![]() Pengamat Politik dan Pemerhati Bangasa, Tony Rosyid dengan pas sekali menggambarkan kekesalan banyak warga negara terhadap program pindah ibu kota. Simak tulisannya yang diterbitkannya kemarin di berbagai media sosial berikut ini. Ibu Kota Pindah Ke Kalimantan, Kenapa Gak Ke Beijing? Tony Rosyid Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa Kok judulnya begitu? Ya, begitulah. Judul ini menggambarkan apatisme, bahkan mewakili kekesalan begitu banyak warga negara terhadap program pindah ibu kota. Pertama, ekonomi lagi morat marit kok mau pindah ibu kota. Tahunya ekonomi morat marit? Hutang negara terus membengkak. Aset-aset BUMN sedang dipasarkan. Harga-harga naik dan subsidi mulai pada dicabutin. Kurang data? Sementara pindah ibu kota tidak seperti mindahin lemari. Butuh anggaran cukup besar. 486 triliun dana yang harus tersedia untuk pindah ibu kota. Kabarnya 93,5 triliun dari APBN. Sisanya? jual atau sewain apa kek. Ini bukan dana yang sedikit untuk kondisi ekonomi bangsa seperti sekarang. Kedua, kemana mau pindah? Kalimantan? Kalimantan mana? Tengah atau Timur? Ini saja belum diputuskan. Ini menunjukkan belum ada kajian wilayah yang serius dengan segala dampak dan risikonya. Kok sudah minta ijin DPR? Ketiga, apa alasannya pindah? Jakarta macet? Banjir? Karena polusi? Atau karena Jakarta dipimpin oleh Anies Baswedan, lawan politik dan tak bisa diajak kompromi? Tidakkah Anies orang yang paling mudah diajak kompromi? Yang penting rasional, tak ada aturan yang dilanggar dan tak merugikan negara. Anies pasti bisa berkompromi. Kalau tiga syarat itu tak terpenuhi, Anies sepertinya memang tipe gubernur yang tak pernah mau buka pintu belakang. Tidakkah kemacetan dan banjir Jakarta sudah berangsur-angsur mulai berkurang saat ini? Kenapa tidak dibantu untuk semakin cepat lagi mengatasi masalah-masalah itu? Kok malah pindah. Teringat ketika Jokowi mau nyagub di DKI. Untuk mengatasi macet sepertinya gak susah-susah amat, katanya. Ini namanya optimisme. Bagus dan harus diapresiasi. Dan ketika jadi Gubernur DKI, Jokowi berpandangan akan lebih mudah mengatasi macet dan banjir kalau jadi presiden. Tuhan berbaik hati dan memberi peluang Jokowi jadi presiden. Lah, setelah jadi presiden, kenapa ibu kota harus dipindah karena alasan banjir, macet dan polusi pak? Tidakkah lebih mudah mengatasi itu semua ketika jadi presiden? Ini pertanyaan awamnya. Demi pemerataan. Bagus! Pertanyaannya: apa hubungan pemerataan dengan pindah ibu kota? Bagaimana kalau masyarakat Papua protes: belum merata buat kami karena ibu kota tidak di tempat kami. Demikian juga dengan masyarakat Sumatera, Sulawesi dan Maluku. Kalau semua pada protes, pindah ke Beijing saja. Nah, makin ngawur. Tidak! Yang dimaksud Beijing itu terkait dengan orang-orangnya. Kontraktornya dari Beijing, investornya dari Beijing, dan para pekerjanya dari Beijing. Minimal keturunan Beijing. Maksudnya? Yah.., pakai nanya lagi! Ada kesan bahwa pemindahan ibu kota dipaksakan. Setidaknya itu dilihat dari aspek substansialnya. Tapi, secara politis ini seperti menyelam sambil minum air. Artinya, pemindahan ibu kota secara politis akan sangat strategis. Pertama, sebagai pengalihan isu. Situasi politik yang lagi tak menentu dan ekonomi yang sedang terus mengalami masalah, maka isu pemindahan ibu kota akan jadi hiburan media dan medsos. Sedangkan masalah ekonomi, hiruk pikuk rekonsiliasi dan transaksi struktur kabinet untuk sementara terlupakan. Kedua, pemindahan ibu kota akan jadi kebijakan mercusuar bagi Jokowi. Suatu saat, Jokowi akan dikenang sepanjang masa sebagai "Bapak Pemindah Ibu Kota." Ini akan jadi sejarah. Karena mindahin Ibu Kota tergolong kebijakan fundamental dan bahkan radikal. Sejarah akan mencatat bahwa Indonesia pernah punya Ibu Kota di Jakarta. Lalu pindah ke Kalimantan "di era Jokowi". Sekali lagi "di era Jokowi". Sejarah ini akan diingat dan dikenang oleh anak bangsa di masa depan. Dengan catatan, perpindahan ini jadi dan sukses. Jika gagal, masyarakat akan memaklumi. Ah, itu mah biasa. Toh Jokowi selama ini juga sering gagal. Mobil Esemka gagal, biasa aja. Banyak janji yang tak terealisasi, biasa saja. Tak ada yang mengejutkan. Dan masyarakat mamaklumi dan memaafkannya. Tetap memberi Jokowi kesempatan untuk jadi presiden kedua kali. Ini bukti betapa masyarakat Indonesia adalah pemaaf. Pemaaf atau lupa? Entahlah. Jangan bilang dungu. Awas! Itu kata-kata yang gak bagus. Biar jadi hak paten Rocky Gerung saja. Jangan ikut-ikutan. Gak elok. Kalau ada yang khawatir bagaimana nasib gedung DPR-MPR yang ada di Jakarta, gedung-gedung pemerintahan, istana, dan lain-lain, hemat saya itu orang terlalu serius. Tinggal sewakan saja gedung-gedung itu, beres! Buat studio film atau arena teater. Tidakkah selama ini banyak anggota legislatif yang pandai bermain drama di gedung DPR? Cocok untuk pentas teatrikal. Ketiga, banyak pihak mengkaitkan perpindahan ini sebagai bagian dari manuver untuk 2024. Maksudnya? Untuk mendegradasi Anies Baswedan yang namanya sedang digaungkan rakyat menjadi presiden masa depan. Seolah ingin mengesankan bahwa Anies gagal mengurus Ibu Kota. Karena itu, Ibu Kota dipindah. Oh ya? Ada-ada aja anda ini. Terlalu jauh tafsirnya. Tapi, kalau toh iya, emang rakyat Indonesia sepicik itu bisa dikelabui? Tentu tidak! Keempat, banyak pihak bertanya: siapa pemilik lahan terbesar di Kalimantan, tempat dimana Ibu Kota akan dipindah? Emang ada hubungannya? Ini yang lagi jadi perbincangan publik. Belum lagi pihak mana yang akan mendapatkan proyek-proyek pembangunan di Ibu Kota baru itu. Silahkan direnungkan! Jakarta, 22/8/2019
0 Comments
![]() Sangat menarik mempelajari apa yang dialami dunia dan rakyat/ tokoh pribumi ketika menjelang kemerdekaan RI. Sebuah tulisan di sebuah surat kabar kala itu tahun 1944 kiranya bisa memberikan sedikit gambaran hal itu. Catatan: baca "oe = u", "j = y", "dj = j" Artikel ini adalah sebuah tulisan dari K.H. Hasyim Asy’ari, menanggapi janji kemerdekaan dari Pemerintah Jepang pada tahun 1944. Terbit di surat kabar Soeara Asia pada 6 Oktober 2604 atau 1944. “INDONESIA MERDEKA” Dipandang dari Soedoet Ke Islaman Oleh: K.H. Hasjim Asj’ari Djoem’at Legi, 6 Oktober 2604 Melihat tiada hentinja Perajaan jang diadakan oleh sekalian pendoedoek Djawa, dari bermatjam-matjam bangsa, tjoekoeplah soedah tergambar betapa kegembiraan ra’jat Indonesia menerima djandji Dai Nippon Teikoku Gikai jang akan memerdekakan Hindia Timoer pada soeatoe ketika di kemoedian hari. “Merdeka” sepatah kata jang moedah dioetjapkan, tetapi di dalamnja terkandoeng arti jang loeas. Semoea manoesia ingin mengtjap rasanja. Kemerdekaan bangsa berarti tiang bahagia, karena dengan kemerdekaan itoelah ia akan lebih gian menjempoernakan segala kekoerangannja selakoe bangsa jang hidoep, jang merasa tanggoeng djawab atas segala sesoeatoe di Tanah Airnja. Surat kabar Soeara Asia, 6 Oktober 1944. Sumber foto: Koleksi pribadi Rony WidayantoKemerdekaan Tanah Air dan bangsa adalah soeatoe hal jang soedah semestinja dipoenjai oleh tiap-tiap bangsa. Karena tabi’at manoesia selaloe ingin madjoe, sedang kemerdekaan itoelah satoe-satoenja sjarat oentoek mentjapai kemadjoean jang sepesat-pesatnja. Pada tanggal 7 September 2604, dalam sidang Dai Nippon Teikoku Gikai jang ke-85 oleh Perdana Menteri Koiso dioemoemkan, bahwa pada soeatoe ketika Tanah Air kita Indonesia akan dimerdekakan. Dengan adanja djandji ini teringatlah kita akan djandji-djandji jang selaloe dipermain-mainkan Inggeris terhadap bangsa-bangsa jang lemah, sehingga djandji-djandji jang baik itoe djadi merupakan boedjoekan semata-mata. Pada Perang Doenia Pertama Inggeris pernah mendjandjikan kemerdekaan jang sepenuhnja bagi oemmat Islam di Hidjaz, jang pada masa itoe diperintah oleh J.M. Sjarief Hosein, sewaktoe Oemmat Islam sedang beroesaha segiat-giatnja melaksanakan tjita-tjita Pan-Islamisme. Djandji itoe diberikan kepada Hidjaz asal dia maoe toeroet berperang melawan Toerki dan kawan-kawannja. Tetapi setelah peperangan itoe berakhir dengan kemenangan di fihak Inggeris, djandji itoe tinggal sebagai djandji, sedang pengorbanan jang dberikan oleh poetera poetera Arab itoe sama sekali ta’ dihargainja. Akhirnja Arabia tetap sebagai sediakala, Inggeris tambah loeas daerah djadjahannja, perhoeboengan Toerki dengan negeri-negeri Islam lain terpoetoes, sedang tjita-tjita Pan-Islamisme djadi terbengkalai. Kesemoeanja itoe adalah karena tingkah Inggeris dan sekoetoenja belaka jang merasa koeatir kalau-kalau bangoen Oemmat Islam jang tergolong dalam lingkaran Pan-Islamisme itoe. Pada waktoe itoe djoega India menerima djandji kemerdekaan, asal maoe berperang membantoe Inggeris dan sekoetonja. Dan tidak sedikit ra’jat India jang toeroet berperang membantoe Inggeris, karena sangat ingin merasakan kemerdekaan jang didjandjikan itoe. Tetapi akhirnja djandji itoe bohong semata-mata, dan India tetaplah mendjadi djadjahannja. Tanah Air kita pada ketika itoe menerima djandji dari Belanda, jang pada waktoe itoe sedang terdjepit dalam peperangan. Dia mendjandjikan pada bangsa kita boleh toeroet memegang pemerintahan sendiri sesoedah selesainja peperangan itoe. Tetapi achirnja djandji itoepoen bohong semata-mata, bahkan penindasannja pada bangsa kita bertambah sangat dan hebat. Dari tiga tjontoh itoe njatalah betapa keadaan negeri sekoetoe jang sebenarnja. Dia soeka membeodjoek sesoeatoe bangsa, apabila dia memboetoehkan tenaganja jang berlipat ganda, dia menipoe sesoeatoe bangsa, apabila dia koeatir tidak akan sampai maksoednja jang semata-mata oentoek kepentingan diri mereka sendiri. Oemmat Islam Palestina, korban jang teroetama, tjoekoeplah mendjadi boekti jang njata. Sekarang bangsa kita Indonesia menerima djandji merdeka dari Pemerintah Agoeng Dai Nippon. Selama doea tahoen lebih kita bekerdja bersama-sama Pemerintah Balatentara Dai Nippon di Djawa, telah mendapat pengalaman, bahwa segala djandjinja selaloe ditepatinja dengan semestinja, sebagai jang telah diketahoei oleh oemoem. Itoelah kiranja semangat Bushido jang mendjadi satoe-satoenja dasar kerdjanja dalam mentjapai segala maksoednja. Dengan berdasar itoe jakinlah kita, bahwa pada soeatoe ketika Tanah Air kita Indonesia benar-benar akan merasakan kemerdekaan, hidoep bersama dengan saudara-saudaranja, teroetama di Asia Timoer Raya. Dan akan lebih jakinlah kita apabila djandji itoe kita pandang dari soedoet ke-Islaman dengan hoekoem-hoekoem jang ada padanja, jakni melarang dengan keras menjalahi djandji. Sekarang kita sedang dalam djandji. Selama itoe akan diketahoeilah tingkatan kita jang sebenarnja. Karena tinggi rendahnja tingkatan sesoeatoe oemmat dan madjoe moendoernja itoe dapat dilihat dalam tjaranja mempergoenakan kemerdekaan jang diberikan baroe sebahagiannja itoe. Kata seorang peodjangga Arab: “Ahsinid daradjatal lati anta biha, arfaoeka lighairiha”. Indonesianja: “Perbaikilah tingkatanmoe dewasa ini, soepaja akan baiklah pada jang lainnja”. “Inna ‘Llaha la joeghajjiroe ma biqoumin hatta joeghajjiroe ma bianfoesihim”. (TOEHAN ALLAH tidak akan mengobah keadaan sesoeatoe kaoem, sehingga kaoem itoe mengobahnja sendiri), firman Allah dalam Al-Koeran. Dalam masa menunggoe sa’at datangnja kemerdekaan itoe kita haroes menoendjoekan perhatian kita kepada rakjat djelata, teroetama mereka jang hidoep di doesoen-doesoen, jang djaoeh dari keramaian, karena mereka itoelah anggota masjarakat jang terpenting, dan dari merekalah akan tersoesoennja soeatoe masjarakat jang sehat, kokoh dan koeat. Karena itoe mereka haroes dibimbing kedjalan jang menoedjoe kebahagiaan, dan diinsjafkan dengan soenggoeh-soenggoeh akan arti merdeka jang sebenarnja, hingga tertanamlah dalam djiwa mereka, dan mengertilah akan hak dan kewadjiban merka, sebagai bangsa jang berhak hidoep merdeka, jang tidak ingin diperboedak kembali sebagai jang soedah-soedah. Dalam hal ini pemoekalah jang memegang rol terpenting. Pemoeka tidak boleh merasa djemoe dalam menginsjafkan rakjatnja. Kegiatan kerdjanja haroes ditambah lagi, hingga kelak kalaoe soedah sampai masanja tidak tanggoeng lagi menerima kemerdekaan itoe. Sebagai dasar bekerdja haroes kita ingat firman TOEHAN dalam Soerat Az-Zoemar 53: “Qoel ja ‘ibadijalladzina asrafoe ‘ala anfoesihim, la taqnathoe min rahmati ‘Llahi, inna ‘Llaha jaghfiroe dzdzoenoeba djami’an, innahoe hoewal gafoeroer rahim”. Katakanlah (hai Moehammad): Hai hamba-hambakoe jang telah mendjeroemoeskan dirinja, djanganlah berpoetoes asa tentang rahmat ALLAH karena ALLAH Maha Pengampoeni segala dosa. Sesoenggoehnja ALLAH itoe Maha Pengampoeni dan Maha Pengasih. Oemmat Islam Indonesia haroes insjaf soenggoeh-soenggoeh, bahwa ketinggian martabat dan kemoeliaan Islam jang sesoenggoehnja bergantoeng djoega kepada kemerdekaan Indonesia, dan dengan kemerdekaan itoelah kita akan dapat menoendjoekkan persaudaraan Isalam jang sesoenggoehnja selaras dengan jang difirmankan TOEHAN ALLAH: “innamal moe’minoena ichwatoen” (Sesoenggoehnja sekalian orang moe’min itoe bersaudara). Balatentara Dai Nippon telah mengoesir moesoeh kita, Belanda, dari Indonesia, dan kini akan memerdekakannja pada soeatoe ketika dikemoedian hari. Dengan takdir ALLAH baroe Nipponlah jang menolong kita dari tjengkeraman Barat, sekalipun dahoeloe telah kita oesahakan dengan bersendjatakan semangat belaka. Maka berdasar pada Firman TOEHAN ALLAH dalam soerat Ar-Rahman ajat 60: “Hal djazaoel ichsani illal ichsanoe” (Ta’ ada balasan kebaikan itoe melainkan kebaikan djoega) dan Sabda Nabi kita Moehammad s.a.w.: “Man asda ilaikoem ma’roefan fakafioehoe” (Barang siapa berboeat baik kepadamoe sekalian (Moeslimin), maka balaslah (dengan kebaikan djoega)! Berdasar atas itoe semoeanja marilah kita balas boedi Pemerintah Balatentara Dai Nippon jang berboeat baik kepada kita dengan djalan bekerdja bersama-sama, menghantjurkan moesoeh kita Inggeris-Amerika dan lain-lainnja, hingga kemenangan achir tertjapai di fihak kita dengan selekas moengkin, karena itoelah satoe-satoenja sjarat oentoek menerima kemerdekaan Indonesia. Sebagai penoetoep marilah kita tengok masa dahoeloe, zaman keemasan Islam. Dahoeloe oemmat Islam telah pernah merasakan hidoep di tanah airnja jang merdeka dan memegang pemerintahan sendiri dengan seloeas-loeasnja. Pada masa itoe dapatlah mereka mentjapai kedoedoekan setinggi-tingginja dan mendapat kemadjoean di segala lapangan hingga mengagoemkan seloeroeh doenia. Tetapi karena mereka lengah, alpa dalam melakoekan kewadjiban, seringkali meloepakan TOEHAN ALLAH s.w.t dan terpengaroeh oleh hawa nafsoenja, maka kemerdekaan mereka dengan moedahnja poen hilang, dan achirnja mereka mendjadi bangsa jang terdjadjah. Karena itoe dalam menoenggoe kemerdekaan jang akan datang ini hendaklah kita bersedia sedja, teroetama dengan menjoesoen tenaga dan kekoeatan kita sendiri sebagai soeatoe bangsa jang berdjiwa ksatria, dengan tidak leopa memohon pertolongan kepada TOEHAN ALLAH s.w.t hingga riwajat lama itoe tidak kembali lagi. TOEHAN ALLAH berfirman dalam Soerat An Nadjm ajat 39-41: “Wa an laisa lil insani illa ma sa’a, wa anna sa’joehoe saufa joera, tsumma joedzahoel djazaal aufa”. Indonesianja: “Dan tidak ada bagi manoesia itoe melainkan barang apa jang mereka oesahakan, dan hasil oesahanja itoe akan dilihatnja, kemoedian mereka akan dibalas dengan balasan jang amat sempoernanja. Artikel ini bagian dari Surat Kabar Soeara Asia koleksi pribadi Rony Widayanto. Dikutip dari JejakIslam.net Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com ![]() Jalan pintas atau short-cut dikenal sebagai istilah yg menggambarkan tentang tindakan seseorang yg tidak melakukan pekerjaan menurut urut-urutan yg disepakati. Ada ribuan alasan mengapa seseorang mengambil jalan pintas. Diantaranya karena diburu target kerja yg harus dicapai hari itu. Ada juga karena merasa jalan yg dipilihnya memang lebih baik atau lebih tepat. Apapun alasannya selalu saja menurut statistik kecelakaan banyak terjadi disebabkan seseorang mengambil jalan pintas dalam melakukan pekerjaannya. Mengapa mengambil jalan pintas berbahaya? Dalam sebuah perusahaan yg maju, setiap pekerjaan penting selalu harus dilakukan dengan mengikuti prosedur baku. Di dalam prosedur baku itu dituangkan berbagai hal guna mencegah terjadinya kecelakaan dan demi efisiensi serta efektifitas kerja. Pembuat prosedur haruslah orang yg kompeten dan berpengalaman dalam melakukan pekerjaan tersebut. Selanjutnya sebelum disetujui, ada proses review dari rekan sekerja dan atasan. Prosedur itu juga direview oleh ahli dalam disiplin ilmu yg terkait. Jika sebelumnya pernah terjadi kesalahan operasi, kecelakaan atau nearmiss maka prosedur itu juga harus mengakomodasi rekomendasi dari hasil investigasi agar kesalahan atau kecelakan yg serupa bisa dihindari. Sebuah prosedur sudah mengakomodasi semua hal seperti dicantumkan di atas tentu lebih baik kualitasnya dari pada apa yg dipikirkan oleh seseorang yg hanya dalam waktu singkat meskipun ybs sangat ahli dan berpengalaman. Oleh karena itu jika seseorang tiba-tiba melakukannya sesuai apa yg dipikirkannya saat itu dengan mengabaikan prosedur baku maka akibatnya kesalahan operasi, kecelakaan atau hal-hal buruk lainnya bisa terjadi. Tentu saja sebaik-baik prosedur tetap ada kelemahannya. Apa yg sebaiknya dilakukan jika seseorang menemukan prosedur tsb. perlu diperbaiki? Tentu saja tidak dengan serta-merta ybs. bisa langsung melakukan perubahan. Jika perubahan dilakukan tanpa review yg memadai maka hal ini bisa menyebabkan apa yg telah dilakukan sebelumnya menjadi sia-sia. Pelajaran dari insiden sebelumnya menjadi terabaikan. Oleh karena itu sebaiknya didiskusikan lebih dulu perubahan yg diusulkan dan direview kembali oleh semua pihak yg memiliki kompetensi dan otoritas yg diperlukan. Jika hal ini disadari dan dijalankan oleh setiap orang dalam organisasi itu maka operasi lebih bisa dijamin akan berjalan dengan aman. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com Safety Toolbox Talk Hari Ini - Anggaplah pekerjaan ini seperti baru pertama kali anda lakukan8/11/2019 ![]() Seperti umumnya dilakukan di perusahaan migas menjelang hajatan overhaul peralatan penting kilang biasanya dilakukan safety toolbox talk. Di sini manajemen berkesempatan menyampaikan pesan-pesan keselamatan kerja yg penting diperhatikan oleh para pekerja. Pagi ini alhamdulillah saya telah menyampaikan beberapa pesan penting. Ringkasnya ada empat hal yg saya sampaikan yaitu: 1) jangan merasa sudah aman karena sudah sering mengerjakan pekerjaan yg sama, 2) hindari mengambil jalan pintas, 3) selalu upayakan mengerjakan sesuai rencana, 4) perhatikan sekitar tempat kerja. Dalam tulisan safety kali ini saya hanya akan membahas tentang hal yang pertama. Jangan merasa sudah aman hanya karena sudah sering mengerjakan pekerjaan yg sama. Adalah sebuah kodrat alami manusia ketika melakukan sebuah pekerjaan pertama kali, kita akan mengerahkan segenap perhatian untuk mencegah dan selalu siap dengan hal-hal yg tidak diinginkan. Ketika itu kewaspadaan terhadap keselamatan kerja kita tinggi. Tetapi pada kesempatan berikutnya ketika sudah merasa cukup berpengalaman, kewaspadaan ini mengendor. Jika hal ini terjadi maka terbuka peluang terjadinya kecelakaan kerja. Apalagi jika kita tidak mengambil pelajaran dari kegiatan pertama kali untuk diterapkan sebagai perbaikan dalam melakukan pekerjaan berikutnya. Oleh karena itu, sangatlah penting bahwa setiap pekerja, terutama yg sudah berpengalaman, untuk selalu menganggap pekerjaan yg sedang dihadapinya seolah-olah seperti baru pertama kali dikerjakan. Dengan sikap yg seperti ini kewaspadaan terhadap keselamatan kerja bisa tetap dipertahankan. Dalam kedokteran dikenal istilah: "Think the worst for the best". Hendaknya kita selalu mempersiapkan hal-hal yg paling buruk yg mungkin terjadi agar bisa mendapatkan hasil yang terbaik dengan selamat. Kembangkan sikap "chronic unease" yaitu sebuah kebiasaan atau budaya untuk senantiasa waspada terhadap segala resiko kecelakaan. Dengan begitu kita akan lebih bisa melihat dan menilai resiko pekerjaan yg sedang kita hadapi. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com ![]() Sahabat tentu masih ingat ada sebuah perusahaan angkutan yg berani tetap melayani permintaan peserta aksi 212 ke Jakarta meskipun ada ancaman larangan dari pihak Kepolisian. Itulah PO Haryanto. Ternyata Bpk. Haryanto adalah seorang mantan TNI (Purn) berpangkat Kopral Kepala yg memutuskan mengambil pensiun dini di usia 43 tahun pada tahun 2002. Tulisan dari Hersubeno Arief berikut ini menarik untuk kita cermati dan mengambil hikmahnya. Pangkat Kopral, Rezeki Lebih dari Jenderal Oleh : Hersubeno Arief Brigjen TNI (Purn) Mazni Harun berdiri dalam posisi sikap sempurna di atas panggung, sambil memberi hormat. Di bawah panggung Kopral Kepala (Kopka) TNI (Purn) Haryanto, membalasnya memberi hormat. Adegan "janggal" itu berlangsung di garasi Perusahaan Otobus (PO) Haryanto di pinggiran Kota Kudus, Rabu sore (7/8). Seorang jenderal memberi hormat seorang kopral —kendati sudah sama-sama pensiun—di luar sebuah kelaziman tradisi militer. Mazni mantan Komandan Satgas Intel Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI mengaku pantas memberikan penghormatan itu. “Haryanto ini orang yang luar biasa,” ujarnya. Dia sangat terharu dan bangga bisa mengajak sejumlah purnawirawan bersilaturahmi dengan Haryanto. Salah satunya Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin yang pernah menjadi atasan Haryanto di Kodam Jaya. Kopral Haryanto pemilik PO Haryanto adalah mantan anak buah Mazni saat dia menjadi Komandan Batalyon Arhanud 1/1 Kostrad di Serpong Tangerang (1990-1993). Bukan karena Haryanto kini telah menjadi orang sukses, harta kekayaannya melebihi para jenderal. Namun perjuangan dan sikap hidupnya, memang pantas mendapat penghormatan. Bukan hanya dari Mazni. Sejumlah pensiunan perwira tinggi yang hadir di tempat itu juga menyatakan salut dan respeknya terhadap Haryanto. “Jarang orang kaya yang sangat dermawan dan pemurah seperti pak Haryanto, “ ujar mantan KSAU Marsekal TNI (Purn) Imam Sufaat. Cerita tentang Haryanto adalah perpaduan antara kegigihan, keuletan, dan keteladanan. Dalam bahasa anak-anak milenial sekarang, Haji Haryanto adalah pengusaha startup yang suskes dan tumbuh besar. Dia juga seorang philantropis, dermawan. Lahir sebagai anak ke-6 dari 9 orang bersaudara, Haryanto anak seorang petani miskin. Ketiadaan biaya membuatnya gagal meneruskan studinya di STM. Bermodal ijazah Sekolah Teknik (ST), setingkat SLTP, dia kemudian melamar menjadi prajurit ABRI. Dia beruntung diterima menjadi anggota ABRI dengan pangkat paling rendah, Prajurit Dua. Tugasnya menjadi sopir truk mengangkut alat-alat berat, meriam, dan logistik untuk pasukan. Semangatnya membara untuk mengubah nasib membuat Haryanto mencari penghasilan tambahan selepas dinas. “Saya menjadi sopir omprengan dengan trayek Serpong ke Kota Tangerang,” ujarnya. Dari hasil menabung, dia kemudian bisa membeli angkot. Jumlah angkotnya terus bertambah, sampai mencapai 50. Pangkatnya prajurit, tapi sudah jadi juragan angkot. “ Saya ingat pada tahun 90-an itu Haryanto menyunatkan anaknya dengan mengundang dalang Ki Mantep Sudarsono. Acara digelar di alun-alun Tangerang. Bayarannya kalau gak salah waktu itu sudah Rp 50 juta,” ujar Mazni. Dari Batalyon Arhanud I, Haryanto dimutasi ke Kodam Jaya. Pangdam Jaya saat itu Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin teman satu angkatan Mazni Harun (Akabri 1974). Karena bisnisnya terus membesar, Haryanto akhirnya memutuskan pensiun dini. Dia pensiun pada tahun 2002 pada usia 43 tahun. Dengan modal kucuran dari BRI sebesar Rp 3 miliar, Haryanto membeli 6 armada bus. Usahanya hampir bangkrut ketika krisis ekonomi melanda tahun 2007-2008. Dia terlilit utang ke BRI sebesar Rp 27 miliar. Namun setelah dijadwal ulang pembayarannya, dia mendapat keringanan selama 5 tahun. Dengan bantuan Bank Nagari, dalam waktu 3 tahun utang itu berhasil dilunasi. Usahanya terus tumbuh. Kini dia memiliki 250 armada bus. Terdiri dari bus pariwisata dan bus angkutan kota antar provinsi (AKAP). (Sangat memuliakan anak yatim dan ibunda) Cerita tentang Haryanto tidak hanya berhenti pada keberhasilannya menjadi juragan perusahaan bus, sejumlah restoran, dan pom bensin. Apa yang dilakukannya dengan kekayaan itu justru jauh lebih menarik. Dia menggunakan kekayaannya untuk membantu orang lain dan menebar kebaikan. Dia menampung sejumlah temannya, termasuk para pensiunan tentara, bekerja di perusahaannya. Seorang karyawannya ada yang pensiunan perwira menengah berpangkat Letnan Kolonel. Haryanto saat ini mengurus dan menyantuni 4.000 anak yatim. Dia juga membiayai para hafidz penghafal Al Quran di beberapa pesantren. Setiap tahun dia memberangkatkan puluhan orang, termasuk para karyawannya umroh dan haji. Haryanto juga banyak membangun masjid. Secara personal Haryanto dikenal sebagai pribadi sederhana dan soleh. Dia selalu mengajak karyawannya untuk salat berjamaah lima waktu. Sebuah spanduk di garasi armada busnya bertuliskan sebuah pesan : Apabila Hidupmu Susah. Tengoklah Sudah Benarkah Sholat Berjamaahmu??? Haryanto juga menjalankan puasa sunah yang sangat jarang dilakukan orang. Puasa Dalail Khairat. Puasa sunah yang dilakukan setiap hari sepanjang tahun. Puasa ini dilengkapi dengan membaca salawat nabi dari kitab Dala’il Al Khairat yang ditulis seorang tokoh sufi asal Maroko Imam Al Jazuli. Puasa semacam ini banyak diamalkan oleh santri di Pondok Pesantren Darul Fallah 3 Jekulo, Kudus dan beberapa pesantren lain di Jawa. Selain salat berjamaah tepat waktu, dan puasa dalail, Haryanto punya satu amalan lagi yang menjadi satu kunci keberhasilannya. Dia sangat memuliakan Ibunya. Dia sering terlihat mengendong ibunya, kendati dalam usia 90 tahun masih sangat sehat. Keuletan, kedermawanan, dan sikapnya yang memuliakan anak yatim dan ibunda menjadi kunci sukses Haryanto. Dia pantas mendapat penghormatan bukan hanya dari para purnawirawan petinggi militer, mantan atasannya, namun juga dari kita semua. End |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
August 2023
|