
Selama puasa Ramadhan kali ini saya berusaha sedapat mungkin berjamaah di mesjid seperti anjuran Rasulullah. Memang terasa berbeda berjamaah di mesjid apalagi dalam suasana puasa Ramadhan. Lebih khusuk dan lebih khidmat. Yah...semoga Allah Swt berkenan menerimanya dan dicatat sebagai amal soleh.
Hari yang ditunggu-tunggupun akhirnya tiba. Iedul Fitri 1435H bertepatan dengan tanggal 28 Juli 2014. Hari Kemenangan. Fitri ada yang mengartikannya berasal dari kata fitrah (sifat sejati diri), tetapi ada juga yang mengatakan berasal dari kata iftor (berbuka). Memang pada 1 Syawal, hari Iedul Fitri umat Islam wajib berbuka dan diharamkan untuk berpuasa.
Pagi-pagi sekali saya sudah bersiap-siap ke mesjid di Stinkul untuk shalat Iedul Fitri. Kemeja batik memang sudah kami siapkan dari rumah sebelum berangkat ke site. Begitupun peci Aceh yang sangat jarang saya pakai sehingga masih seperti baru. Saya sarapan dulu ala kadarnya di Mess Hall sesudah shalat shubuh. Segera setelah itu bersama rekan Dani, atau yang biasa dijuluki 'Kolonel', kami termasuk yang paling pagi tiba di mesjid Stinkul bergabung dengan beberapa teman yang sudah lebih dulu mengumandangkan takbir dan tahmid di sana.
Khotbah Iedul Fitri singkat padat, intinya mengajak jamaah untuk memanfaatkan momentum agar kebiasaan-kebiasaan baik selama Ramadhan seperti berpuasa, shalat taraweh, bersedekah bisa dilanjutkan di luar Ramadhan. Dianjurkan untuk berpuasa Senin - Kamis, shalat malam di rumah, serta meningkatkan bersedekah. Khotib menjamin tidak ada orang jatuh miskin karena bersedekah. Begitupun puasa melatih kita untuk sabar dan penyebab kita untuk menjadi lebih sehat lahir batin. Sabar sangat penting. Tidak ada pemberian Allah yang paling baik kecuali kesabaran. Mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Begitulah pesan-pesan beliau. Semoga kita diberi kemampuan untuk bisa menjalaninya.
| |