sebenarnya sangat tidak sebanding dengan dampak pencemaran yang ditimbulkan akibat limbah yang berbahaya itu. Bahkan hebatnya lagi, saat hujan lebat, dimana jumlah air di sungai menjadi sangat banyak, adalah saat yang tepat untuk membuang limbah berbahaya dari industri. Harapannya, limbah yang berbahaya tadi, akan diencerkan oleh air hujan. Padahal cara seperti ini tidak dibenarkan oleh peraturan lingkungan hidup di negara kita. Payahnya lagi di negara kita, pengawasan lingkungan dan penegakan hukum pelanggaran lingkungan khususnya perairan sangat lemah. Tak aneh, ketika aku pulang kampung, tak lagi kutemui banyak ikan di sungai atau di sawah seperti dulu aku kecil. ![]() Kisah nyata ini sangat mengharukan dan patut kita ambil sebagai renungan. Kisah ini saya dapat dari 'broad-cast' sdr. Eric Darwin di Facebook yang linknya saya dapatkan dari istri. Berikut ini kisahnya. Suatu siang hari terlihat seorang nenek berulangkali menekan tombol rice cooker tetapi tidak berhasil menyalakannya. Lalu nenek ini berjalan tergopoh-gopoh masuk ke kamarnya. Di dalam kamar sang nenek merapikan rambutnya yang sudah putih dan mengganti baju. Berulangkali sang nenek harus membuka kembali kancing bajunya karena keliru memasangnya sehingga kadang sebelah kiri yang menjadi lebih tinggi atau sebaliknya. Akhirnya semua bisa terkancing rapi sesuai urutan kancing bajunya. Setelah itu nenek berjalan keluar kamar. Ketika melintasi ruang tamu, cucu perempuannya yang berumur 16 tahun sedang menonton TV. Heran melihat neneknya berpakaian rapi, cucunya bertanya: "Nenek mau ke mana? Bukannya tadi nenek sedang memasak di dapur?". Nenek kemudian menjelaskan kalau dia tadi memang mau memasak, tetapi entah mengapa rice cookernya tidak bisa dinyalakan dan sekarang nenek mau keluar sebentar membeli makanan. Dengan wajah cemberut cucunya meminta agar nenek cepat pulang karena ia sudah mulai lapar. "Iya, nenek akan cepat pulang. Kamu tunggu nenenk sebentar, ya? Kata nenek dengan tersenyum. Nenekpun keluar rumah, menunggu bus yang lewat, lalu naik bus ke pusat penjualan makanan. Beberapa saat setelah nenek keluar rumah, cucunya ke dapur mencari cemilan untuk sekedar mengganjal perut. Tak sengaja dia melihat steker rice cooker yang belum dicolok. Cucunya tersenyum geli melihat sikap pelupa neneknya seperti orang yang sudah pikun saja. Sesampai di pusat penjualan makanan, nenek membeli nasi ayam kesukaan cucunya. Setelah selesai membayar dan hendak pulang, langkah nenek tiba-tiba terhenti persis di pintu keluar. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, bola matanya membesar, raut mukanya berubah kebingungan. Semua bangunan dan jalanan yang ada di depannya terlihat berbeda dan asing. Nenek terdiam membisu sejenak. Akhirnya menyadari kalau ia lupa arah pulang, dengan sigap nenek melambaikan tangannya sambil berjalan menghampiri seorang pemuda yang melintas di depannya. Nenek meminta bantuan kepada pemuda itu agar bersedia mengantarnya pulang. "Maaf, nek. Saya sedang terburu-buru", tolak pemuda tadi. Kemudian nenek menghampiri seorang wanita paruh baya. Nenek mengulangi permintaannya tetapi wanita inipun tidak bisa mengantarkan nenek pulang. Nenek tidak berhenti. Kali ini dengan gesit ia berjalan ke arah seorang bapak-bapak untuk meminta tolong. "Pak, Pak, tolong antarkan saya pulang. Cucu saya sedang menunggu saya pulang membawa makanan. Dia pasti sudah lapar sekarang", kata nenek dengan wajah sedih. "Rumah nenek di mana, yuk saya antar", jawab bapak ini. "Em...mm... saya...saya tidak ingat di mana", kata nenek terbata-bata. "Tapi tolong antarkan saya pulang, Pak. Pokoknya antarkan saja saya pulang", nenek memohon. Bapak ini tidak bisa menolong karena nenek sudah tidak ingat sama sekali alamat rumahnya. Mata nenek berkaca-kaca hampir menangis. Berulangkali nenek terus meminta toling kepada setiap orang yang ditemuinya untuk diantarkan pulang. Ada yang menolak, ada juga yang bersedia...tetapi siapapun yang mau menolong tetap saja tidak bisa mengantarkan nenek. Wajah nenek tampak sangat sedih. Nenek menangis teringat cucunya yang pasti sudah kelaparan menunggunya pulang membawa makanan. Nenek terus meminta tolong sambil sesekali mencoba mencari jalan pulang sendiri dan kedua tangannya terus mendekap nasi ayam yang dibelinya tadi siang agar tetap hangat. Seluruh wajah dan bajunya telah basah oleh keringat. Langkahnya mulai melambat karena kelelahan. Hari mulai gelap ketika di rumah nenek sepasang suami istri baru pulang. Mereka adalah orangtua dari cucu nenek. Si ibu melihat anaknya sedang ngemil sambil menonton TV lalu bertanya: "Kok kamu ngemil, emang nenek belum selesai masak?". Putrinya menjelaskan kalau neneknya tidak jadi masak hari ini dan sudah sejak tadi siang pergi ke pusat penjualan makanan tapi masih belum pulang sampai sekarang. "Apa?! Nenek belum pulang dari tadi siang?", kata ayah kaget bercampur khawatir. Belum sempat anaknya berkata apapun, kedua suami istri ini langsung pergi lagi mencari nenek. Anaknya kaget melihat kedua orangtuanya pyang tiba-tiba menjadi panik dan langsung pergi lagi. Setelah beberapa saat baru sadar kalau nenek bukan pelupa, tapi sudah pikun, dan nenek sekarang pasti sedang tersesat. Segera ia mengikuti kdua orangtuanya pergi mencari nenek. Ketiganya berkeliling di tengah keramaian kota berusaha menemukan nenek. Tiba-tiba kedua suami istri ini mendengar suara klakson bersahut-sahutan. Merekapun menghampirinya. Benar saja, mereka menemukan nenek di tengah jalan sedang kebingungan. Suami pasangan itu segera menyelamatkan nenek sambil bertanya dengan nada tinggi: "Ibu kenapa menghentikan mobil di tengah jalan begitu? Kan bahaya!". Melihat bapak ini nenek langsung berkata: "Pak, tolong antarkan saya pulang. Saya harus mengantarkan makanan ini untuk cucu saya. Dia pasti sudah kelaparan". Bapak itupun sadar ibunya sudah pikun: "Ibu, ini saya anakmu". Nenek menoleh ke sebelahnya: "Nyonya, tolong antarkan saya pulang". Mereka serentak memeluk neneknya. Tak lama kemudian anak mereka yang tidak lain cucu si nenekpun menghampiri: "Nenek, maafkan saya nek". Nenek langsung mengenal cucunya dan bertanya: "Kamu lapar sayang, maafkan nenek terlambat membawa makanan ini. Nenek lupa jalan pulang". Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store. ![]() Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store. KISAH - 14, MAKANAN HALAL HARAM Kalau aku bercerita tentang makanan sehari – hari di kantor LNG Hammerfest, mungkin ini akan menjadi cerita yang kurang menarik. Seperti halnya di negara – negara Eropa lainnya, menu makanan utama sehari – hari di LNG Hammerfest adalah kentang dan roti. Kedua makanan itu kemudian dikombinasikan dengan daging, ikan dan sayur sebagai makanan yang lengkap untuk makan siang dan sore. Daging yang menjadi makanan kita, bisa berasal dari daging sapi, kambing, babi dan ayam. Ikan juga banyak macamnya, mulai dari ikan yang kecil sampai ikan yang berukuran besar, semuanya disajikan dalam satu kali makan. Yang jelas, ikan Salmon hampir setiap hari disajikan karena memang Norwegia mempunyai jumlah ikan Salmon yang melimpah di sungai dan lautnya. Jadi, harga ikan Salmon di Norwegia sangat murah. Kalau di Indonesia, harga ikan Salmon menjadi sangat mahal karena jenis ikan itu harus diimpor dari negara lain. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
August 2023
|