
Dalam kunjungannya, Rombongan Direksi Kogas, salah satu shareholder DSLNG baru-baru ini menanyakan kepada saya mengapa bisa demikian. Salah satunya adalah karena DSLNG berhasil memanfaatkan waktu tunggu selama hampir 6 bulan ketika upstream belum bisa mengirim pasokan gas untuk start-up. Ketika itu banyak inisiatip dilakukan untuk menjamin commissioning dan start-up dapat berjalan dengan lancar. Upaya ini terbukti berhasil dengan lancarnya proses commissioning dan start-up kilang LNG Donggi-Senoro sampai meneteskan LNG perdananya di bulan Juli 2015. Tidak hanya itu kunci keberhasilannya, tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah sistem perekrutan yang berhasil memikat banyak pekerja yang berpengalaman mengoperasikan LNG dari berbagai tempat di Indonesia bahkan dari Timur Tengah untuk bergabung di DSLNG.

Seperti biasa perjalanan ke Luwuk dimulai jam 9 pagi hari Minggu. Persinggahan pertama di Luwuk adalah di warung Bonanza 07 di depan Kantor Samsat Luwuk. Di sana menu tetapnya adalah jagung rebus. Jagungnya manis dan segar dengan minuman kelapa segar dicampur gula merah. Dari sana kami ke Golden Hill, sebuah supermarket mini. Terakhir kami makan siang di Restoran "Sunu" dengan menu ikan bakar. Saya selalu memilih ikan kerapu dengan bumbu rica-rica, kali ini minumnya jus buah naga. Menikmati hidangan ikan bakar di pinggir pantai dan suara deburan ombak sambil cerita-cerita ringan dan lucu memang menjadi hiburan yang menyenangkan sekaligus bisa melepas kejenuhan bagi kami.
Dalam perjalanan pulang kami mampir di pinggir jalan di Desa Nambo untuk makan durian. Durian Nambo selalu menjadi buah mulut teman-teman di DSLNG. Penasaran saya mencicipi duren Nambo dan memang lezat sekali. Sayang kecil-kecil dan dagingnya tipis. Masih kalah dengan duren Palembang yang tebal dan lezat.
www.HelfiaNet.com