![]() Kilang LNG Donggi-Senoro (DSLNG) sedang mencari pembeli untuk sejumlah kargo LNG yang masih belum ada calon pembelinya tahun ini dengan telah mulai beroperasinya kilang tersebut dan telah melakukan pengapalan perdananya ke pasar dalam negeri. Eka Satria, Direktur Pengembangan Asset Medco EP — anak perusahaan PT Medco Energi International yang memegang sebagian saham kilang LNG Donggi-Senoro — mengatakan hanya enam kargo yang sudah ada pembelinya dari perkiraan total produksi tahun ini sebanyak 15 - 16 kargo. Kargo yang belum ada pembelinya ini adalah kargo ekstra yang diperoleh karena produksi kilang lebih cepat dari perkiraan semula. Adapun kargo yang sudah ada pembelinya akan dikirim ke pembelinya di Jepang dan Korea mulai kwartal ke empat tahun ini. Sementara kargo ekstra akan dilempar ke pasar spot LNG, demikian menurut Eka. Masih menurut Eka, kargo ekstra hanya ada tahun in karena produksi tahun depan dan selanjutnya sudah ada pembelinya yang sebagian besar dikirim ke luar negri. Pada hari Minggu, 2 Agustus 2015 yll, Kilang LNG Donggi-Senoro mengapalkan kargo LNG perdana ke Terminal Penerima dan Regasifikasi Arun di Aceh. Kilang DSLNG mulai menerima gas dari Lapangan Senoro sejak akhir April dan berhasil memproduksi tetesan LNG perdana pada tanggal 24 Juni 2015. DSLNG merupakan kilang LNG ke empat di Indonesia setelah Arun di Aceh, Badak di Bontang Kalimantan Timur, dan Tangguh di Teluk Bintuni Papua Barat. Proyek pembangunan Kilang LNG Donggi-Senoro mengeluarkan biaya sekitar 2.8 milyar dolar. Adapun pemilik saham mayoritas adalah sebuah perusahaan patungan Mitsubishi dan Korea Gas yang memiliki saham 60%. Selain itu Pertamina Hulu Energi memiliki 29% dan PT Medco LNG Indonesia memiliki saham 11%. Kilang LNG Donggi-Senoro memiliki kapasitas produksi 2.1 juta ton LNG per tahun yang setara dengan 33 - 35 pengapalan pertahun, demikiran menurut Presiden Direktur DSLNG Gusrizal. Sebagai negara pengekspor LNG, Indonesia kesulitan meningkatkan penggunaan sumber daya gas alam untuk pasar dalam negeri. Ketika proyek-proyek infrastruktur untuk mendukung distribusi gas sedang digarap, menurunnya harga minyak global dan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional berakibat melemahnya pemasaran gas dalam negeri dan menciptakan ketidakpastian pada beberapa proyek yang sedang berlangsung. Pada semester pertama tahun ini, Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) di Lampung yang dioperasikan oleh PT Perusahaan Gas Negara tidak menerima pasokan gas sama sekali karena tidak ada permintaan dari pembelinya. Seharusnya FSRU sudah menerima kargo LNG dari Kilang LNG Tangguh, mengubahnya menjadi gas dan mengirimkannya ke pelanggan, termasuk PLN dan sejumlah industri di Lampung dan Jawa Barat. Akan tetapi, PLN membatalkan sebagian dari komitmennya sehubungan dengan menurunnya permintaan gas untuk pabrik pembangkit listrik karena pengaruh melemahnya ekonomi terhadap industri dalam negeri. Sumber: JakartaPost.com www.HelfiaNet.com
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
August 2023
|