Kebiasaan baik cepat atau lambat akan menghasilkan kebaikan-kebaikan secara langsung atau tidak kepada diri anda. Begitupun sebaliknya. Kebiasaan buruk juga cepat atau lambat akan menghasilkan keburukan-keburukan seperti kecelakaan, musibah, sakit. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memastikan diri anda bahwa apa yang anda lakukan adalah kebaikan. Kemudian biasakanlah melakukan kebaikan-kebaikan itu. Jika ada kebiasaan buruk yang masih anda kerjakan, maka segeralah meninggalkannya. Lakukan semua daya upaya untuk meninggalkannya sebelum dia akan memberikan dampak buruk terhadap diri anda.
Judul tulisan ini dalam bahasa Inggris sbb: Seek First to Understand then to be Understood. Kebanyakan dari kita tidak benar-benar mendengarkan orang lain. Kita cenderung berpikir bahwa kita tahu apa yang akan dikatakan orang lain, sehingga pikiran kita mengembara. Kita bisa terjebak dalam dunia pikiran, ego, penilaian, dan kesimpulan internal kita sendiri, seringkali sebelum orang itu sempat mengungkapkan pandangan dan masalahnya. Jadi apa yang terjadi jika kita fokus pada diri kita, daripada pada orang yang kita ajak bicara? Ini berarti bahwa kita dapat:
Kenyataannya adalah bahwa kita semua tahu apakah seseorang mendengarkan kita atau hanya berbasa-basi. Coba renungkan kembali situasi ketika Anda berbicara dengan seseorang, dan mereka acuh tak acuh. Bagaimana perasaan Anda? Itu mungkin membuat Anda merasa marah dan kesal karena mereka tidak peduli dengan apa yang Anda katakan; atau bahwa waktu dan pikiran mereka lebih penting daripada Anda. Kelakuan seperti ini bukanlah dasar untuk membangun kepercayaan, komitmen, rasa hormat, dan hubungan baik. Itulah sebabnya kemampuan untuk memahami lebih dulu apa yang ingin disampaikan orang lain sebelum meminta mereka memahami diri kita merupakan kebiasaan interpersonal yang perlu dimiliki oleh orang-orang yang sangat efektif. Tn. Covey mengidentifikasi empat tingkat kunci mendengarkan sebuah pembicaraan:
Intinya adalah, kita hanya benar-benar mendengarkan orang itu dengan penuh perhatian, dan kita menanggapi kerangka acuan yang telah disebutkan oleh pembicara. Itu artinya kami tidak banyak bicara. Kita tidak tersesat dalam pikiran kita. Kita tidak menilai dan mendahului apa yang akan mereka katakan, dan kita pasti tidak langsung memberikan pandangan kita. Kita hanya mendengarkan. Ini sangat sederhana. Tn. Covey menyarankan bahwa mendengarkan yang baik harus "aktif, bukan pasif" dan melibatkan banyak anggukan oleh pendengar, seolah-olah mereka sedang membuat kesepakatan dengan mereka (bukan hanya menyerap informasi secara pasif). Berusahalah terlebih dahulu untuk memahami berarti benar-benar mendengarkan orang ketika Anda terlibat dalam percakapan. Ini terdiri dari mendengarkan dengan pikiran yang benar-benar terbuka, seolah-olah Anda sedang mendengarkan apa yang dikatakan untuk pertama kalinya. Jadi, dengarkan. Berhenti berbicara. Bungkam ego dan agenda Anda. Kita menyebutnya mendengarkan aktif. Helfia Nil Chalis Advisor to Aplus Profesional Home Cleaning Sahabat Anda untuk Tetap Sehat, Bersih dan Rapih 0812 8022 1712
0 Comments
Kebiasan baik cepat atau lambat akan menghasilkan kebaikan-kebaikan secara langsung atau tidak kepada diri anda. Begitupun sebaliknya. Kebiasaan buruk juga cepat atau lambat akan menghasilkan keburukan-keburukan seperti kecelakaan, musibah, sakit. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memastikan diri anda bahwa apa yang anda lakukan adalah kebaikan. Kemudian biasakanlah melakukan kebaikan-kebaikan itu. Jika ada kebiasaan buruk yang masih anda kerjakan, maka segeralah meninggalkannya. Lakukan semua daya upaya untuk meninggalkannya sebelum dia akan memberikan dampak buruk terhadap diri anda.
Tulisan kali ini adalah tentang bagaimana bekerja secara efektif dengan orang lain untuk mencapai hasil yang optimal. Kebiasaan baik dari orang yang sangat efektif adalah selalu berbikir tentang cara untuk dapat mencapai hasil yang sama-sama menang. Ini bukan tentang bersikap baik, juga bukan teknik perbaikan cepat. Ini adalah tentang hukum berbasis karakter manusia dalam berinteraksi dan berkolaborasi. Sebagian besar dari kita dididik dengan cara perbandingan dan persaingan antar sesama. Kita berpikir tentang berhasil dalam arti orang lain gagal, yaitu, jika saya menang, anda kalah; atau jika anda menang, saya kalah. Hidup menjadi permainan zero-sum. Seolah-olah hanya ada segitu banyak kue untuk dibagikan, sehingga jika anda mendapatkan potongan besar, saya akan dapat sisanya yang kecil; itu tidak adil, dan saya akan memastikan anda tidak mendapatkannya lagi. Kita semua memainkan permainan ini, tetapi seberapa menyenangkan cara permainan seperti itu sebenarnya? Adapun pandangan sebaliknya adalah jika kita meyakini Tuhan Pencipta Alam Semesta telah menyiapkan sumber daya yang berlimpah untuk semua orang. Dengan keyakinan itu kita tidak merasa cemas tidak kebagian ketika orang lain mendapatkan bagiannya. Dengan keyakinan itu kita bisa membentuk pola pikir untuk mencapai hasil yang sama-sama menang. Jika hal ini kita biasakan, kita akan membentuk salah satu kebiasaan orang yang paling efektif. Steven Covey menceritakan pengalamannya dengan anaknya. Suatu hari mereka bersepakat bahwa anaknya bersedia secara suka rela merawat halaman rumah. Tn. Covey menjelaskan apa yang harus dilakukan anaknya. Terserah si anak bagaimana cara melakukannya. "Ayah akan kasih tahu kalau kamu mau". "Bagaimana ayah melakukannya?" tanya anaknya. "Ayah alirkan sprinkler", jawab Tn. Covey santai. "Tetapi kamu boleh gunakan ember atau selang air", lanjutnya. "Terserah saja, yang penting apa, nak?", tanya Tn. Covey. Anaknya menyahut: "Hijau dan Bersih". "Oke. Sepakat", kata Tn. Covey kepada anaknya. Tn. Covey melanjutkan: "Siapa boss nya, nak?". Anaknya: "Saya sendiri". "Coba tebak siapa yang menjadi penolongnya?", kata Tn. Covey. "Siapa?" kata anaknya. Tn. Covey langsung menyahut: "Saya sendiri". Merekapun menyatakan sepakat. Seminggu berlalu, tidak ada apapun yang dilakukan anaknya. Tetapi Tn. Covey tetap sabar menunggu. Pada minggu kedua tetap tidak ada perubahan. Tn. Covey mengaku sudah ingin marah kepada anaknya. Tetapi dia sadar jika itu ia lakukan, jangka pendek seperti sukses tetapi jangka panjang itu merusak efektifitasnya sebagai seorang ayah yang ingin mendidik anaknya. Mereka telah sepakat setiap dua minggu mereview hasilnya. Maka pada akhir minggu kedua diapun menghampiri anaknya yang sedang bermain di halaman rumah. "Bagaimana kabar halaman rumah, nak?". Anaknya menjawab dengan ragu: "Baik-baik saja, ayah". Tn. Covey tetap menahan diri. Sesaat sebelum makan siang, dia mengajak anaknya melihat halaman rumah. Anaknya terkejut meskipun tetap mengikuti berjalan ke luar menuju halaman rumah. Anaknya kemudian terduduk di teras rumah. Tidak sanggup menahan malu. Dia menangis dan berkata: "Susah sekali, ayah". Tn. Covey dengan bijak bertanya: "Apakah ada yang ayah bisa bantu, nak?". "Benar, ayah?", kata anaknya. Tn. Covey: "Bukankah itu kesepakatan kita?". Anaknya: "Iya, ayah akan menolong kalau ada waktu". Tn. Covey: "Ayah ada waktu sekarang". Anaknya segera berlari mengambil dua keranjang sampah. Satu untuk dirinya dan satu lagi untuk ayahnya. Itulah contoh nyata kesepakatan menang-menang. Helfia Nil Chalis Advisor to Aplus Profesional Home Cleaning Sahabat Anda untuk Tetap Sehat, Bersih, dan Rapih. 0812 8022 1712 Kebiasan baik cepat atau lambat akan menghasilkan kebaikan-kebaikan secara langsung atau tidak kepada diri anda. Begitupun sebaliknya. Kebiasaan buruk juga cepat atau lambat akan menghasilkan keburukan-keburukan seperti kecelakaan, musibah, sakit. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memastikan diri anda bahwa apa yang anda lakukan adalah kebaikan. Kemudian biasakanlah melakukan kebaikan-kebaikan itu. Jika ada kebiasaan buruk yang masih anda kerjakan, maka segeralah meninggalkannya. Lakukan semua daya upaya untuk meninggalkannya sebelum dia akan memberikan dampak buruk terhadap diri anda.
Dalam dua tulisan sebelumnya saya telah membahas tentang pentingnya menjadi seorang yang proaktif dan memulai pekerjaan dengan hasil akhir yang sudah tergambar dengan jelas di dalam benak anda. Dengan kedua bekal ini anda telah mempunyai tujuan yang jelas. Selanjutnya ketika anda mulai melangkah meraih apa yang anda cita-citakan, kebiasaan ketiga yang juga perlu anda miliki adalah mendahulukan hal utama sebagai yang pertama dikerjakan: Put first things first. Seorang guru membawa setumpuk pasir, kerikil dan batu koral di muka kelas. Kemudian dihadapan murid-muridnya dia meminta salah seorang memasukkan semuanya ke dalam sebuah bejana gelas. Sang murid mulai memasukkan pasir ke dalam bejana tersebut, disusul kerikil. Tetapi bejana sudah tidak bisa menampung lagi semua batu koral. Sang guru kemudian mengeluarkan lagi sejumlah pasir, kerikil dan batu koral serta bejana gelas dengan ukuran sama seperti kali pertama. Kali ini dia memerintahkan sang murid untuk memasukkan lebih dulu batu-batu koral. Disusul dengan memasukkan batu kerikil dan terakhir pasir. Ternyata pasir, kerikil dan batu koral semuanya bisa masuk ke dalam bejana gelas tersebut. Selesai mendemonstrasikan itu, sang guru kemudian menyampaikan bahwa batu koral itu adalah perumpamaan dari hal-hal penting dalam hidup kita. Inilah yang harus menjadi prioritas untuk dilakukan terlebih dulu dari pada yang lain. Jika kita mendahulukan hal-hal lain yang tidak layak menjadi prioritas dalam hidup kita, maka suatu saat kita tidak akan mampu lagi melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan guna mencapai tujuan hidup kita. Kita akan menjauh dari cita-cita dan tujuan hidup kita disadari atau tidak. Oleh karena itu sangatlah penting untuk menentukan secara sadar apa yang menjadi tujuan hidup kita. Dari sana kita bisa menetapkan apa yang menjadi cita-cita kita dan bagaimana meraihnya. Selanjutnya setiap langkah dan keputusan yang kita ambil sebaiknya kita sudah pastikan sebagai hal penting untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidup kita itu. Ketika ada langkah dan keputusan yang menjauhkan kita dari cita-cita dan tujuan hidup segeralah hentikan. Ada orang yang hanya menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya. Mereka mungkin akan berhasil meraihnya. Tetapi ketika dunia sudah di dalam genggaman mereka justru gelisah. Mereka kehilangan motivasi hidup. Hartanya tidak menolongnya untuk hidup tenang. Merekapun menyadari bahwa jabatannya juga akan hilang pada waktunya. Kekuatannya juga akan memudar. Semuanya membuat hidup mereka tidak tenang dan selalu gelisah. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempercayai adanya akhirat. Apakah mungkin Tuhan menjadikan manusia hanya hidup di dunia ini saja dan kemudian hilang musnah begitu saja? Apakah mungkin manusia boleh berbuat sesukanya di dunia tanpa dimintai pertanggungjawabannya dari Tuhan? Dalam ajaran Islam, Tuhan tidaklah menciptakan segala sesuatu kecuali dengan tujuan yang pasti. Allah menjelaskan di dalam Al Qur'an bahwa Dia tidaklah menciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah Nya. Maka pastikan bahwa tujuan hidup anda adalah untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dengan tunduk dan patuh kepada segala ketentuan Sang Maha Pencipta. Silahkan gantungkan cita-cita anda di dunia dan juga di akhirat setinggi-tingginya. Selanjutnya bertawakkallah kepada Tuhan Pemelihara Alam Semesta. Itu semua anda lakukan setelah anda mengerahkan segala daya upaya secara maksimal untuk mencapai cita-cita anda. Tetapi sadarilah bahwa adapun hasilnya bukanlah anda yang menentukan tetapi terserah sepenuhnya kepada ketentuan dari Tuhan Penguasa Alam Semesta ini. Sikap anda hanyalah menerima segalanya dengan lapang dada dan senang hati karena anda yakin akan sifat Maha Pemurah, Maha Adil, Maha Pengasih dan Maha Penyayang dari Tuhan Sang Pemelihara Alam Semesta beserta segala isinya. Helfia Nil Chalis Advisor to Aplus Profesional Home Cleaning Sahabat Anda untuk Tetap Sehat, Bersih, dan Rapih 0812 8022 1712 Kebiasan baik cepat atau lambat akan menghasilkan kebaikan-kebaikan secara langsung atau tidak kepada diri anda. Begitupun sebaliknya. Kebiasaan buruk juga cepat atau lambat akan menghasilkan keburukan-keburukan seperti kecelakaan, musibah, sakit. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memastikan diri anda bahwa apa yang anda lakukan adalah kebaikan. Kemudian biasakanlah melakukan kebaikan-kebaikan itu. Jika ada kebiasaan buruk yang masih anda kerjakan, maka segeralah meninggalkannya. Lakukan semua daya upaya untuk meninggalkannya sebelum dia akan memberikan dampak buruk terhadap diri anda.
Dalam tulisan kali ini saya ingin berbagi tentang salah satu dari tujuh kebiasaan orang yang sangat efektif menurut Steven Covey dalam bukunya the Seven Habits of Highly Effective People, yaitu "Memulai Segala Sesuatu dengan Hasil Akhir yang sudah ada lebih dulu di dalam Benak Anda". Seringkali orang mulai melangkah atau mengerjakan sesuatu sebelum ybs benar-benar mengerti dan memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang ingin dia hasilkan dari usahanya itu. Jika tangga Anda tidak bersandar pada dinding yang benar, setiap langkah yang Anda ambil akan membawa Anda ke tempat yang salah lebih cepat. Jadi pastikan terlebih dahulu bahwa anda telah meletakkan tangga itu di tempat yang tepat sebelum menaiki tangga. Dengan kata lain buatlah segala sesuatu yang menjadi cita-cita atau hasil akhir dari usaha anda sejelas mungkin. Sedemikian jelasnya sehingga anda bisa membayangkan dalam benak anda seolah-olah anda sudah memilikinya. Bahkan sedemikian jelasnya sehingga anda dapat merasakannya meskipun hasil itu belum benar-benar anda capai atau miliki. Anda tentu pernah menyaksikan orang-orang hebat melakukan sebuah atraksi seperti akrobat, gerakan atletik, atau bahkan berpidato, mereka semua melakukan ritual merenung sejenak sambil membayangkan gerakan atau ucapan yang akan dilakukannya dengan sedetil-detilnya sebelum memulai atraksi. Demikian pula dalam hidup ini. Pastikan anda tahu dan bisa membayangkan hasil akhir yang ingin anda capai sebelum memulai langkah untuk menuju ke sana. Dalam bahasa Inggris, Steven Covey mengatakan: "Begin with the End in Mind". Helfia Nil Chalis Advisor to Aplus Profesional Home Cleaning. Sahabat Anda untuk Tetap Sehat, Bersih dan Rapih. 0812 8022 1712 Kebiasan baik cepat atau lambat akan menghasilkan kebaikan-kebaikan secara langsung atau tidak kepada diri anda. Begitupun sebaliknya. Kebiasaan buruk juga cepat atau lambat akan menghasilkan keburukan-keburukan seperti kecelakaan, musibah, sakit. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memastikan diri anda bahwa apa yang anda lakukan adalah kebaikan. Kemudian biasakanlah melakukan kebaikan-kebaikan itu. Jika ada kebiasaan buruk yang masih anda kerjakan, maka segeralah meninggalkannya. Lakukan semua daya upaya untuk meninggalkannya sebelum dia akan memberikan dampak buruk terhadap diri anda.
Steven Covey sangat terkenal dengan bukunya the Seven Habbits of Highly Effective People. Salah satu yang akan saya ulas dalam tulisan kali ini adalah kebiasaan pertama yaitu: Be Proactive. Kalau dalam bahasa Indonesianya: Jadilah Seorang yang Proaktif. Apakah Proaktif itu? Sederhananya Proaktif adalah kebalikan dari Reaktif. Reaktif adalah tindakan seseorang yang dilakukannya guna menjawab sebuah aksi atau masalah. Jika tidak ada aksi atau masalah yang sedang dihadapinya, dia berdiam diri tidak melakukan sesuatu. Kebiasaan ini masih lebih baik daripada seseorang yang hanya diam tidak menanggapi apapun terhadap aksi atau masalah yang dihadapinya. Akan tetapi, seringkali kebiasaan reaktif ini membuat diri seseorang tidak siap menjawab dengan tindakan yang tepat atau malah keliru dalam bertindak dan menyelesaikan masalah. Itulah sebabnya seorang yang sangat efektif dalam bekerja memiliki kebiasaan Proaktif. Kebiasaan Proaktif artinya seseorang telah mempersiapkan diri dengan segala kemungkinan yang akan dihadapi baik itu berupa sebuah aksi atau masalah. Dia kemudian sudah mempersiapkan pula jawabannya dengan memilih solusi yang tepat, sehingga ketika aksi atau masalah itu datang, dia dengan cepat dan mudah dapat mengatasinya. Memiliki kebiasaan Proaktif membutuhkan pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang persoalan yang dihadapi. Lewat pengalaman dan pengetahuannya itu dia bisa menyusun rencana aksi yang tepat. Diskusi dengan kelompok kerja akan sangat membantu. Semakin detil perencanaannya semakin baik hasilnya yang pada akhirnya bermuara pada hasil kerja yang efektif. Dalam dunia sepakbola, menjadi Proaktif itu bisa disamakan dengan menjemput bola. Pemain bola yang baik bisa membaca pola permainan lawan sehingga tahu kapan dan di mana dia harus berada untuk menjemput bola. Helfia Nil Chalis Adviser to Aplus Profesional Home Cleaning Sahabat Anda untuk Tetap Sehat, Bersih dan Rapih 0812 8022 1712 Kiriman berita tokoh nasional asal Papua Natalius Pigai cukup menarik. Saat acara Natal Ikatan Mahasiswa Pegunungan Jayawijaya se Jawa, Bali, dan Sumatera di Megamendung tiba tiba melalui Zoom muncul sosok Gubernur Jateng Ganjar Pranowo hendak memberi sambutan. Sontak mahasiswa terkejut.
Para mahasiswa langsung "walk out" hingga kursi nyaris kosong. Dua orang yang diketahui petugas medsos yang hadir diusir jemaat dan "kabur" dengan Innova bernopol H 1270 XG. Wuih mobil pun datang dari Semarang. Akhirnya sambutan "selundupan" Ganjar batal. Misi politik di arena ritual gagal total. Ganjar atau timnya gencar berkampanye untuk Pilpres 2024. Tidak cukup deklarasi oleh para relawannya. Agenda Sambutan "selundupan" pada acara Natal di Megamendung adalah contoh pencarian ruang kampanye. Meski pasti dibantah bukan inisiatifnya, tetapi rasanya tidak mungkin tim berani "nyelonong" tanpa restunya. Pakai mobil H lagi. Ganjar bukan calon otentik, besar dugaan orbitan. Ia mengeles dengan pengakuan tidak ikut capres-capresan. Malu pada Covid. Prakteknya kasus e-KTP yang membelitnya nampak diabaikan. Benturan kepentingan PDIP dengan pencalonan Puan diatasi dengan survey buatan. Top up atau mark up mudah untuk dilakukan asal ada bandar yang siap berjudi. Jika Ganjar adalah figur yang sengaja digadang-gadang untuk menjadi boneka oligarkhi baru, maka demokrasi semakin terancam. Negara cukong akan terus dilestarikan. Karenanya jika rakyat kini melakukan konsolidasi dan berteriak melawan Ganjar, bukan semata tak suka pada figurnya tetapi wujud dari perlawanan pada sistem pemerintahan oligarkhi yang ingin dibangun secara berkelanjutan. Berita dari pejuang HAM dan demokrasi Natalius Pigai tentang bubarnya peserta Natal Megamendung akibat dari "hadirnya" Ganjar Pranowo sangat menarik. Mahasiswa Papua bukan sekedar menolak Ganjar "sang penyelonong" tetapi ini sebagai perlawanan Ikatan Mahasiswa Pegunungan Jayawijaya pada cara "menghalalkan segala cara" untuk melanggengkan kekuasaan oligarkhi. Ganjar datang Jemaat bubar. . *) Pemerhati Politik dan Kebangsaan Bandung, 29 Desember 2021 Entah karena keterpilihan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PB NU atau bukan tetapi isu normalisasi hubungan dengan Israel tiba-tiba menghangat. Memang Ketua Umum PB NU ini sering mengikuti kegiatan di Israel dan dikenal dekat dengan pejabat Israel.
Apakah ada hubungan dengan keterpilihan tersebut maka Media Israel "The Jerusalem Post" tanggal 24 Desember 2021 memberitakan kembali hubungan Israel-Indonesia. "Indonesia negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia adalah salah satu negara yang coba diajak oleh Pemerintah Trump ke dalam kesepakatan Abraham, meskipun menjadi terhenti pada masa jabatan Trump berakhir". Mengomentari kedatangan Menlu AS ke Jakarta dan bertemu dengan Menlu RI Retno Marsudi pada tanggal 14 Desember 2021 lalu "The Times of Israel" mengutip ucapan pejabat senior AS bahwa Pemerintahan Biden bekerja "diam-diam tetapi cukup tekun" untuk memperluas Kesepakatan Abraham. Tercatat empat negara muslim telah terikat dalam Kesepakatan Abraham ini yaitu UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko. Indonesia harus tetap konsisten dengan sikap "bersama Palestina" nya sebagai bentuk anti kolonialisme. Konstitusi mengatur sikap anti penjajahan secara tegas. Israel adalah negara penjajah dan dunia sangat tahu akan hal itu. Keterpilihan KH Yahya Staquf tidak boleh membuka celah pada siapapun untuk berupaya melakukan lobi atau pendekatan untuk mengubah sikap konsisten Pemerintah dalam "menutup pintu" normalisasi hubungan Indonesia-Israel. Zionis tetap Zionis, Israel adalah penjajah dan pelaku kejahatan dunia. Penjelasan penting dari KH Yahya Cholil Staquf setelah terpilih menjadi Ketua Umum PB NU yang ditunggu umat Islam adalah pernyataan bahwa ia tidak akan berupaya atau tidak akan terpengaruh oleh upaya dari pihak manapun untuk terjadinya normalisasi hubungan Indonesia-Israel. Gerakan Zionis Israel harus diwaspadai dengan seksama. Lobinya luar biasa. Tahu akan kelemahan para pemimpin bangsa dan umat di manapun. Uang dapat mengubah pendirian dan kebijakan. Umat Islam dan rakyat Indonesia harus ketat mengawasi gerak-gerik pemimpinnya. AS dan Zionis Israel bekerja "diam-diam tetapi cukup tekun". *) Pemerhati Politik dan Kebangsaan Bandung, 25 Desember 2021 Assalamualaikum. Wr. Wb.
Kepada yang terhormat, saudara-saudaraku se-bangsa dan se-tanah air dari Sabang hingga Merauke. Dalam Hadits Nabi saw dijelaskan bahwa setiap manusia pasti memiliki kesalahan dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah bertaubat. Bertaubat artinya tidak mengulangi perbuatan yang salah yang pernah dilakukan. Sebagai seorang Pemimpin seperti Presiden, setiap kesalahan yang dilakukan memiliki dampak negatif yang sangat besar. Lain halnya jika seorang rakyat biasa, jika melakukan kesalahan, dampaknya sangat kecil. Oleh karena itu, jika seorang Presiden melakukan kesalahan, maka, insyaa Allah akan dilipatgandakan dosa-dosanya, termasuk terhadap Para Pendukung dari kalangan anggota dewan dari partai pendukung Presiden Jokowi dan dari kalangan Pejabat negara yang ada di bawahnya seperti, Menteri Kabinet, Penasehat, Polisi, Brimob, Densus 88, TNI, para penegak hukum, Ormas Islam dan Non Islam, Buzzer dan Influencer serta Rakyat dan Relawan yang biasa memberikan support (dukungan) atas kepemimpinannya. Oleh karena itu, kami sebagai rakyat jelata ingin mengingatkan kepada saudara-saudaraku untuk tidak mendukung secara membabi buta terhadap Pemimpin Dzalim yang telah menyengsarakan Rakyatnya. Sebaliknya, orang-orang yang mau memberikan peringatan dan melawan kemungkaran, maka mereka akan mendapatkan reward dan pahala dari Allah swt di dunia dan di akhirat. Tapi, syaratnya harus ikhlas dan karena Allah swt. Tentu, hal ini sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah/Hadits Nabi saw. Menurut catatan para ulama, para kyai, para ustadz, pengamat politik, para pejabat yang jujur dan masyatakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke bahwa di antara kesalahan Presiden Joko Widodo atau Rezim Jokowi yang paling utama dan terbesar sepanjang sejarah Indonesia adalah sebagai berikut : Pertama, melakukan kecurangan secara sistimatis, terencana, terprogram dan massive dalam Pemilu atau Pilpres. Kecurangan ini dilakukan melalui lembaga Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kedua, tewasnya 700 an Anggota KPPS di berbagai wilayah Indonesia dan hingga saat ini belum dan tidak dilakukan proses hukum secara manusiawi. Jokowi sebagai seorang kepala Negara seharusnya ber-inisiatif melakukan penyelidikan dan penyidikan. Sebab, kalau tidak, maka seorang Presiden Jokowi harus menanggung beban, kesalahan dan dosa-dosanya. Ketiga, Presiden Jokowi telah mengangkat Para Pembantunya seperti Para Menteri terkesan asal-asalan dan mereka tidak memiliki kemampuan yang memadai sebagai seorang Pejabat. Akhirnya, para Menterinya banyak melakukan kesalahan dan menjadi bahan cemoohan dan ejekan masyarakat Indonesia. Keempat, bekerja sama dengan Negeri Komunis Cina dalam berbagai hal, khususnya dalam masalah Ekonomi. Contohnya, membangun infrastruktur dengan cara meng-hutang, menjual BUMN dan Aset-Aset Negara yang strategis dan lainnya. Seharusnya, Presiden Jokowi belajar dari Negara lain seperti, Turkistan Timur (Uighur), Tibet, Zimbabwe, Angola dan Negara-Negara Afrika lainnya. Kelima, mendatangkan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Cina. Para TKA yang datang ke Indonesia ini bukan tenaga profesional, akan tetapi tenaga kerja biasa dan kasar. Apa yang mereka kerjakan, bisa dikerjakan oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sebagai akibatmya, maka banyak TKI yang nganggur. Ada isu yang cukup dipercaya dari Anggota TNI dan patut diduga bahwa TKA asing asal Cina yang datang ke Indonesia adalah Tentara Merah. Hal ini pernah dilakukan oleh Negeri Komunis Cina terhadap Negeri Tibet yang saat ini menjadi Provinsi Negeri Komunis Cina yang ke 50. Saat ini, masyarakat Tibet Asli hidup dalam penderitaan dan kemiskinan. Sebab, seluruh kekayaan dan pendapatan diangkut ke Beijing dan Masyarakat Asli hanya menjadi Penonton. Jika Indonesia dikuasai Negeri Komunis Cina, maka yang akan terjadi adalah Rakyat dan Bangsa Indonesia seperti warga Uighur dan Tibet. Mereka akan disiksa, dipenjarakan, dibunuh dan kalaupun mereka masih hidup akan seperti warga Tibet, hidup dalam penderitaan dan kemiskinan. Oleh karena itu, masyatakat dan Bangsa Indonesia harus sadar akan kesalahan Pemimpin dan harus bersatu padu dalam menyelamatkan Pancasila, UUD 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, masyatakat dan Bangsa Indonesia harus sadar akan kesalahan Pemimpin dan harus bersatu padu dalam menyelamatkan Pancasila, UUD 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keenam, tidak adil dalam menerapkan hukum dan masih tebang pilih. Hampir seluruh mata Bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke telah melihat dan menyaksikan, seorang HRS ditangkap dan dipenjarakan gara-gara adanya kerumunan masa. Sementara itu, Presiden Jokowi, kroni-kroninya dan keluarganya sering membuat kerumunan, tetapi tidak diproses hukum dengan baik dan benar bahkan terkesan dibiarkan dan bebas berbuat apa saja. Tentu, ini sebuah kedzoliman. Ketujuh, masalah jebakan hutang Negeri Komunis Cina terhadap Indonesia. Selama kepemimpinan Rezim Jokowi, hutang Indonesia terhadap Cina semakin melonjak tinggi. Menurut informasi, hutangnya sudah mencapai ribuan trilyun. Tentu, ini sangat membahayakan bagi keutuhan NKRI ke depan. Sebab, jika jatuh tempo dan tidak bisa melunasi hutang-hutangnya, maka Negeri Komunis Cina akan meminta ganti rugi dengan menyita tanah atau pulau di Indonesia seperti, Kalimantan dan pulau lainnya sebagai gantinya. Ini merupakan program jebakan Cina melalui program pemberian hutang kepada Negara lainnya. Dalam hal ini sudah banyak negara yang menjadi korbannya. Kedelapan, mempolitisir dan mengkomersilkan Pandemik Covid 19. Mungkin hanya di Indonesia berita Pandemi Covid 19 diblow up secara besar-besaran. Padahal menurut Mantan Mentri Kesehatan Ibu Siti Fadhilah Supari dan para ahli kesehatan dari belahan dunia lainnya, Covid 19 dan Covid-Covid lainnya merupakan penyakit biasa saja. Kesembilan, Rezim Jokowi telah mengubah Road Map Pendidikan Nasional dengan menghilangkan Pendidikan Agama di Sekolah-Sekolah. Mengapa Rezim ini berniat menghilangkan Pendidikan Agama dari Pendidikan Nasional ? Padahal kita mengetahui bahwa mayoritas Penduduk Indonesia adalah muslim. Menurut Ustadz Andri Kurniawan, Organisasi Islam terbesar, NU dan Muhamadiyah pernah menanyakan kepada Mendikbud, Nadiem Makarim, Mengapa Pendidikan Agama akan dihilangkan dari Pendidikan Nasional? Ternyata, pertanyaan tersebut tidak dijawab. Bisa jadi Indonesia akan dijadikan Negeri Komunis, katanya. Na'dzubillah min dzalik. Kesepuluh, Rezim Jokowi tidak serius dan terkesan basa basi dalam memberantas korupsi. Sudah banyak bukti diturunkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), akan tetapi lembaga ini dilemahkan dengan mengganti para Pimpinan dan Karyawannya yang memiliki loyalitas dan integritas yang tinggi terhadap Bangsa dan Negara. Sebagai akibatnya, maka KPK seperti mandul dan tidak banyak berbuat apa-apa. Bisa jadi, saat ini para koruptor tersebut bersarang dan bersemayam di partai besar yang pernah mendukungnya menjadi Presiden. Partai tersebut, menurut para pengamat politik bernama, PDIP. Kesebelas, Memelihara dan Membayar Para Buzzer dan Influencer. Banyak kesalahan dan kezaliman yang dilakukan oleh Rezim Jokowi terhadap Rakyatnya. Akan tetapi, berbagai bentuk kesalahan dan kedzaliman ditutup-tutupi oleh para Buzzer dan Influencer Bayaran. Menurut Majalah TEMPO, Rezim Jokowi telah mengeluarkan dana sebesar Rp 900 milyard dan menurut catatan Indonesian Corruption Watch (ICW) mencapai Rp. 1.29 Trilyun. Sungguh, ini sangat fantastis. Sebab, penyebar berita kebohongan mendapatkan bayaran. Sementara itu, kejujuran dan kebenaran dianggap musuh. Demikianlah catatan dari kami sebagai bentuk peringatan bagi Bangsa Indonesia. Semoga bermanfaat. Assalamualaikum. Wr. Wb. Jakarta, Desember 2021. Muhammad Hisyam Asyiqin, Alumni Pondok Pesantren, Mantan Ketua BEM Universitas Islam Attahiriyah (UNIAT) jakarta, Mantan Aktifis PMII dan Mantan Aktifis Remaja Pemuda Masjid. Semoga Allah swt menyelamatkan Bangsa Indonesia, terutama Generasi Muda Indonesia, Anak Cucu kita, Saudara-saudara kita, sanak famili kita dan menjaga keutuhan NKRI dari rongrongan para Penghianat Bangsa. Mudah-mudah Presiden Jokowi menyadari kesalahan-kesalahan terbesarnya, segera bertaubat dan mengundurkan diri dengan segera. NKRI NEWS Selamatkan Bangsa Indonesia Kalau Prof. Salim Said dalam ILC (Indonesia Lawyer Club) mengatakan bahwa Partai Komunis China sudah bubar, mungkin perlu penelitian lebih lanjut.
Pengalaman penulis saat menjabat Pemimpin Proyek (Pimpro) PLN Proyek PLTU Tanjung Awar Awar Tuban, Jatim, menemukan indikasi bahwa Partai Komunis China itu masih ada. Hal itu terjadi saat kami lakukan "weekly meeting" di site Project antara PLN Proyek, Kontraktor, Konsultan, Staf Pemda Propinsi maupun Kabupaten yang kami pimpin. Saat itu sedang membahas masalah Analisa Dampak Lingkungan (Amdal) akibat perpindahan Jetty (pelabuhan untuk loading batubara) yang semula akan dibuat di bibir pantai (on shore) kemudian krn suatu hal dipindah ke tengah laut (offshore) dengan meletakkannya diatas konstruksi "break water" atau pemecah gelombang. Saat itu sebenarnya Gubernur sudah setuju, namun tiba2 ditolak oleh pihak Bupati dng berbagai argumentasi. Melihat kejadian tsb GM Kontraktor (dari China), sebut saja Mr. Yang, tiba2 menginterupsi rapat sambil berdiri dan berkata, "Mr. Daryoko please need a Communist Party, this party is very effective for driving your Country", intinya dia bilang agar Indonesia menggunakan saja Partai Komunis karena (menurut dia) System Komunis ini bisa effektip digunakan untuk menggerakkan rakyat. Pendapat spt itu dia sampaikan karena melihat kejadian diatas. Kok bisa birokrasi di bawah (Kabupaten) menolak keputusan atasannya (Gubernur). Tentunya usulan "konyol" Mr. Yang tsb langsung kami tolak ! Namun karena penasaran, Mr. Yang (GM Kontraktor China itu) setelah rapat saya ajak masuk keruang Pimpro, dan saya lakukan interograsi. Diantaranya saya tanya, mengapa anda koar2 Komunis padahal RRC saat ini sdh berubah menjadi Kapitalis ? Ybs malah mentertawakan saya bahwa saya telah tertipu. Dia bilang RRC itu sampai sekarang tetap menggunakan System Komunis (Partai Komunis China) untuk meng "grip"/menggiring rakyat secara politis, dan dibidang ekonomi RRC menerapkan System Kapitalis yg dipimpin Negara (State Capitalism). Karena penasaran saya tanya juga mengapa Komunis itu anti Tuhan (Atheis) ? dia jawab agar Xie Jinping (Presiden China) sebagai Presiden juga sekaligus merangkap Tuhan nya rakyat China tidak punya saingan. Kalau mengakui Tuhan selain Jie Ping nanti akan repot dan Kepemimpinan Jieping bisa tdk effektip. Dan rakyat susah diatur , shg RRC susah bangkit, argumentasi nya. Ybs bercerita juga, saat sebelum berangkat ke Indonesia, dia beserta anak buah dan seluruh kuli2nya di doktrin Komunis habis2an, serta gemblengan fisik agar prima ! Saat ku tanya bahwa TKA yg dibawa masuk ke Indonesia adalah Tentara Merah, serta merta dia menolak. (Sampai sekarang penulis meyakini bahwa TKA itu Tentara Merah, krn fisik yg atletis spt militer dan intelektual diatas rata2 tenaga kasar di Indonesia). KESIMPULAN : Kalau para pengamat anti Komunis menginformasikan bahwa saat ini ada gerakan KGB (Komunis Gaya Baru) krn dirasakan adanya gejala kebangkitan PKI lewat "modus" tsb, maka pengalaman penulis di atas lebih parah lagi karena adanya pengakuan seorang GM Kontraktor China tsb. Dan dipastikan di proyek Infrastruktur yang lain pun akan sama. Karena di China tidak ada partai lain selain PKC (Partai Komunis China). Pertanyaannya, terus bagaimana jadinya kedepan ? Karena di datangkan secara massal ke Indonesia? Inilah KGB (Komunis Gaya Baru) yg didatangkan (di import) dari skala internasional itu! JAKARTA, 26 DESEMBER 2021 Berita lucu tapi mengenaskan ketika anjing-anjing mati dibunuh kumpulan monyet yang marah karena anak seekor monyet mati digigit anjing. Peristiwanya di sejumlah desa Majalgaon dekat Lavool Distrik Maharashtra. Tidak tanggung tanggung 250 anjing mati dibantai.
"Penguasa" anjing-anjing yang merasa monyet "tidak ada apa-apanya" menganiaya anak primata itu hingga mati. Rupanya menganggap enteng dan sok kuasa itu berakibat fatal. Pembalasan monyet sangat brutal. Anjing-anjing ditangkap dan dibawa ke atas pohon dan bangunan tinggi, lalu dilempar ke bawah. Tentu mati. Tidak tersisa satu anjing pun di desa itu yang hidup. Manusia yang mencoba melindungi anjing peliharaan dari amuk monyet juga tidak berhasil bahkan ikut terluka. Anak sekolah dikejar monyet, bahkan kampung penduduk juga diserang. Monyet itu serius melakukan balas dendam. Revolusi monyet. Dunia hewan ini penting untuk menjadi pelajaran. Membunuh bayi monyet itu melanggar HAM, Hak Asasi Monyet. Membangunkan solidaritas komunitas monyet. Anjing dan para pemeliharanya tentu kaget atas perlawanan revolusioner ini. Penguasa arogan dimanapun apalagi yang gemar membunuh tanpa rasa salah akan berhadapan dengan perlawanan rakyat. Catatan sejarah tentang revolusi yang terjadi di berbagai belahan dunia berbasis pada arogansi dan otorirarian. Rakyat yang merasa tertindas, terpinggirkan, dan tidak berdaya. Ketika momentum tiba, maka perubahan itupun terjadi. Dalam film "Rise of the Planet of the Apes" tergambar sebuah revolusi monyet. Caesar yang awal dipelihara manusia kemudian "dihukum" untuk kembali ke habitat primata nya. Ia memimpin pemberontakan kepada manusia yang mengungkungnya. Keluar dari kandang dan membuat aksi merusak. Polisi yang mengepung di jembatan dibuat porak poranda. Ketika merasa dikekang, dibelenggu kebebasan, dipermalukan lewat perilaku manusia yang sewenang-wenang, pemberontakan itu terjadi. Ketakutan dalam diri Caesar dalam sekejap berubah menjadi keberanian dan kekuatan yang mengerikan. Tagline film cukup menarik "evolution become revolution". Kekuatan bersahabat kemudian menjadi menindas dan mengalienasi berubah menjadi sebuah pemberontakan. Revolusi monyet. Anjing anjing "penguasa" dan peliharaan tidak boleh menganggap enteng monyet. Kelak mereka akan dibawa ke tempat tinggi lalu dilempar ke bawah. Mati. India telah memberi pelajaran. *) Pemerhati Politik dan Kebangsaan Bandung, 20 Agustus 2021 |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|