![]() Pulang dari LNG Site Tangguh beberapa hari yang lalu seperti biasa saya habiskan waktu di pesawat Boeing dari Pattimura Ambon ke Halim Jakarta dengan membaca Majalah Gatra. Kali ini saya tertarik dengan berita tentang penembakan mati tiga orang TKI di Malaysia oleh Polis Diraja Malaysia. Mereka dituduh merampok dan melawan ketika ditangkap. Tuduhan yang dirasakan mengada-ada sama seperti beberapa tahun sebelumnya. Sebelum dituduh merampok dan melawan, Mazhab alias Wahab sempat menelpon istrinya di Desa Babuak, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Wahab kemudian juga menelpon abangnya Fauzi dari Johor Baru Malaysia mengabarkan kekhawatirannya karena Pemerintah Malaysia sedang gencar-gencarnya menangkapi tenaga kerja ilegal di sana. "Di sini banyak teman ditangkap. Semua pada takut", tutur Fauzi menirukan percakapannya dengan Wahab ketika itu. Pada tanggal 11 Januari 2014, Wahab diberitakan tewas ditembak mati Polis Diraja Malaysia. Dua rekannya dari Lombok Tengah, Sudarsono dan Gusti Randa juga ditembak mati pukul 03.15 dinihari ketika polisi patroli di Km 37.7 Lebuh Raya Senai Johor Baru. Sehari sebelumnya di kawasan itu terjadi perampokan. Polisi melontarkan tuduhan mereka perampok yang melawan ketika hendak ditangkap. Keterangan Polisi Malaysia itu sungguh tidak bisa dipercaya oleh keluarga korban. Ketiga korban selama ini dikenal orang baik-baik, rajin shalat dan berbakti kepada orangtua. Ayah Wahab, Amar Ripak memastikan anaknya juga Sudarsono dan Gusti Randa orang baik-baik yang tidak mungkin merampok. Pendidikan agama amat diperhatikan di sini. Semua bisa mengaji dan memahami ilmu agama Islam. Ketiga korban sudah biasa bolak-balik ke Malaysia, kecuali Wahab yang setelah pulang kampung tahun 2008. Belakangan bisnis batakonya bangkrut dan berutang 20 juta termasuk uang kas mesjid. September tahun lalu Wahab kembali ke Malaysia sampai menjadi korban penembakan. "Jangan main tembak mati begitu. Seharusnya ada cara lain agar lebih jelas apa betul mereka merampok atau tidak", ujar Fauzi geram. Kurun 2009 - 2012 setidaknya 49 TKI tewas ditembak. Terkesan tuduhan merampok sebagai karangan untuk menutupi fakta sebenarnya. Misalnya TKI asal Jatim Sumardiono, Marsudi, Hasbullah Juni 2012 dituduh kepergok merampok di Perumahan Templer Suajan Rawang, Gombak, Selangor kemudia kabur menggunakan mobil Proton Wira, terjadi kejar-kejaran sampai menabrak pembatas jalan. Pelaku mengeluarkan pistol menembak polisi lebih dulu sehingga ditembak mati. Detemukan revolver, alat pembobol rumah, pistol semi-otomatis hasil curian dari Puchong. Bagaimana mungkin buruh bangunan yang sehari-hari hidup pas-pasan dan tidak pernah berbuat onar, tiba-tiba menjadi perampok dengan dua pisto dan mobil sedan pula. Dari mana uang mereka? Tahun 2010 Polisi Malaysia juga mengarang cerita penembakan TKI asal Sampang Madura. Dia juga dituduh merampok dan melawan petugas sehingga ditembak mati. Belakangan diketahui korban tidak punya mobil dan tak bisa mengemudi. Dia juga dikenal sebagai buruh yang baik dan tidka pernah berbuat onar. Polisi Malaysia akhirnya mengakui salah sasaran. Sampai kapan kesembronoan Polisi Malaysia dalam penegakan hukum terhadap TKI asal Indonesia bisa dihentikan? Sejauh manakah Pemerintah telah melaksanakan tugasnya melindungi warganya di manapun mereka berada? Apakah para buruh penghasil devisa negara tidak layak menerima pembelaan sebagai warga negara RI dan ditembak mati secara semena-mena hanya karena mencari nafkah tanpa ijin resmi alias ilegal?
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
August 2023
|