
Saya yakin yang dimaksud oleh Supervisor ini adalah ungkapan keprihatinannya tentang beberapa industri yang tidak menjadikan safety sebagai prioritas utama. Sebagai contoh kita amati di industri tambang khususnya di Cina, begitu banyak peristiwa pekerja tambang yang terperangkap di kedalaman puluhan kilometer di bawah tanah. Industri transportasi di negeri kita juga budaya keselamatan kerjanya sangat memprihatikan. Bahkan beberapa perusahaan di industri Oil & Gas, yang pada umumnya menerapkan standard keselamatan kerja yang tinggi, ternyata juga ada yang kurang mengindahkan keselamatan kerja bagi pekerjanya.
Pengalaman saya bekerja di Kilang LNG Badak, Bontang, safety memang menjadi perhatian utama dan penting. Kilang LNG Badak menerapkan filosofi “safety is equal to production”. Pengertiannya adalah bahwa safety adalah prioritas utama tanpa mengesampingkan kepentingan produksi. Dalam hal terjadi konflik prioritas antara safety dan produksi, maka perusahaan akan melakukan analisa penilaian resiko untuk pekerjaan tersebut. Sejauh pekerjaan itu memang terkait dengan produksi dan masih mungkin dilakukan dengan aman, maka perusahaan akan melanjutkan berproduksi setelah tambahan pengamanan dipersiapkan lebih dulu serta mempertimbangan berbagai kemungkinan terburuk.
Ketika saya bergabung di Kilang LNG Tangguh, saya sadar bahwa standard safety di setiap perusahaan ternyata bertingkat-tingkat, meskipun sama-sama menjadikan safety sebagai prioritas utama. Demikian juga dalam hal filosofi safety yang diterapkan. LNG Tangguh menetapkan safety selalu mendapat prioritas lebih utama dari produksi. Dengan filosofi ini, siapapun boleh dan tidak akan dipersalahkan kalau menghentikan produksi kapan saja apabila merasa ada masalah dengan keselamatan kerja. Demikian juga sebaliknya, apabila manajer lini memaksakan untuk tetap berproduksi dengan mengabaikan safety maka pekerja berhak memintanya agar menghentikan produksi sampai masalah keselamatan kerja bisa diatasi.
Saya dapat menyimpulkan bahwa ternyata selalu ada cara bekerja yang lebih baik dan lebih aman dengan tetap memperhatikan produksi sebagai sumber penghasilan perusahaan. Sebaliknya, apabila perusahaan mengabaikan keselamatan kerja demi mengejar produksi, maka pada akhirnya perusahaan akan menghadapi penurunan standard safety. Cepat atau lambat menurunnya standard safety akan berpengaruh pada menurunnya produksi.
Apakah safety selalu prioritas utama tanpa memperdulikan produksi? Idealnya mungkin demikian. Tetapi seperti saya uraikan sebelum ini, standard safety di setiap perusahaan mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. Itulah sebabnya pemerintah negara manapun pasti mempunyai aturan atau undang-undang tentang standard safety yang harus diikuti. Demikian juga setiap industri menetapkan standard keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh anggotanya.
Bagaimana dengan persoalan keselamatan kerja yang tidak diatur dalam aturan pemerintah maupun dalam industry yang bersangkutan? Dalam hal seperti ini pada umumnya perusahaan mengacu pada kesepakatan untuk menurunkan resiko serendah mungkin selama masih praktis dan masuk akal (ALARP = As Low As Reasonably Practical). Dalam hal ini maka perusahaan tentu bisa dan boleh mengambil kebutuhan berproduksi sebagai salah satu pertimbangan dalam memutuskan masalah keselamatan kerja. Asalkan tidak melanggar standard keselamatan kerja yang diatur oleh pemerintah dan industri yang bersangkutan.
Ditulis oleh: Helfia Nil Chalis
ChalisHomeBiz.Com
Mencari uang di internet